Dua Hari di Kelas Editor, Membuat Hatiku Luka
Aku penasaran dengan pelatihan Kelas Editor. Ada makanan apa sih di dalamnya? Ternyata ada dua hidangan yang harus dinikmati, yaitu PUEBI dan KBBI. PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) dan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), itulah dua kitab suci bagi seorang editor yang harus dibaca dan dikuasai.
Namun, ada yang ganjil bagi diriku. Sekalipun ini pahit tetap harus aku ungkap. Agar konflik di hatiku segera teratasi. Setiap dua kitab suci itu disebut oleh editor senior Bunda Diyah panggilan akrab Bu Mislinatul Sakdiyah, hatiku tergores meski tak terluka.
Akan tetapi, karena PUEBI dan KBBI terlalu sering kudengar bahwa keduanya adalah kitab sucinya penulis dan editor, akhirnya pun hatiku jadi terluka. Aku mohon dengan kerendahan dan keikhlasan Bunda Diyah tidak menyebutnya lagi PUEBI dan KBBI dengan sebutan kitab suci.
Aku tidak mengerti apakah letupan hati ini melukai hati Bunda Diyah. Ataukah diamggap kejam sekejam Bu Isti mencambuk kami agar belajar cermat dan teliti. Aku tidak tahu. Yang kutahu PUEBI dan KBBI bukan kitab suci. Secara logika pun tidak bisa disebut kitab suci. Maafkan kami Bunda Diyah. Ini juga hasil pelatihan dua hari di Kelas Editor. Sehingga di atas Bus pun kucoba jemariku melompat dan menari-nari.
Inspirasiku ke-1 (calon editor mediaguru)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Gak apa-apa. Hehehe. Itu karena hati Bapak yang sangat relijius .Kitab suci bagi editor ya itu. Sama seperti naskah bodrek, itu hanyalah analog. Kenapa? Karena klo tidak berpedoman pada keduanya, editan akan salah jalan
Bener, itu hanya istilah saja. Editor butuh bodrek yang banyak, itu artinya dia lagi pening menerima naskah penulis.