Kemampuan menulis di kalangan praktisi pendidikan masih belum menjadi budaya. Memerlukan upaya yang serius untuk menumbuhkembangkan kebiasaan baik tersebut agar menjadi habit. Sangat miris jika melihat data yang ada, bahwa ketersediaan bahan bacaan populer maupun ilmiah di luar buku teks pelajaran, hanya berkisar 0,2% dari jumlah tenaga pendidik Indonesia. Menjadi sesuatu yang paradoks jika disandingkan dengan program nasional yang telah memasukkan literasi sebagai bagian dalam gerakan nasional menyukseskan Kurikulum 2013. Ikhsan, narasumber dari Tim Media Guru Indonesia mengemukakan hal tersebut pada kegiatan bimbingan teknis penulisan buku di LPMP Sumatera Barat, yang dilaksanakan pada 11 sampai 13 Desember 2017.

Sebelumnya, Derismen, Kabid Fasilitasi dan Penjaminan Mutu Pendidikan (FPMP), pada saat membuka secara resmi kegiatan menyampaikan bahwa; “Pemerintah secara nasional telah menjadikan literasi sebagai sebuah program mengembangkan potensi kemanusiaan yang mencakup kecerdasan intelektual, emosi, bahasa, estetika, sosial, spiritual, dengan daya adaptasi terhadap perkembangan arus teknologi dan informasi. Sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan, LPMP Sumatera Barat berkewajiban menumbuhkan salah satu kompetensi profesional tenaga pendidik tersebut dalam bentuk tindakan nyata”.

Kegiatan yang diikuti sebanyak lima puluh peserta tersebut terdiri dari unsur fungsional widyaiswara, pengawas, kepala sekolah dan guru di Sumatera Barat teah berhasil memancing minat tulis peserta. Produk berupa outline, sinopsis buku, reportase lahir dari kegiatan tersebut.***