any kurniasih

Guru Matematika di SMPN1 Maja, Kabupaten Majalengka. Alumni SMP tersebut dan menjadi CPNS di sekolah tersebut sejak November 1981 sampai sekarang....

Selengkapnya
Navigasi Web

DOKTER TERBANG VS GURU TERBANG

Hari ketiga saya menyambangi klinik ini. Pertama, hari Senin sepulang kegiatan di SMAN 1 Majalengka, tanggal 18 Desember 2017 hari pertama libur sekolah,karena klinik tutup saya hanya melihat-lihat plang dokter untuk mengetahui jadwal praktek dokter THT. Di plang tertulis ; pagi, pukul 06.00 – 07.00 , siang pukul 14.30 – 16.00. Besoknya saya kembali lagi mengambil jadwal praktek siang, saya menghadap petugas pendaftaran pas pukul 14.05 ,apa katanya ?

“ Maaf buuu.. dokter prakteknya cuma sekali , pagi pulkul 09.00 – 10.00, dokter phone call bu, jika ada pasien dokter kami telpon, sore prakteknya di Kuningan “.

“Lho,itu yang tertera di plang apa maksudnya ?”, kesal saya protes.

“Iya bu, itu dulu sebelum buka praktek di Kuningan “,petugas menjawab.

“Yaaa..ganti dong, menyesatkan pasien itu !”,saya tetap dengan kekesalan saya. Perjalanan Talaga – Majalengka sejauh 23 kilometer benar-benar mubadzir.

Sekarang hari Rabu 20 Desember 2017, saya kesampingkan lagi kegiatan lain untuk memanfaatkan hari libur ini karena ingin segera menghilangkan yang mengganggu telinga kiri saya.Sudah beberapakali sebenarnya saya mengobati telinga ini tapi di sebuah klinik di Kuningan dengan dokter THT perempuan. Seharusnya saya kembali lagi ke sana, tetapi setiap kali ke Kuningan saya selalu merasa sungkan, terlalu merepotkan, melibatkan banyak orang. Suami kan tidak bisa menyetir mobil, pasti minta diantar sopir atau anak jika sedang tak sibuk dengan pekerjaannya. Untuk berangkat sendiri naik kendaraan umum lebih tidak praktis, harus gonta-ganti kendaraan. Dari Talaga ke Cikijing, ganti mobil dari Cikijing ke Kuningan terminal Kadu Gede, naik lagi angkot, belum pulangnya , wuiiihh tak sanggup saya.

Kalau ke Majalengka tak perlu pengantar, berangkat sendiri naik elf dari depan rumah, sampai di Majalengka turun di perempatan Tiong Bi , menyebrang jalan, berjalan sedikit ke arah kanan, sampai deh di klinik. Pulangnya pun pakai jalan yang tadi pula.

Bukan karena sok banyak uang, setiap kali berobat saya lebih memilih ke klinik dokter daripada ke rumah sakit, saya tak sabar mengikuti birokrasi. Mulai dari minta rujukan ke Puskesmas karena saya tidak memilih dokter keluarga.Kemudian ke rumah sakit mengantri di loket pendaftaran, pindah ke loket Askes/BPJS, pindah lagi antrian ke Poli...,duuuhhh...yang sakit tambah parah.

Hari ini, saya datang sesuai jamnya, klinik sepi ,apa yang saya temui ?

Petugas pendaftaran yang kemarin setelah mencatat segala sesuatu tentang saya kemudian ia berkata; “Tunggu ya bu, dokter sudah saya telpon, masih di rumah baru tiba dari Kuningan”.

Beberapa saat kemudian datang lagi seorang pasien usia SD diantar ibu dan adiknya, tujuannya sama dengan saya , dokter THT. Sambil menunggu, iseng saya perhatikan nama-nama di pintu tempat periksa. Ada pintu bernama dokter spesialis dalam, spesialis bedah, spesialis THT dan paling ujung dokter spesialis jiwa.Tiba-tiba saja setelah membaca nama di pintu paling ujung ini sesungging senyum muncul di sudut bibir saya. Hmm..jaman now, nampaknya cukup berpengaruh juga pada kesehatan jiwa orang Majalengka.

Saat saya lirik jam di pergelangan saya sudah menunjukkan pukul 10.10, si ibu pengantar pasien kedua menghampiri meja resepsionis; “ Pak, sudah jam 10 lewat, anak saya sudah gelisah nih, dokter mau datang tidak ?”

Salah seorang dari petugas itu terlihat menelpon, sesudahnya dia menghampiri tempat kami duduk ; “ Maaf ibu-ibu, dokter barusan saya telpon lagi di rumah sakit, bisa ke sini nanti lewat jam 12. Jika ibu-ibu tidak mau menunggu, dipersilahkan ke poli THT saja di rumah sakit “.

“ Aduh deeeek...kami berobat ke sini karena tidak mau mengantri di poli, kok malah diundang ke poli sih !”, saya yang menjawab. Si ibu pengantar terlihat agak ragu; “Apa pasti dokter kemari, jangan-jangan kami nunggu sampai jam 12 tak tahunya dokternya gak datang”, begitu katanya.

“Kalau ibu tetap menunggu di sini, dokter pasti ke sini bu, maaf “, petugas menjawab.

“ Ibu bagaimana, mau menunggu di sini ta pulang saja? “, ibu itu berbalik ke arah saya.

“ Tanggung bu, saya sudah bolak-balik ke sini , mau ditunggu saja. Kalau ternyata tak datang juga, ya sudah tak akan saya balik lagi ke sini”, jawab saya .

“Pasti datang bu, yang sabar saja nunggunya, atau barangkali mau ke luar dulu jalan-jalan boleh, maaf yaa “, adek-adek petugas telihat kompak membungkukkan badan.

“Ini yang namanya dokter terbang ya dek ?”, saya tanya adek-adek petugas.

Mereka cuma mengangguk sambil tersenyum.

Tak terbayangkan bapak dan ibu, adakah di lingkungan kita “ Guru Terbang ?”

***edisikesal***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post