Kalau diartikan kata perkata, native berarti penduduk asli dan speaker berarti pembicara. Jadi native speaker berarti penutur asli atau pembicara bahasa asing asli, terutama bahasa Inggris, karena sejak lahir bahasa asing menjadi bahasa pertama mereka. Apakah kita akan membahas tentang bahasa? Tidak. Bukan bidang saya. Saya sengaja mengambil judul ini sebagai ungkapan yang tepat (paling tidak menurut saya) akan nara sumber yang saya hadirkan pada saat proses pembelajaran di kelas hari ini. Di kelas 8-F SMP Negeri 1 Sukomoro pada jam ke 4-5. Jam terakhir di hari Jum'at.

Materi pembelajarannya adalah SISTEM EKSKRESI. Sistem pengeluaran zat-zat sisa yang tidak digunakan lagi oleh tubuh kita. Minggu lalu sudah diawali dengan mengerjakan teka-teki silang (TTS) yang saya buat untuk memaksa para peserta didik untuk membaca. Memaksa? Betul. Dengan mengisi TTS, mereka akan membolak-balik buku sumber untuk mencari jawaban-jawaban istilah yang tepat berkenaan dengan materi siste ekskresi. Target satu jam pelajaran ternyata tidak tercapai, jam berikutnya bahkan hampir habis untuk mengerjakan TTS tersebut, sehingga hanya tersisa kurang lebih 20 menit untuk mengawali penjelasan ke siswa. Saya bersemangat sekali untuk mengulang di kelas berikutnya (tapi beda kelas), karena saya mendengar anak yang ..asyik, koyo dolanan iki (Asyik, seperti bermain saja kali ini).

Jam ke-4 saya menjelaskan seperti biasa materi sistem ekskresi di kelas. Seperti biasa. Dengan menggambar langsung di kelas, sebagai media untuk mempermudah pemahaman siswa. Sesekali diselingi tanya jawab. Seperti biasa. Siswa mulai antusias ketika saya akan memanggil nara sumber dan saya hadirkan di kelas. Merekapun bertanya-tanya? Roman muka mereka seolah penasaran akan "mistery guest" yang akan saya hadirkan. Dan akhirnya sosok itupun hadir di kelas. Bapak Suryadi, staff tenaga pendidikan di SMP Negeri 1 Sukomoro. Setiap hari tugasnya bersih-bersih dan membuat minuman teh untuk Bapak/Ibu Guru di ruang guru. Apa istimewanya? Siswa semakin penasaran. Apa hubungannya dengan sistem ekskresi?

Akhirnya saya tuntaskan rasa penasaran mereka. Anak-anak, Pak Suryadi saya hadirkan di kelas kalian karena beliau pernah 13 kali cuci darah selama 3 bulan di tahun 2016. Mengapa beliau harus cuci darah. Organ apakah yang terganggu? Bagaimanakah rasanya cuci dara? Berapa biaya sekali cuci darah? Sekarang saya beri kesempatan kepada kalian untuk langsung bertanya dan Pak Sur (Begitu biasanya kita memanggil) yang akan menjawab. Sekarang saya sebagai "host" yang akanmemandu pertanyaan kalian agar mudah ditangkap dan dipahami oleh Pak Sur dan menjawabnya.

Suasana kelas langsung ramai, satu persatu pertanyaan bermunculan. Rasa keingintahuan mereka akan informasi tentang kesehatan ginjal langsung terpicu. Mereka antusias. Mereka haus informasi. Dari sumbernya langsung. Dari pelakunya, dari pasiennya. Satu jam pelajaran hampir terlewatkan. Mereka yang sudah terpuaskan rasa keingitahuannya mulai diam terpaku. Entah apa yang ada di benaknya. Sebelum waktu habis, ada ulasan sebagai kesimpulan atas pertemuan kali ini. Tapi ada satu siswa yang masih bertanya, si BABA (siswa paling istimewa di kelas 8-F). Pak Sur mau tanya ...rumah Pak Sur dimana? Satu kelas kompak berkomentar Baba...Baba sambil tertawa riuh.

Sesi pertemuan di tutup dengan memberikan aplaus kepada Pak Sur. Alhamdulillah beliau sudah sembuh, sudah tidak melakukan HEMODIALISIS (HD) lagi selama 6 tahun terakhir. Terima kasih Pak Sur, terima kasih NATIVE SPEKAER kita. Semoga kesehatan selalu diberikan kepada kita semua. Amin, ya robbal' alamiin.