Alia marah pada Bundanya karena tidak bisa memenuhi keinginan yang telah lama dipendamnya sejak dulu, yakni melanjutkan kuliah ke luar pulau. Padahal bunda sudah janji dan menyuruh Alia fokus untuk belajar dan belajar. Saat ingin mendaftar dan peluang untuk lulus pun ada tiba-tiba Bunda tidak mengizinkan dan memintanya untuk kuliah di sini saja. Kecewa pastinya, mengapa Bunda berubah?

Bunda sebenarnya memiliki biaya untuk kuliah putri semata wayangnya tapi kesendiriannya yang tidak siap jauh dari Alia membuatnya egois sejak Ayah Alia meninggal karena kecelakaan. Selama ini keduanya jarang terpisah dan pergaulan di kota juga sangat membuat orang tua ini berpikir matang. Dirinya nggak boleh egois karena telah membuat Alia kehilangan senyuman beberapa bulan ini. Perdebatan demi perdebatan membuatnya semakin jauh dari Alia. Ia sedih bagaimana cara memperbaiki hubungan yang semakin berjarak. Hingga pihak sekolah mengundang orang tua untuk menyetujui anak-anak mereka mendaftar sekolah ke luar pulau. Mereka diberi wawasan dan diminta mendukung usaha putra dan putri mereka yang telah berjuang mewujudkan cita-cita. Bunda Alia tersentak dan menyadari kekeliruannya dan seharusnya memberi kepercayaan serta dukungan pada anaknya. Ia pun setuju dan yakin bahwa setiap anak adalah titipan yang harus dijaga dan diarahkan pada jalan kebaikan.

Alia harus lulus ujian masuk perguruan tinggi jalur prestasi meskipun tidak mudah ia yakin pasti dapat mewujudkan cita-citanya menjadi peracik obat yang layak dan tepat serta menyehatkan. Bunda pun telah merestui dan meridhai keinginannya tinggal mengetuk pintu langit memohon pada Zat yang maha berkehendak.