Tak Perlu Minder
#TantanganGurusiana
Tantangan Hari Ke-7
Jarum jam yang berdetak di kamar kosku berbunyi delapan kali. Pertanda aku harus segera berangkat kuliah. Ini adalah hari pertamaku mengikuti kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri yang mencetak profesi sebagai guru. Di kampus ini aku diterima di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jurusan yang menurut orang-orang banyak peminatnya karena memelajari bahasa yang dipakai sehari-hari. Ah, entah apa pandangan orang tapi aku tetap merasa bangga karena diterima kuliah walau hanya diploma dua.
Setelah berganti pakaian, aku segera keluar kos dan melangkahkan kaki menuju kos Yuda, sahabat baruku yang berasal dari Kutawinangun, Jawa Tengah.
“Assalamualaikum,” ucapku sambil mengetuk pintu rumah kos Yuda.
“Waalaikumsalam,” jawab Yuda, sudah aku tunggu dari tadi lho, Iwul.” lanjut Yuda, gadis manis berambut kriting, berkulit langsat dan berlesung pipi.
“Iya, sorry aku tadi kebanyakan nglamun, ingat kemarin waktu aku masih menganggur di rumah” timpalku berdalih.
“Itumah nggak usah diingat-ingat, Wul. Yang penting ayo sekarang kita berangkat jangan sampai terlambat masuk ruang kuliah.”
“Lets go, semoga hari ini kita ketemu teman-teman yang baik ya, Yud” doaku
“Insyaallah, aamiin,”
Suasana kampus sangat ramai. Ada yang sedang bersenda gurau di taman kampus, ada yang asyik menulis sepertinya sedang menyalin catatan teman, ada pula yang duduk berduaan di ujung lorong Gedung B. Aku dan Yuda mencari ruang perkuliahan. B 007 itu ruang untuk mata kuliah pertama di hari Selasa minggu pertama ini.
“Yud, aku merasa minder,” ucapku gugup. Aku yang berasal dari kampung, sudah setahun menganggur karena tahun lalu tak diterima kuliah di perguruan tinggi negeri. Kini harus kuliah sekelas dengan adik-adik kelas yang lebih muda dan jauh lebih trendi dalam berpakaian maupun berdandan.
“Kenapa harus minder? Aku sih cuek saja, Wul,” jawab Yuda meyakinkanku, toh semua yang ada di kampus ini punya hak dan kewajiban yang samakan?”
Benar juga apa yang dikatakan Yuda. Aku bisa diterima kuliah juga karena lolos tes SMNPTN. Lolos karena aku benar-benar persiapan dengan baik. Juga berkat doa Ibu dan Ayahku. Doa yang dipanjatkannya siang dan malam untuk anak-anaknya. Berkat cucuran keringatnya juga aku bisa bayar kuliah. Uang kuliah yang menurut orang tuaku cukup berat. Lamunanku kembali tertuju pada ayah dan ibuku di kampung halaman.
“Hayo, nglamun lagi ... Wul, Wul. Emang enak nglamun terus. Tu lihat teman-teman sudah banyak yang datang dan masuk ruangan. Ayo kita kenalan sama mereka.” Yuda menarik tanganku masuk ruang kuliah. Aku pun ikut Yuda dan mulai berkenalan dengan teman-teman seangkatanku.
“Pagi teman-teman!” salam Jefri, cowok berperawakan gagah, berhidung mancung dengan rambut model masa kini.
“Pagi...” jawab kami kompak.
“Eh, yang datang terakhir kita tunjuk jadi komting, ya, biar besok-besok datangnya lebih awal,” usul Rita, salah satu teman baruku yang berasal dari Kota Lumpia.
“Setuju...,” jawab kami serentak. Jefri pun tak dapat menolak usul teman-teman. Akhirnya dia bersedia menjadi komting kelas kami.
“Ting, kita sudah nunggu lama, kok dosennya nggak datang-datang, ya?” tanya Muklas kepada Jefri.
“Ayo, Ting, tugas pertama Anda, cari kepastian ada kuliah nggak ni!” Joko temanku yang sangat ceriwis menegur komting yang baru saja dipilihnya.
“Siap, Ndan. Ayo sama sampean to, berani nunjuk ya harus manut komting to?” Jefri mengingatkan akan kewajiban masing-masing. Mereka berdua ke ruang dosen dan menanyakan dosen yang seharusnya mengisi perkuliah di sore itu.
“Oo, Pak Slamet sedang ada tugas keluar Jawa, Mas,” tutur salah satu dosen lain yang sedang asyik membaca surat kabar.
“Berarti kosong, Pak? tanya Muklas.
“Tidak kosong, tetapi kuliah pertama dimulai minggu depan,” tandas dosen berkaca mata itu.
“Kuliah pertama, Mata Kulian Berbicara dimulai minggu depan.” Jefri menyampaikan info itu di depan teman-teman.
“Yaa udah, yo, kita ke perpustakaan. Kita kenalan sama buku-buku yang ada di sana. Kita perlu sapa buku-buku cantik itu. Pasti dia akan tersenyum dan bangga dengan kita,” ajak komting yang telah menawan hatiku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Jadi teringat