Doa untuk Sahabat
#TantanganGususiana
Tantangan Hari Ke-17
Siang ini matahari bersembunyi di balik awan.. Mendung merajai angkasa raya. Angin bertiup kencang. Udara di sekeliling kami pun terasa sangat dingin. Menurut perkiraanku sebentar lagi turun hujan.
Apa yang akan kuceritakan padamu wahai hujan? Ada rindu menyeruak tiap kali suasana seperti ini tiba. Rindu yang sangat menyesakkan dada. Oh Arin ....
Aku ingat kelembutan hatimu, senyumanmu, cara bicara, dan juga cerita-ceritamu yang membuat aku terpesona. Arin adalah sahabatku sejak SMP. Dia sangat cantik. Lesung di kedua pipinya tampak jelas saat dia tersenyum. Kulitnya kuning langsat. Rambut panjangnya sering diekor kuda. Tak hanya itu, dia pun sangat ramah. Pantaslah dia disenangi banyak teman.
Setelah lulus SMP kami pun berpisah sekolah. Dia melanjutkan sekolah di SMA, sedangkan aku di SPG. Sebenarnya aku ingin masuk SMA yang sama dengan Arin, tetapi orang tuaku memintaku melanjutkan ke SPG dengan harapan aku cepat lulus dan segera bekerja.
Meski kami beda sekolah, persahabatanku dengan Arin tetap baik. Kami masih sering bertemu karena aku kos di dekat rumah Arin. Tiap sore pun kami ngaji bersama di musola Ar Ridwan.
Tiap kali kami bertemu ada saja bahan yang kami obrolkan. Kami saling curhat. Dengan curhat masalah-masalah yang kami hadapi terasa lebih ringan.
"Rin, jadi kamu ikut seleksi jadi pramugari?" tanyaku sambil mengambil buku novel yang sudah selesai dibaca Arin.
"Ya, jadi. Doakan semoga aku lolos ya, An!" pinta Arin. Senyum manis itu masih tampak hingga kini.
Arin lolos seleksi dan bekerja sebagai pramugari di salah satu maskapai penerbangan. Aku bangga padanya.
Komunikasiku dengan Arin tetap terjaga. Meski jarang bertemu karena aku melanjutkan kuliah di Kota Atlas.
"An, kamu pulang nggak minggu ini?" tanya Arin lewat smsnya.
"Ya, Rin. Kamu masih di rumahkan? Kita ketemu ya, aku sudah kangen ceritamu!"
"Ya, siap An. Aku tunggu, ya?" jawab Arin.
Kami pun bertemu di hari yang telah kami tentukan.
"Ini oleh-oleh untukmu, An, semoga kau suka."
"Wah, bagus sekali," ujarku sambil mengamati bros pemberian Arin.
Banyak cerita nenghiasi pertemuan kami. Arin baru saja putus dengan kekasih hatinya. Ayah Arin tidak menyetujui hubungan Arin dengan kekasihnya karena perbedaan usia.
"An, aku besok mau tugas lagi. Aku mau terbang." ucap Arin.
"Ya, Rin. Banyak doa, ya!"
Setelah puas kami bercerita, aku pamit pulang.
Saat ku pandangi titik-titik hujan lewat jendela kaca rumah, air mataku pun meleleh. Baru seminggu yang lalu kami bercanda ria. Takdir telah menjemputmu. Kau terbang untuk selama-lamanya dalam sebuah kecelakaan pesawat. Aku tak percaya ini semua. Aku benar-benar kehilanganmu. Aku sadar dan percaya rencana Tuhan sangat indah. Surgalah tempatmu tinggal.
Arin, aku tetap merindumu. Tiap hujan menemaniku rasa sesak itu masih ada. Doaku untukmu, Arin semoga kau damai di sisi-Nya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Semoga dia husnul khotimah
Aamiin Ya Robb. Terima kasih atas doa Pak Leck