Siang tadi saya mendapat kejutan yang menyenangkan. HAPAK saya keluar. Apa itu HAPAK? HAPAK adalah singkatan dari Hasil Penilaian Angka Kredit. Ya, November kemarin saya mengirimkan DUPAK (Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit) widyaiswara. Sebagai seorang widyaiswara, saya memiliki kewajiban untuk melakukan pengembangan profesi. Salah satu adalah menulis buku. Pada DUPAK November kemarin, saya mengusulkan buku karya saya yang terbit bulan Juli 2017 yang berjudul Memotret Kompetensi Siswa, Kupas Tuntas Penilaian SD sesuai Kurikulum 2013. Buku ini berisi pertanyaan-pertanyaan para guru tentang penilaian yang sering saya jumpai saat pelatihan. Di buku tersebut saya memberi jawaban dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami disertai contoh-contoh.

Buku tersebut saya tulis setelah mengikuti Mediaguru Writing Camp (MWC) pada akhir bulan Februari 2017 di PPPPTK PKn IPS Batu. Dengan bimbingan pak Mohammad Ihsan dan mas Eko Prasetyo, saya menyusun buku itu kurang lebih dua bulan. Setelah selesai, saya tidak langsung menyerahkannya ke tim editor. Saya meminta ijin dulu ke pak Ihsan untuk mengirimkan naskah saya untuk dicermati oleh ahli terkait materi (editor konten) yang saya susun. Alhamdulilah disetujui oleh pak Ihsan. Ada dua orang yang saya tunjuk saat itu yakni ibu Harti Kartini, dosen PGSD Universitas Negeri Malang yang sering membantu Direktorat Pembinaan SD Jakarta dan mbak Ana Lisdiana Tim Pengembang Kurikulum 2013. Menurut saya peran editor konten itu sangat penting agar karya saya tidak ada kesalahan konsep maupun implementasinya.

Selesai dibaca dan dikoreksi editor konten, saya revisi naskah sesuai masukan. Selanjutnya baru saya kirim ke editor Mediaguru (MG). Alhamdulilah naskah saya dipegang mbak Istiqomah, calon widyaiswara di kantor saya. Jadi saya mudah berkomunikasi dengannya sekaligus merapikan tulisan terutama dari segi bahasa.

Selesai diedit mbak Isti, giliran tim layout yang bekerja merapikan tampilan buku. Bulan Juni naskah proofreading sudah saya terima. Saya cek naskah dan menemukan ada beberapa kesalahan tulisan dan tabel yang terpotong. Saya beri catatan kemudian saya kirim lagi. Alhamdulilah bulan Juli, saya mendapatkan file siap cetak.

Segeralah hunting percetakan mana yang sesuai dengan kantong saya. Cetakan pertama 500 eksemplar selesai di bulan Agustus awal. Alhamdulilah buku terjual habis dalam waktu 3 bulan. Berikutnya saya cetak lagi 1000 eksemplar. Begitulah perjalanan panjang naskah yang akhirnya menjadi buku saya tersebut.

Kini buku itu telah “menyelamatkan” saya dari kewajiban pengembangan profesi yang harus saya capai. Seharusnya saya memerlukan angka kredit 12 untuk pengembang profesi. Dan dari hasil HAPAK, saya mendapatkan angka kredit 25 dari buku itu. Alhamdulilah...Luar biasa! Lega sekali. Untuk itu saya akan berbagi beberapa tips untuk widyaiswara agar buku lolos penilaian angka kredit widyaiswara dengan nilai 25.

1. Buku tersebut memenuhi kriteria APIK (Asli, Perlu, Ilmiah, Konsisten).

2. Buku tersebut menunjang tugas widyaiswara. Berarti kontennya tidak jauh dari tugas WI.

3. Buku ber ISBN. Ukuran buku minimal B5 dengan jumlah halaman minimal 50 halaman.

4. Penerbit menjadi anggota IKAPI. Alhamdulilah Mediaguru sudah menjadi anggota IKAPI.

5. Ada surat keterangan dari penerbit bahwa buku tersebut dicetak dan didistribusi secara nasional. Alhamdulilah buku saya sudah dicetak sebanyak 1500 eksemplar dan sudah tersebar di seluruh Indonesia. Meski saat itu promosinya hanya lewat FB dan WA ke kelas alumni diklat, tapi terbukti efektif.

6. Saya menambahkan tanda bukti uji keterbacaan dari tman-teman WI pada saat naskah masih draf. Tanda bukti berupa daftar hadir dan rekap uji keterbacaan. Ini tambahan, tidak ada di panduan PAK. Silahkan saja dicoba tidak menambahkan item ini.

Untuk yang poin 5, ada cerita sedikit. Saya secara japri sudah menghubungi pak Ihsan dan menyampaikan permasalahan. Karena saya WI yang pertama kali akan mengajukan buku untuk DUPAK, pak Ihsan agak kelabakan memikirkan bentuk surat tersebut. Belum lagi beliau saat itu masih sibuk mengisi pelatihan SAGUSABU di Bandung. Akhirnya saya membuat konsep surat dan saya kirimkan ke email beliau. Jadi beliau tinggal menambahkan kop surat, nomer surat, tanda tangan dan stempel. Setelah lengkap surat di scan dan dikirim ulang ke email saya.

Bismillah... setelah semua berkas lengkap, akhirnya saya kirim satu-satunya buku yang ada tanda tangan asli pak Sumarna Surapranata pada bagian kata pengantar. Sebenarnya sayang banget sama buku itu, tapi mau bagaimana lagi. Saya tidak mungkin mengirimkan buku yang belum ada tanda tangannya untuk dinilai. Saya tidak mau menanggung resiko buku itu tidak dihargai hanya karena hal-hal sepele.

Demikianlah perjuangan itu akhirnya berbuah manis. Alhamdulilah buku saya lolos penilaian dan dihargai dengan nilai 25. Buku yang semula tidak saya niatkan untuk memenuhi angka kredit. Semula saya menulis buku karena berniat berbagi ilmu dengan guru agar mereka mudah memahami penilaian. Siapa yang mengira pada akhirnya buku itu menjadi penyelamat pengembangan profesi saya? Itu bonus awal tahun yang luar biasa bagi saya.

Semoga pengalaman saya ini bermanfaat bagi teman-teman khususnya para widyaiswara yang bingung memenuhi poin pengembangan profesinya. Ayo WI menulis! Banyak yang sudah siap membantu para WI untuk memenuhi kebutuhan pengembangan profesi kita. Salah satunya Mediaguru.

Terima kasih kepada jajaran MG, pak Ihsan, mas Eko, mbak Istiqomah, tim cover dan layout, tim editor konten, dan semua keluarga MG yang selalu support. Semoga kita semua maju dan sukses bersama! Aamiin...

Batu, 16/01/2018