Kata-kata adalah kekasihku...
SECANGKIR TEH PENUH TANYA
Anti Kesuma
Sempat aku lupa cara tersenyum. Cara tertawa apalagi, amnesia
Tiga, empat kali... baru aku tersadar, tulisan-tulisannya selalu buat pipi merona
Dalam katanya seperti menyimpan suara tak kasat telinga, “Hei gundah, senyumlah!”
Melarutkan resahku pada sisa-sisa ingatan yang tertinggal
Kamu seduh teh pucat untuk mencairkan
Melumerkan batuan trauma dan bekunya rongga rasa
Kemudian memilih ruang hangatnya untuk berceloteh bersama secangkirnya
Aku menonton saja
Hingga sebelas purnama. Dungu juga, buat apa aku menghitungnya
Kini aku tak lagi mengenalinya. Tulisannya tak lagi bersuara
Senyap, dingin seperti dibungkus tanah basah
Ruang itu tak kamu tutup pintunya, tak juga kamu jamah cangkirnya
Aku berceloteh dengan sofa yang biasa kita sandari bersama
Sesekali bertanya: “Kamu tersesat atau lupa, jenaka?”
Kubiarkan secangkir teh penuh tanya di meja, barangkali lusa kamu pulang juga
Melanjutkan riuh cerita yang masih koma
Pondok Gede, 30 Juli 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar