APRIYANTI, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

DILEMA TIMAH

Pertambangan timah rakyat atau dikenal dengan tambang invenkonsional (TI) yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini dihentikan aktivitas untuk saat ini. Pada dasarnya aturan ini tarik ulur dan belum menemukan formula yang tepat untuk kebaikan bersama. Bangka Belitung yang merupakan penghasil timah yang dikelola oleh peeusahaan swasta dan negeri saat itu yang menguasai wilayah penambangannya. Tapi, karena permintaan timah yang banyak menyebabkan pengusaha Jeli mencari kesempatan dan keuntungan di tengah tingginya permintaan timah. Karena tidak dapat disuplai oleh perusahaan negeri dan swasta. Maka izin pertambangan dibuka oleh kepala pemerintah saat itu. Alasannya karena harga jual tinggi sedangkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang berprofesi petani, nelayan dan pekerjaan lainnya masih sulit. Apalagi saat itu harga jual lada sangat murah padahal Bangka terkenal penghasil lada dan pernah jaya makanya masyarakat banyak yang menanam lada. Saat panen justru harga lada turun dan banyak mengalami kerugian. Para pengusaha mulai melirik timah karena di tanah Bangka Belitung berlimpah. Perusahaan milik negara dan yang dikelola swasta masih kurang memasok. Karena harga yang tinggi dan cepat maka mulai marak pertambangan timah rakyat dengan dalih perekonomian. Dari hal tersebut masyarakat mulai meninggalkan pertanian yang telah dikelolanya. Mereka beralih pada yang menjanjikan dan cepat menghasilkan. Mulailah saat itu pertambangan timah rakyat menjamur. Dampak secara perekonomian sangat baik dapat meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga yang selama ini mengandalkan pertanian. Masyarakat menjadi konsumtif dan lupa diri dengan adanya lapangan pekerjaan yang baru yang cepat memberi hasil.

Dampak secara ekonomi meningkat, tapi lingkungan rusak, sungai kotor dan tidak bening lagi tidak dapat dimanfaatkan untuk mandi dan cuci, lobang-lobang bekas galian pun bertebaran di mana-mana karena masyarakat tidak menanan kembali bekas galian untuk mencari timah. Pertambangan rakyat mencari timah tidak hanya di daratan tapi juga di sungai dan di lautan. Yang paling terasa adalah nelayan karena mencari ikan harus jauh. Sungai tercemar dan pantai pun rusak lebih suara mesin untuk mencari timah. Pergaulan pun rusak, akhlak pun, masih banyak lagi dampak dari pertambangan rakyat bahkan rumah tangga pun hancur karena banyak perselingkuhan. Anak-anak yang sekolah pun banyak yang meninggalkan bangku sekolah demi rupiah yang menjanjikan. Sungguh sangat dilema untuk pertambangan rakyat ini. Ditutup dapat menyebabkan pengangguran bertambah tidak ditutup jumlah kerusakan alam semakin parah belum lagi kerusakan karakter.

Pemerintah daerah pun tarik ulur dengan kebijakan yang kadang kental dengan politis. Alasannya karena ekonomi. Belum lagi juga banyak pemilik pertambangan juga aparat negara. Semakin tinggi jabatan maka kepala daerah tidak dapat bertindak. Saat ditutup pertambangan rakyatnya maka demo untuk membukanya di mana-mana karena alasan perekonomian maju. Lagi-lagi dibatalkan penutupan tambang timah. Masyarakat pun yang berusaha di sana pasti senang karena pundi-pundi uang bertambah. Dan dapat dibayangkan kerusakan alam semakin parah. Sungai, lautan, tanah pertanian dan hutan lindung pun diramba juta. Belum lagi setiap pengusaha atau pemilik tambang mempunyai pelindung untuk melegalkan usahanya. Bisnis yang sangat menjanjikan tapi meluluhlantakan bumi.

Kini kebijakan tidak boleh menambang timah dilarang, yang menambang ditangkap, yang menjual dan membeli juga kena tangkap aparat. Di tengah harga BBM naik tambang rakyat pun dilarang maka masyarakat kembali mengeluh karena susah untuk makan. Padahal jika dilihat rata-rata mereka bukan mencari makan tapi mereka mencari materi untuk membeli apa saja yang menarik mobil, motor, rumah dan jalan-jalan. Masyarakat terus meminta pemerintah daerah mencabut kebijakan menutup dan melarang pertambangan rakyat dan sampai saat ini pemerintah daerah masih konsisten dan semoga berlaku selamanya. Karena dampak yang terjadi di masyarakat lebih banyak kerugian yang ditimbulkan. Bukan ingin mencari sesuap nasi tapi ingin mencari sebongkah berlian dengan tujuan hidup konsumtif. Karena jika hanya untuk makan maka masih bisa. Masyarakat pun harus menyadari akibat dari pertambangan yang telah menyebar kerusakan alam. Mau dihadiahi dan ditinggali apa lagi anak cucu bila alam telah rusak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post