Anny Handayani

Guru Bahasa Indonesia SMPN Semarang, lahir di Kota Gethuk, Magelang. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Lantunan Doaku

Lantunan Doaku

#TantanganGurusiana

Tantangan Hari Ke-19

Tatkala bintang-bintang malam menemani jagaku, kuteringat akan cerita lusa lalu. Cerita masa lampau yang membuatku beberapa hari sulit memejamkan mata.

Setelah lulus sekolah pendidikan guru, aku bermaksud melanjutkan kuliah di salah satu IKIP Negeri di kota tempat pamanku tinggal.

Harapanku bisa melanjutkan kuliah sangat besar. Aku harus bisa masuk perguruan tinggi negeri. Ibuku pun sudah mengultimatum.

"Ran, kamu anak pertama. Adikmu tiga laki-laki semua. Dua tahun lagi adikmu juga mau kuliah. Kalau kamu nggak lolos tes di negeri nggak usah kuliah aja. Ibu nggak kuat bayar kuliahmu kalau kamu di swasta."

Rupanya inilah kenyataannya. Anak perempuan harus mengalah. Meski emansipasi wanita sudah lama berkumandang, bahkan sejak Kartini mulai menyuarakan keinginannya untuk kaum hawa. Ibuku yang dalam kondisi keluarga pas-pasan, tetap nengutamakan anak laki-laki.

"Iya, Bu. Doakan biar Rani bisa diterima, ya, Bu?” pintaku penuh harap.

"Ibu selalu berdoa untukmu dan adik-adikmu," tundas Ibuku yang kini rambutnya sudah mulai memutih.

Seleksi masuk PTN sudah berlangsung. aku sudah berjuang sekuat tenaga. Belajar dan berdoa kulakukan demi untuk meraih cita. Aku menunggu pengumuman dengan harap-harap cemas.

Hari yang kutunggu pun tiba. Pagi-pagi sekali aku sudah mencari koran yang memuat pengumuman itu. Tapi ternyata aku tak mendapatnyanya. Beruntung tetanggaku ada yang berlangganan koran itu. Akhirnya aku pun meminjamnya. Kubolak balik koran itu. Kuurutkan satu per satu nama-nama yang berhasil lolos. Dua pilihan di jurusan yang aku tuju tidak tertulis namaku.

Duh, Gusti ... aku tidak diterima. Mataku mulai berkaca-kaca. Tak terbendung, tangis pun tak dapat kutahan. Ibuku mendekatiku. Tahu kalau aku tidak diterima, ibu ikut sedih dan terhanyut perasaan.

Sudah dua hari aku ini aku nggak keluar kamar. Sedih rasanya. Ibu pun menasihatiku.

“Sudahlah. Ran. Jangan bersedih. Kau tangisi tujuh hari tujuh malam juga nggak akan berubah hasil itu. Besok tahun depan bisa ikut tes lagi,” hibur Ibuku.

Aku tersadar. Betul juga apa yang dikatakan Ibu. Aku harus bangkit. Mimpiku harus terwujud. Tahun depan aku harus berhasil lolos PTN.

Menunggu setahun sangat lama. Hari-hariku harus kuisi dengan hal-hal yang positif. Aku pun ikut kursus jahit, kursus masak, baca-baca soal tes SNMPTN tahun-tahun lalu. Dari ini aku dapat pelajaran, teruslah berusaha dan berdoa suatu saat lantunan doa-doa kita pasti akan terkabul. Aamiin Yaa Robbalalamin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Rani yang ceria

14 Feb
Balas

Hai Rani..

15 Feb
Balas



search

New Post