Ardhiana Amran

Ardhiana Amran lahir di Jakarta, 1 Maret 1971. Alumni IKIP Padang (sekarang UNP) Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Bekerja sebagai guru di SMP Negeri 3 Kotab...

Selengkapnya
Navigasi Web
KUSENTUH HATIMU

KUSENTUH HATIMU

Lanjutan...

Hati yang Lembut

Sepekan telah berlalu dari peristiwa di siang itu. Aku telah kembali mengajar seperti biasa. Perubahan tak biasa kurasakan pada sikap siswa-siswaku, terutama Tegar dan teman-temannya. Mereka jauh lebih santun dan rajin. Saat kegiatan belajar mengajar, tak terdengar lagi suara celetukan atau timpalan yang menyakitkan telinga. Mereka tetap ramai, tetapi keramaian yang berbeda. Bertanya, menjawab sesekali tertawa dan tepuk tangan, menghiasi kegiatan belajar di kelas IX-E. Subhanallah, inilah hikmah besar yang Allah berikan.

“Tegar, tugasmu belum ada yang dikumpulkan. Segera dikerjakan ya. Kapan kamu bisa kumpulkan?” tanyaku tegas. Tegar tidak menjawab. Ia menundukkan kepalanya.

“Telah tiga tugas yang Teman-temanmu kerjakan. Kamu harus kejar ketinggalanmu ya, Nak.”

“Iya, Bu..saya akan berusaha.” Tegar masih menunduk. Wajahnya terlihat muram.

“Ada apa, Nak? Kamu sakit? Apa yang kamu pikirkan?” selidikku.

“Saya bingung, Bu. Gak tau mana yang mau dikerjakan lebih dulu. Banyak sekali tugas saya yang tertinggal. Saya juga tambah malas mengerjakan tugas dari Bu Ira, karena Ibu itu terus memarahi saya, bahkan menghina saya.”

“Berusahalah untuk mengerjakannya. Jika kamu tidak memulai, maka tidak akan pernah selesai, dan kamu tidak tahu berapa tugas lagi yang akan diselesaikan. Waktu kan terus berjalan, Tegar. Jika ada guru yang marah, kamu harus menerimanya, karena kamu memang salah. Terimalah kemarahan bapak ibu gurumu sebagai bentuk kasih sayang dan perhatian mereka padamu. Ibu yakin, kamu bisa menyelesaikannya. Bergegaslah!”

“Baik, Bu.” Tegar menjawab lirih. Wajahnya masih bersembunyi di balik keragu-raguannya. Kutatap kepergiannya dengan senyum. Si anak berwajah keras itu, sesungguhnya memiliki jiwa yang lemah. Berbagai masalah dalam kehidupannya yang masih berbilang singkat, bertubi-tubi mendera dan mengguncang jiwanya. Tak ada tempat ia berbagi dan berlindung. Ia justru harus melindungi ibunya dari kekejaman ayahnya. Sikap ayahnya yang kasar mempengaruhi pertumbuhan mentalnya. Sikapnya cenderung kasar dan pemarah.

Sebagai wali kelas, aku intens bertanya pada siswa-siswa yang bermasalah dengan guru lain, terutama masalah tugas. Bayu, Rio, Tegar, Ari, Desi, Andita, dan masih ada beberapa siswa kelas IX-E yang lalai dalam pengumpulan tugas dan saat kegiatan belajar mengajar. Memberi semangat dan bimbingan kulakukan sesering mungkin. Aku ingin siswa-siswa IX-E mampu mengubah persepsi guru-guru selama ini. Aku ingin, mereka mampu memberikan nilai positif di benak bapak ibu guru, lewat perubahan sikap santun mereka pun kedisiplinan. Aku tanamkan pada siswa, bahwa prestasi akan mengikuti sikap positif. Jadi, senantiasalah menjaga sikap-sikap positif.

Siang telah berganti senja. Kelas IX-E baru saja selesai membersihkan kelas. Semua kursi dan meja sengaja dikeluarkan, agar bisa menyikat lantai keramik putih yang telah menguning. Aku tak segan berbaur dengan mereka. Menyikat setiap sudut lantai. Sebagian siswa putra menumpuk meja untuk dapat membersihkan ventilasi kelas. Sebagian lagi tak lelah mondar mandir mengangkut air dari kran di musholla sekolah. Siswa putri tak kalah semangatnya. Mereka menyapu, menyikat, menyiram, dan mengepel lantai berulang-ulang. Mereka bekerja dengan riang diiringi lagu-lagu dari ponsel.

Kelelahan mulai terasa. Namun rasa puas dan takjub dengan perubahan kelas, membuat mereka melupakan rasa lelah itu. senyum menghiasi setiap wajah. Subhanallah, betapa indahnya pemandangan ini. Tak kulihat wajah acuh. Tak ada wajah mengejek. Pun tak kudengar kata kasar ke luar dari mulut mereka. Terima kasih Ya Allah, telah Kau lembutkan hati siswa-siswaku.

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren, Dian...

09 Jan
Balas

Terima kasih, Deni..

14 Jan

Kisah nyata bu

09 Jan
Balas

Iya..dan sedikit diberi bumbu imajinasi..hehee

14 Jan

Kisah nyata bu

09 Jan
Balas



search

New Post