Anny Handayani

Guru Bahasa Indonesia SMPN Semarang, lahir di Kota Gethuk, Magelang. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Rindu Ikan Bumbu Aceh

#TantanganGurusiana

Tantangan Menulis Hari Ke-5

Pagi itu Titing mager untuk melakukan sesuatu. Memang pagi ini tak seperti pagi biasanya. Titing tidak berangkat ke sekolah karena hari ini kalender menunjukkan angka merah. Matahari yang biasa muncul dari peraduan masih malu-malu menampakkan diri. Dingin masih menyelimuti dan mendung masih bergelayut sangat mendukung untuk ia tak beranjak dari tempat tidur.

“Ting, lihat ini sudah jam berapa?” tegur Bu Ana, ibu yang sangat perhatian pada anak gadisnya.

“Iya, Bu, sebentar,” jawab Titing dengan ringan. “Ibu mau masak apa hari ini?”

Ia pun mengambil handphone kesayangannya. Mulailah jari jemari lentiknya bergerak membuka internet dan tanya pada mbah Google. Rupanya ia sedang mencari resep ikan bumbu aceh.

“Bu, masak ini aja gimana? Ini enak Bu, aku pingin lagi.” Rupanya Titing kangen dengan masakan ibunya, ikan bumbu aceh.

“Ya, boleh, ayo belajar masak bareng sama Ibu. Itu ikan tongkolnya sudah Ibu bersihkan.”

”Bumbunya apa saja, Bu?

“Untuk buat ikan bumbu aceh bumbu yang harus disiapan bawang merah 7 putir, bawang putih 4 siung. Cabe merah 6 buah, 2 sendok teh ketumbar, 2 cm jahe, 2 cm kunyit, 20 asam sunti, 2 batai serai dimemarkan dulu, 5 daun salam, 6 lembar daun jeruk, 10 lembar kari, 1 buah bawang bombay.”

“Asyiiiap, iya Bu. Bumbunya banyak banget ya Bu, makanya rasanya enak sekali.”

“Siapa dulu dong yang masak. Ibu kan masaknya dengan cinta, makanya lebih enak. Ayo tu, bawangnya dikupasin,” pinta Bu Ana pada Titing.

“Ya, Bu,” jawab Titing. Ia melangkahkan kakinya menuju rak piring mengambil wadah untuk menaruh bawang yang akan dikupasnya. Meski dingin masih menyelimuti tubuh mungilnya, Titing tetap melaksanakan apa yang diminta Ibunya. Titing sangat sayang sama Ibunya.

“Bu, asam sunti tu apa? tanya Titing pada Ibunya dengan nada sangat penasaran.

“O, asam sunti itu dibuat dari belimbing wuluh yang sudah dikeringkan dan diberi garam lalu dijemur di terik matahari sampai kering, dapat disimpan lama. Itu bumbu dapar khas Aceh.”

“Asam suntinya masih ada nggak, Bu yang dibawa ibu dari Aceh waktu itu.”

“Masih ada. Itu di rak bumbu, Ting,” jelas Bu Ana.

Titing menyiapkan bumbu-bumbu yang dibutuhkan Bu Ana untuk memasak ikan bumbu aceh kesukaannya. Diambilnya pula cobek dan ulekan. Mulailah dia menghaluskan bumbu-bumbu yang sudah disiapkan.

“Ting, kalau mau masak ikan, lumuri ikan yang mau kita masak dengan air jeruk nipis. Ikan akan lebih kenyal dan segar” Bu Ana dengan sabar menjelaskan satu per satu pada Titing bagaimana memasak dengan resep bumbu aceh.

“Ok, Bu. Ibu emang jago masak ya. Sayangnya Ibu jarang masak. Hahaha,” Ucapan Titing polos.

“Ee... jangan salah. Kemarin Ibu masak tapi selalu saja ada sisa. Kasihankan kalau makanan nggak ada yang makan.”

Bumbu halus sudah siap. Bu Ana mulai memasak. Titing pun menemani Ibunya di dapur hingga masakan matang. Mereka tampak sangat akrab. Memasak sambil bercerita masa kecil Titing. Bu Ana selalu memanfaatkan hari libur untuk mengajari Titing memasak sayur, makanan kecil, dan juga bagaimana mengurus rumah. Bu Ana ingin putrinya terampil dan mandiri. Bu Ana tak ingin anaknya ikut-ikutan anak lain yang lupa akan kodratnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post