ANTRIYANI

Setitik semangat dan sedikit nekat adalah dua hal yang menjadi modal saya untuk menulis. Mungkin agak sedikit menyimpang dari teori-teori tentang menulis yang b...

Selengkapnya
Navigasi Web
KETIKA SEBUAH SPORTIVITAS SETARA SEBUAH NYAWA
Ilustrasi Gambar: Pikiran Rakyat Ciamis

KETIKA SEBUAH SPORTIVITAS SETARA SEBUAH NYAWA

KETIKA SEBUAH SPORTIVITAS SETARA DENGAN NYAWA

Oleh: Antriyani

#Tulisan ke-781

Saat saya menulis tulisan ini, tak henti-hentinya saya berucap istighfar. Betapa tidak, berita tentang kerusuhan pertandingan sepak bola antara Arema melawan Persebaya di stadion Kanjuruhan Malang membuat dada saya sesak dan perih. Saat ini juga air mata tak bisa dilawan untuk tidak berderai.

Di tengah gegap gempita gemerlap keberhasilan Timnas memenangkan dua kali pertandingan melawan Curacao dalam laga persahabatan Asia pekan terakhir September lalu, berita tentang kerusuhan suporter Arema tersebut sungguh kontradiktif. Timnas dengan progres tumbuh kembang dan performa yang sedang naik dan bersanding demgan peristiwa berdarah yang terjadi di Stadion Kanjuruhan. Peristiwa itu berhasil membuat seluruh rakyat Indonesia bahkan mungkin di dunia miris dan bergidik ngeri. Kekalahan Arema atas Persebaya disinyalir sebagai pemicunya. Aremania, sebutan untuk suporter Arema tak terima dengan kekalahan itu dan terjadilah runutan kejadian yang kemudian berujung kematian para suporter Arema.

Atas peristiwa tersebut, korban meninggal diperkirakan terus bertambah. Update data terakhir (Minggu, 2 Oktober 2022 pukul 10.30) sekitar 187 orang (sumber BNPB Malang).

Peristiwa tersebut sangat menyita pikiran dan emosi saya. Pertandingan sepak bola yang seharusnya berfungsi sebagai hiburan berubah menjadi kuburan. Nilai-nilai sportivitas tak lagi berlaku pada peristiwa berdarah tersebut. Kekalahan sebuah tim menjadi momok dan beban mental bagi pendukungnya. Munculnya rasa tidak terima dan kemudian berusaha membela timnya apa pun hasil akhir pertandingannya.

Salahkah? Tentu tidak, asal rasa tidak terima tidak di lampiaskan secara salah kaprah. Apalagi sampai terjadi tindakan anarkis atau bentrokan fisik. Ada cara-cara tertentu yang prosedural untuk menyampaikan komplain atau rasa keberatan atas hasil pertandingan.

Hal lain yang perlu diperhatikan dan dipupuk adalah menumbuhkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas. Hanya ada dua pilihan dalam sebuah pertandingan. Menang dan kalah. Jika kalah ya kalah. Terima saja dengan lapang dada. Berpikir positif akan kekalahan yang terjadi, semisal menanamkan motivasi diri bahwa sebuah tim harus berjuang dan berusaha dengan keras untuk memenangkan sebuah laga.

Sejujurnya, saya kurang update dengan pertandingan Liga-liga di Indonesia. Bukannya saya tidak nasionalis. Salah satu alasan yang membuat saya sering absen menonton pertandingan bola Indonesia adalah seringnya terjadi kericuhan ketika tim-tim tersebut berlaga. Entah hal itu dipicu oleh antarpemain atau antarsuporter. Hal itu mengurangi ketertarikan saya untuk menonton pertandingan sepak bola Indonesia. Namun, bukan berarti saya tidak menonton sepak bola Indonesia secara keseluruhan. Beberapa even laga internasional timnas masih saya nikmati sebagai luapan hobi menonton pertandingan sepak bola yang sudah mendarah daging.

Terlepas dari kekurangupdetan saya tentang sepak bola Indonesia, peristiwa kerusuhan di stadion Kanjuruhan kemarin, menyadarkan saya betapa kedewasaan pola pikir dan emosi sangat diperlukan ketika kita menjadi penonton. Menjadi penonton yang sportif akan lebih mulia dibandingkan penonton yang sok jago dan sok pemberani tanpa berpikir konsekuensi dan dampak dari sikap-sikap tersebut. Menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas itu sangat penting. Jangan gegabah bertindak tersebab kekalahan sebuah pertandingan. Menjadi suporter fanatik boleh tapi tidak membabi buta. Sportif itu hebat.(*)

****

SumberGading, 2 Oktober 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Dulu, suporter beadu kreatifitas dengan yel-yel dalam mendukung tim kebanggaan, lambat laun teladan itu hilang berganti menjadi adu mulut, berlanjut adu fisik. Semangat ala hooligan makin menjadi di era millenial. Ah...enttahlah.. sudah berapa tahun kutinggalkan update berita liga dalam negeri, luntur sudah rasa suka pada sepak bola seiring makin seringnya terjadi tragedi berdarah

02 Oct
Balas

Betul sekali Pak Ma'arif. Sy ga hbis pikir ktika prtndingn sepak bola berakhir selalu sj bermasalah. Ad kesan ga ricuh ga asyik. Smoga kjadian tragis yg kmren ini yg terakhir dan spak nola Indonesia maju dan berjaya. Terimakasih byk pendapatnya Pak. Salam hangat

03 Oct



search

New Post