Any Lestari,S.Pd.SD.,M.Pd

Lahir di Kota Jonggrang (Prambanan, Klaten). Lulus dari SDN Sanggrahan 1 Tahun 1984, melanjutkan ke SMPN Bogem Kalasan Lulus tahun 1987. Mengenyam pendidikan pa...

Selengkapnya
Navigasi Web

Jalani hidup dengan ikhlas

Episode ke-2

Setelah tamat dari taman kanak-kanak tunas kasih Anyta melanjutkan pendidikan ke sekolah dasar. Hari-hari selalu diisi dengan belajar Mulyati mendidik anaknya dengan penuh kesederhanaan. Setiap berangkat sekolah Anyta dibiasakan sarapan terlebih dahulu dan membawa air minum.Setiap diberi uang jajan ditabung di sekolah maupun di celengan bambu. Sepulang sekolah Anyta membantu bibinya untuk berdagang , karena rumah neneknya tepat dipinggir jalan Yogya Solo dan didepan sebuah SMP Negeri di kota itu. Setiap hari warungnya tak sepi pembeli, dagangan yang dijual adalah es campur, bakso, nasi gudeg dan bakmi jowo. Anyta rajin membantu bibinya mencuci piring setiap sepulang sekolah. Jika warung sudah tutup dia diberi uang jajan sebesar Rp 200,00 untuk ditabung.

Anyta menjalani masa sekolah dengan segala keterbatasn, baju seragam 2 stel dipakai untuk seminggu, sepasang sepatu dan sebuah tas sekolah yang digunakan sebagai perlengkapan sekolah. Semangatnya selalu gigih untuk rajin belajar bahkan setiap catur wulan dia termasuk dalam urutan lima besar di kelasnya.

Tak jarang Anyta sebagai bahan ejekan karena kondisinya serba pas-pasan. “Hai, Any tidak malu kamu sekolah sambil jualan?” tanya Ruwi kepada Any. “ Mengapa aku harus malu, wi? Kan aku tidak mencuri dan dagang itu halal belajar bekerja sejak kecil” jawab Anyta pada Ruwi. “Itu bukumu kotor terkena minyak” kata Kusmi. “Biar saja yang penting masih bisa terbaca” jawab Anyta sambil beranjak dari duduknya. Kedua temannya menggeleng-gelengkan mendengar jawaban Anyta. Semangatnya tak pernah padam untuk selalu giat belajar, bahkan bercita-cita ingin melanjutkan SMP di wilayah Yogyakarta walaupun didepan rumah neneknya terdapat juga SMP. Sejak kelas tiga Anyta berangkat sekolah sambil membawa dagangan berupa tahu isi, bakwan dan gembus goreng. Dagangan itu dititipkan di kantin sekolah setiap 2 buah gorengan Anyta mendapat upah dari bibinya sebesar Rp 5,00. Dalam waktu sehari dagangannya bisa habis kurang lebih 100 buah lumayan upah dari dagang setiap hari dikumpulkan dan di tabung di BRI yaitu tabungan pelajar dan pramuka. Anyta memasukkan ke tapelpram tiap Sabtu Rp 2500,00 dari hasil upah dagang gorengan dan uang jajan yang diberikan tiap sekolah tidak pernah dipakainya jajan.Demikian kebiasaanya menabung di BRI sudah dilakukannya sejak SD. Anyta ikhlas menjalani nasib dirinya yang dibesarkan oleh ibu, kakek dan neneknya.Tanpa kasih sayang ayahnya selalu bertekad untuk berhasil dalam pendidikan.

Tibalah saat kelulusan dari sekolah dasar nilai ujian yang dicapai lumayan Anyta mendaftar ke dua SMP yaitu SMP didepan rumahnya dan SMP di wilayah Yogyakarta. Hal ini dilakukan karena jadwal pendaftaran tidak bersamaan dan seleksi masuk menggunakan tes. Setelah pengumuman Anyta diterima di dua SMP negeri tempat ia mendaftar. Namun ia lebih memilih ke SMP negeri di wilayah Yogyakarta walau jarak sekolah kerumah neneknya kurang lebih 6 Km. Ia berangkat sekolah dengan mengendarai sepeda. Panas terik tak dirasa kesekolah selalu rajin dan ia jajan seminggu sekali saat pelajaran olahraga. Uang sakunya ditabung untukmenambah tabungannya sejak SD. Saat kelas dua SMP Anyta ditinggal kakeknya meninggal karena sakit.Tak ada lagi pak sepuh yang menyayanginya selalu menempa hidupnya dengan kesederhanaan. Kini biaya sekolahnya ditopang oleh bibinya yang bekerja di SD tempat Anyta bersekolah. Satu demi satu orang yang menyayanginya pergi, bibinya pindah tugas mengikuti suaminya ke kota Satria. Hilang pula subsidi biaya sekolah untuknya. Sepulang dari sekolah Anyta membantu ibunya merontokkan padi dengan di gilas kedua kakinya. Sejak kepergian kakek dan bibinya kondisi beaya sekolahnya kekurangan, maka ibunya buruh memotong padi ditempat tengkulak padi. Tak jarang kakinya perih terkena jerami yang tajam saat memakai sepatu dipagi hari terasa sakit. Sebelum magrib barulah selesai dan mendapat upah dari memotong padi berupa gabah. Malam harinya diteruskan dengan belajar , demikian rutinitas yang dilakukan Anyta.

Waktu kenaikan kelaspun tiba walau tidak menjadi juara kelas namun nilai Anyta cukup memuaskan buku pelajaran serba meminjam kepada kakak kelasnya. Saat pelajaran tambahan dia tidak jajan seperti teman-temannya namun membawa bekal dari rumah. Setiap hari ia lakukan tanpa rasa sedih, tetap menjalani masa SMP dengan penuh semangat dan ikhlas. Sejak SMP ia menjalin hubungan baik dengan ayahnya, karena bujuk rayu sang ibu, “Nduk kamu tidak boleh dendam pada bapakmu, walau bagaimanapun suatu saat kamu butuh dia untuk menjadi wali” demikian kata Mulyati pada anaknya. Sedikit demi sedikit kebencian Anyta pada ayahnyapun berkurang hingga suatu saat Any berkata pada ayahnya” Pak Any tidak ingin diwarisi harta namun aku ingin kuliah untuk menjadi asisten dokter”. “ Baiklah nduk bapak akan menabung atas nama rekeningmu persiapan beaya kuliahmu.”Ujar Sukir menyetujui. Sejak saat itulah hubungan antara anak dan bapak agak membaik. Ia bercita-cita ingin melanjutkan sekolah ke SMA agar dapat kuliah di Akademi Keperawatan. Masa kelas tiga SMP dilalui dengan penuh semangat , namun saat libur semester tiba Anyta berlibur ke Ciklopo kampung Ayahnya. Ibu tirinya sudah menerima Anyta dengan baik walau tak tahu isi hati yang sebenarnya, Sesampai di rumah ayahnya, Anyta curiga akan kehadiran seorang ibu muda menggendong anaknya yang berusia kurang lebih satu setengah tahun. Bak disambar petir saat ayahnya mengenalkan perempuan muda itu sebagai ibu tirinya yang muda, Hancur hati Anyta menerima kenyataan pahit harus berhadapan dengan dua ibu tiri yang notabene ibu tiri yang muda hanya terpaut 3 tahun dengan dirinya. Rasa ingin marah berkecamuk apalagi sudah mempunyai anak sebelum mereka menikah. Derita apalagi yang aku hadapi gumam Anyta dalam hati. Tak lama ia berlibur dikampung ayahnya, 4 hari kemudian kembali kerumah ibunya. Derita tiada akhir ia lupakan cita-cita dibiayai oleh ayahnya untuk kuliah. Hanya ibu dan neneknyalah yang kini sebagai sumber kekuatan sampai akhirnya berhasil lulus dari SMP dengan nilai Ebtanas yang memuaskan. Anyta melanjutkan ke sebuah sekolah SMA negeri yang baru tiga tahun berdiri, ia termasuk angkatan ketiga. Dan kebiasaan bersekolah dengan mengayuh sepeda ia jalani setiap hari. Sekolah SMA nya berjarak kurang lebih 8 Km dari rumahnya, keterbatasan ekonomi tidak menjadi hambatan untuk tetap belajar.

Masa SMA ia jalani dengan penuh rasa rendah hati, bahkan tak jarang teman-temannya menjauhi karena kebiasaannya tidak mau diajak hura-hura. Jajan bareng,nonton bareng, jalan-jalan tak pernah ia ikuti. Ada kumpulan-kumpulan (dikenal dengan genk) anak-anak orang kaya, sedang dan anak-anak pengendara sepeda kumbang. Pernah suatu ketika seorang guru Bk mendapatkan Anyta duduk berdua dengan Eny sahabatnya. Mereka berdua sebenarnya teman sejak Tk namun saat SD dan SMP berbeda sekolah. Sebenarnya kondisi mereka berdua bak bumi dan langit. Ayah ibu Eny adalah PNS dan Eny anak satu-satunya dari pasangan itu, namun hal istimewa dari dalam diri Eny dia bukan anak yang sombong. Bahkan tak jarang Eny selalu berbagi dan menghibur hati sahabatnya untuk tetap tegar menjalani kehidupannya. Ibu Lia memanggil dua bersahabat ke ruang BK untuk sekedar bertanya “ Mengapa Any selalu menyendiri” tanpa malu-malu ia menyampaikan bagaimana ia menjalani kehidupan bersama ibu dan neneknya dan dibeayai sekolah dari hasil ibunya buruh tani. Ibu Lia terharu dan selalu memberi nasehat kepadanya agar tidak berkecil hati. Allah akan memolong umatnya jika berniat baik demikian hibur Bu Lia.

Anyta berhasil menyelesaikan pendidikan SMA tanpa hambatan, tibalah ia berniat melanjutkan kuliah dari biaya hasil tabungannya sejak SD. Untuk menghilangkan penasaran tetap ia mendaftar ke Akademi keperawatan adalah satu akademi ikatan dinas dan pada semester tiga akan mendapat tunjangan ikatan dinas. Ia telah menjalani tes tertulis dan kesehatan dinyatakan lulus, namun betapa hancur hatinya saat mendengar perincian beaya yang harus dikeluarkan tidak akan bisa dibayar dengan uang tabungannya. Satu juta delapan ratus ribu satu semester bukan jumlah sedikit bagi Anyta dan keluarganya. Anyta berkirim surat pada Sukir ayahnya menyampaikan niat untuk meminta bantuan biaya apa jawaban yang didapat Anyta “sudah istirahat saja dulu satu tahun, tahun depan baru kuliah lagi” kata Sukir pada Putrinya.Karena Sukir baru saja membiayai istrinya operasi kanker rahim Hancur hati Anyta saat itu bertahun-tahun ia tidak dibiayai bahkan untuk meminta biaya kuliahpun tidak membuahkan hasil.

Akhirnya Anyta memutuskan untuk melanjutkan kuliah yang sekiranya cukup dibayar dari tabungannya yang berjumlah Rp 480.000,00. Anyta melanjutkan kuliah di IKIP Yogyakarta program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar jenjang Diploma 2 dengan biaya Rp 90.000,00 tiap semester. Dengan harapan sebagai program studi yang pertama dibuka semoga mendapat perhatian dari pemerintah. Alhamdulillah untuk semesteran tercukupi dari tabungan untuk biaya sehari-hari dibantu oleh ibu , nenek dan pamannya. Akhirnya Anyta bisa menyelesaikan kuliahnya dengan hasil yang lumayan impian kuliah di keperawatan ia kubur dalam-dalam dan menekuni jenjang pendidikan yang menyiapkan dirinya menjadi guru sekolah dasar. Ada hikmah di balik kegigihan Anyta dan ibunya selalu ikhlas menjalani cobaan hidup akhirnya berbuah kenyataan hingga lulus dan penempatan sebagai CPNS. Hingga kini Anyta punya ibu yang hebat rela hidup menjanda demi kesuksesannya. Semoga selalu menjadikan Anyta sebagai insan yang rendah hati dan peduli kepada sesama.

Tamat

# Sukadamai 18 Mei 2020( belajar menulis hari ke 9)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aamiin. Semoga Anyta selalu menjadi insan yang kuat hebat dan sukses tetapi rendah hati

22 May
Balas

keren Bu. salam literasi

06 Jun
Balas

bagus tulisannya Bu

18 Jun
Balas



search

New Post