Arie Sulistyowati

Guru Pembelajar di SMP N 1 Pecalungan...

Selengkapnya
Navigasi Web
KESULITAN PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR MATEMATIKA

KESULITAN PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR MATEMATIKA

KESULITAN PESERTA DIDIK

DALAM BELAJAR MATEMATIKA

A. PENDAHULUAN

Mendengar tentang matematika tidaklah asing lagi bagi kita, pelajaran yang diberikan kepada peserta didik mulai dari SD untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir secara logis, analitis, sistematis, dan kritis. Hal ini diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Untuk mempelajari matematika diperlukan suatu kecerdasan dan keuletan yang matang, karena mata pelajaran ini dianggap oleh sebagian besar peserta didik sebagai mata pelajaran yang sulit. Hal ini disebabkan peserta didik banyak yang sudah mengganggap bahwa matematika itu adalah mata pelajaran yang sulit, sehingga peserta didik malas untuk mempelajarinya. Bisa juga disebabkan oleh cara penyampaian guru terhadap materi yang diajarkan kurang menarik, sehingga peserta didik malas untuk mengikutinya. Oleh karena itu, hasil belajar matematika peserta didik selalu berada di bawah mata pelajaran lainnya.

Akan tetapi, perbaikan terhadap prestasi matematika peserta didik terus dilakukan, baik dari segi materi maupun segi metode pengajarannya. Jika dilihat dari segi kegunaan suatu ilmu dalam kehidupan manusia, maka matematika mempunyai peran penting dalam bidang perdagangan, pertanian, pembangunan dan sebagainya. Sedangkan menurut polanya, menyelesaikan soal matematika memuat empat (4) langkah pokok, yaitu :

1. Memahami masalah.

2. Menyusun suatu rencana penyelesaian.

3. Melaksanakan rencana penyelesaian itu.

4. Memeriksa kembali penyelesaian yang telah dilaksanakan (Rey, 1984 : 36).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa empat (4) langkah pokok tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan peserta didik untuk menentukan jawaban yang benar dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang sulit sekalipun.

Kenyataan inilah yang mendorong dan memotivasi penulis untuk memaparkan makalah yang berjudul : KESULITAN PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR MATEMATIKA.

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat menyimpulkan rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Kesulitan apa saja yang dihadapi oleh peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal Matematika?

2. Apakah penyebab kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal Matematika?

3. Tindakan apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan peserta didik SD dalam menyelesaikan soal-soal Matematika?

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal Matematika.

2. Untuk mengetahui penyebab kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal Matematika.

3. Untuk mengetahui tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal Matematika.

B. PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar

Pengertian belajar menurut beberapa ahli adalah :

a. Belajar adalah suatu usaha untuk mencari pengertian, makna, dan pemahaman. Bila usaha ini gagal, maka anak akan gagal dalam pelajarannya (Dewa Ketut Sukardi, 1983 : 29).

b. Belajar adalah proses melibatkan manusia secara orang perorangan sebagai suatu kesatuan organisme sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Dimyata, 2002 : 156).

c. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Abu Ahmadi, 1991 : 122).

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang memungkinkan pada perubahan perilaku individu, baik yang alami maupun yang sengaja dirancang. Untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan, maka setiap peserta didik harus mempunyai kesiapan belajar yang baik, karena kesiapan belajar ini adalah salah satu faktor berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran di era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini.

B. Pengertian Matematika dan Hakekat Matematika

Banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang Matematika, namun sampai saat ini belum ada kesepakatan tentang definisi Matematika. Matematika berasal dari bahasa Latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Dalam bahasa Belanda, Matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang semuanya berkaitan dengan penalaran. Sedangkan secara etimologi, Matematika berasal dari kata mathema yang berarti pengetahuan, matheis yang berarti mempelajari, dan mathein yang berarti belajar. Jadi, hakekat Matematika adalah ilmu tentang bagaimana mempelajari atau memahami pengetahuan (Jaelani, 1990 : 16).

Unsur utama Matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam Matematika bersifat konsisten. Namun, materi Matematika dan penalaran Matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi Matematika dipahami malalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi Matematika.

Pada pembelajaran Matematika, pemahaman konsep sebaiknya diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif – deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep Matematika. Prinsip pembelajaran Matematika tersebut diharapkan akan membentuk sikap peserta didik yang kritis, kreatif, jujur, dan komunikatif.

C. Kesulitan Peserta didik dalam Menyelesaikan Soal-Soal Matematika

Pada umumnya “kesulitan” merupakan kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih berat lagi untuk dapat mengatasinya. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menghasilkan hasil belajar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah keadaan dimana peserta didik mengalami hambatan dalam belajar, sehingga tidak memenuhi harapan-harapan yang diinginkan dalam berbagai jenis mata pelajaran termasuk Matematika. Kesulitan-kesulitan tersebut dapat disebabkan oleh masalah karakteristik Matematika, masalah peserta didik, ataupun masalah guru.

1) Karakteristik Matematika

Karakteristik Matematika yaitu objeknya abstrak, konsep dan prinsipnya berjenjang, dan prosedur pengerjaannya banyak memanipulasi bentuk-bentuk. Peserta didik memerlukan waktu dan peragaan dalam menangkap konsep yang abstrak itu. Peserta didik akan mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep berikutnya, jika konsep yang sebelumnya tidak terbentuk dengan benar.

2) Masalah peserta didik

Setiap peserta didik mempunyai kecepatan belajar yang berbeda-beda dan gaya belajar yang berbeda pula. Mereka mempunyai kecenderungan untuk membentuk konsep sendiri yang akhirnya membentuk miskonsepsi. Selain itu, mereka juga kurang dalam latihan mengerjakan soal-soal Matematika.

3) Masalah guru

Setiap guru mempunyai persepsi sendiri tentang Matematika, hakekat belajar, dan mengajar. Mereka mempunyai gaya mengajar atau metode mengajar sendiri. Selain itu, mereka juga mempunyai keterbatasan pengetahuan dan keterampilan (Mohammad Soleh, 1998 : 34 – 39).

D. Penyebab Kesulitan Peserta didik dalam Menyelesaikan Soal-Soal Matematika

Dalam kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik, tidaklah selalu lancar seperti apa yang diharapkan. Kadang-kadang mereka mengalami berbagai kesulitan atau hambatan yang harus dihindari. Dan pengaruh tersebut sebaiknya bukanlah faktor penghambat yang harus dihindari, tetapi harus dicari jalan penyelesaian yang terbaik dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang ada, sehingga prestasi yang diharapkan bisa tercapai. Adapun penyebab kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal Matematika dibagi menjadi dua (2) faktor, yaitu :

1) Faktor Endogen

Faktor endogen adalah faktor yang datang dari dalam diri anak itu sendiri.

a. Biologis Faktor penghambat biologis adalah faktor yang secara langsung berhubungan dengan jasmani anak, seperti kesehatan, cacat badan, dan sebagainya.

b. b. Psikologi Faktor penghambat psikologi adalah faktor yang berhubungan dengan kejiwaan atau rohani yang berupa IQ, motivasi, intelegensi, perhatian, minat, bakat, dan emosi.

2) Faktor Eksogen

Faktor eksogen adalah faktor yang datang dari luar maupun dalam diri anak itu sendiri.

a. Faktor lingkungan keluarga Contohnya : orang tua, suasana rumah, dan keadaan sosial ekonomi.

b. Faktor lingkungan sekolah Lingkungan sekolah bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hambatan dalam kegiatan belajar peserta didik. Faktor tersebut antara lain :

1) Interaksi guru dan peserta didik Guru yang kurang berinteraksi dengan peserta didik menyebabkan proses belajar Matematika itu kurang lancar. Peserta didik merasa ada jarak dengan guru, maka mereka akan sulit untuk berpartisapasi aktif kegiatan belajar Matematika.

2) (2) Metode belajar mengajar Dalam kegiatan belajar, peserta didik menggunakan cara belajar yang keliru, yaitu bila besok ada ulangan barulah mereka belajar terus menerus dari siang sampai malam yang biasa disebut dengan sistem wayangan. Dalam metode pengajaran, kesalahan guru dalam pemilihan metode yang tidak tepat dalam menyampaikan materi juga dapat menyebabkan peserta didik sulit untuk belajar Matematika, misalnya metode ceramah.

c. c. Faktor lingkungan masyarakat Contohnya : media massa (TV), teman bergaul, kegiatan masyarakat, dan cara hidup berkeluarga.

Selain faktor endogen dan eksogen, ada dua (2) alternatif mengapa peserta didik tidak dapat mencapai tingkat penguasaan yang diharapkan dalam menyelesaikan soal-soal Matematika, yaitu :

1. Peserta didik tidak disediakan waktu yang cukup.

2. Peserta didik tidak menggunakan sepenuhnya waktu yang disediakan. Dengan demikian, tingkat penguasaan belajar peserta didik sangat tergantung kepada waktu.

E. Tindakan-Tindakan yang Harus Dilakukan untuk Mengatasi Kesulitan Peserta didik dalam Menyelesaikan Soal-Soal Matematika

Secara operasional, tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal Matematika sebagai berikut :

1. Mempersiapkan anak didik agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan didalam dunia yang senantiasa berubah ini, melalui bertindak atas dasar pemikiran secara logis dan rasional, kritis dan cermat, obyektif, kreatif, dan efektif.

2. Mempersiapkan anak didik agar dapat menggunakan Matematika secara tepat di dalam kehidupan sehari-hari dan didalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Selain itu, pemilihan metode pengajaran yang tepat bagi guru merupakan salah satu tindakan mengatasi kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal Matematika. Hal ini mengingat bahwa metode pengajaran merupakan komponen yang sangat penting dan membantu guru dalam proses belajar mengajar. Penerapan metode pengajaran ini dilaksanakan secara bervariasi. Adapun metode pengajaran yang sering digunakan dalam mata pelajaran Matematika adalah sebagai berikut :

1. Metode Tanya Jawab Metode ini adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadi komunikasi langsung yang bersifat two traffic, sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan peserta didik. Hal-hal yang diperhatikan dalam metode tanya jawab adalah :

a. Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab, antara lain :

(1) Untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran telah dikuasai peserta didik.

(2) Untuk merangsang peserta didik berpikir.

(3) Memberi yang belum dipahami.

b. Jenis kesempatan pada peserta didik untuk mengajukan masalah pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran.

(1) Pertanyaan ingatan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan sudah tertanam pada peserta didik.

(2) Pertanyaan pikiran, untuk mengetahui sejauh mana cara anak untuk berpikir dalam menanggapi suatu pertanyaan.

c. Teknik mengajukan pertanyaan

(1) Perumusan pertanyaan harus jelas dan terbatas, sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan pada peserta didik.

(2) Pertanyaan hendaknya diajukan pada kelas sebelum menunjuk kelas untuk menjawabnya.

(3) Beri waktu pada peserta didik untuk memeriksanya.

(4) Hargailah pendapat dari peserta didik.

(5) Distribusi atau pemberian pertanyaan harus merata.

(6) Buatlah ringkasan hasil tanya jawab, sehingga memperoleh pengetahuan secara sistematik.

Metode tanya jawab mendorong peserta didik untuk aktif dan dengan metode ini memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya tentang pelajaran yang belum dipahaminya, yang baru saja dipelajari di sekolah.

2. Metode pemberian tugas Metode pemberian tugas, karena bahan pelajaran banyak sementara waktu sedikit. Tugas yang diberikan kepada peserta didik bergantung pada tujuan yang akan dicapai. Adapun langkah-langkah metode ini adalah :

a. Fase pemberian tugas Tugas yang diberikan kepada peserta didik hendaknya mempertimbangkan :

(1) Tujuan yang akan dicapai.

(2) Jenis tugas yang jelas dan tepat, sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.

(3) Sesuai kemampuan peserta didik.

(4) Ada membantu pekerjaan peserta didik, petunjuk/sumber yang dapat dipakai dalam menyelesaikan tugas itu.

(5) Sediakan waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas tersebut.

b. Fase peserta didik mencatat hasil-hasil yang ia peroleh, dengan langkah pelaksanaan tugas sebagai berikut :

(1) Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru.

(2) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.

(3) Diusahakan/dikerjakan oleh peserta didik sendiri.

(4) Dianjurkan agar baik dan sistematik.

c. Fase mempertanggungjawabkan tugas Hal-hal yang perlu dikerjakan dalam fase ini adalah :

(1) Laporan peserta didik baik lisan maupun tertulis dari apa yang telah dikerjakan.

(2) Ada tanya jawab/diskusi kelas.

(3) Penilai hasil pekerjaan peserta didik baik dengan tes maupun nontes cara lainnya.

Penggunaan metode pemberian tugas sangat berguna bagi peserta didik, dimana memacu peserta didik untuk belajar dan membantu dalam pemahaman materi. Dengan tugas ini, peserta didik berusaha mencari jawaban atas permasalahan-permasalahan atau soal-soal yang diberikan guru pada peserta didik. Dengan tersebut diatas, maka akan membantu peserta didik untuk mengembangkan kreasinya, serta membina kedisiplinan, sehingga atas tugas yang diberikan oleh guru.

2. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses pekerjaannya, penggunaannya, komponen-komponennya yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. Jadi, demonstrasi yang dimaksud adalah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.

Petunjuk penggunaan metode demonstrasi, yaitu :

a. Persiapan

b. Pelaksanaan

c. Tindak lanjut

Penerapan metode ini untuk memperjelas, untuk memahami apa yang telah dipelajari, misalkan menerangkan sambil menunjukkan bendanya.

3. Metode diskusi

Diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada peserta didik (kelompok-kelompok peserta didik) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, serta menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.

4. Metode kerja kelompok

Kerja kelompok adalah salah satu proses belajar mengajar yang memberikan ruang agar peserta didik lebih aktif. Dalam pelaksanaannya, metode kerja kelompok menuntut kondisi serta persiapan yang jauh berbeda dengan format mengajar yang menggunakan pendekatan ekspositorik, misalnya ceramah. Bagi mereka yang belum terbiasa dengan metode ini akan memerlukan waktu untuk berlatih. Metode ini sangat tepat digunakan dalam mengajar Matematika, karena peserta didik akan paham jika dapat berkelompok dan mengekspresikan diri dan pikirannya dalam pemecahan masalah yang sulit sekalipun.

C. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil keseluruhan dalam Karya Ilmiah ini, maka penulis dapat menarik kesimpulan, sebagai berikut :

1. Pada umumnya, kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal Matematika disebabkan oleh masalah karakteristik Matematika, masalah peserta didik, dan masalah guru.

2. Kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal Matematika disebabkan oleh faktor endogen dan faktor eksogen, serta masalah waktu.

3. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan dalam mengatasi kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal Matematika adalah mempersiapkan peserta didik agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan, melalui bertindak atas dasar pemikiran secara logis dan rasional, kritis dan cermat, obyektif, kreatif, dan efektif, serta penggunaan metode mengajar yang tepat dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan karakteristik peserta didik.

B. Saran

Berdasarkan hasil keseluruhan dalam Karya Ilmiah ini, maka ada pandangan penulis yang sekiranya dapat diangkat sebagai saran, baik untuk guru ataupun peserta didik, yaitu :

1. Guru

a. Guru hendaknya dapat memahami secara mendalam tentang faktor-faktor penghambat yang menyebabkan sulitnya peserta didik SD dalam menyelesaikan soal-soal Matematika.

b. Guru diharapkan pada nantinya harus menggunakan metode mengajar yang tepat, karena setiap mata pelajaran yang ada disekolah, metode mengajar yang digunakan berbeda-beda, serta harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik.

2. Peserta didik

a. Peserta didik hendaknya untuk lebih banyak berlatih mengerjakan soal-soal Matematika, serta harus merubah cara belajarnya.

b. Peserta didik hendaknya menggunakan waktu seoptimal mungkin yang diberikan oleh guru dalam menyelesaikan soal-soal Matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Darkir. 1978. Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta.

Dimyanti. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Johnson. 1966. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Gramedia.

Koesmartono dan Rawuh. 1972. Matematika Pendahuluan. Bandung : ITB.

Rey. 1984. Prinsip dan Teknik Belajar. Jakarta : Polya.

Rika Joni, T. 1984. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : UGM.

Sudjana, Nana. 1990. Identitas Kesulitan Belajar Matematika. Jakarta : Gramedia.

Suwarno. 1982. Dasar dan Teknik Interaksi Belajar Mengajar. Bandung : Transito.

Syaikat, Tatik. 2000. Jenis-Jenis Kesulitan Peserta didik SD dalam Belajar Matematika. Semarang : IKIP Semarang.

Syaikal, Umar. 2003. Kalimat Efektif. Bandung : Bumi Aksara. Eng Kiat, Teh, dkk. 1992. Metode Belajar Mengajar. Malaysia : Pelangi SDN BHD.

Tim Penyusun Buku Matematika SD. 1994. Matematika SD. Semarang : UNDIP. Zahri,

Andi. 2001. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar. Jakarta : Bumi Aksara. Zuhro, Romli. 1998. Kalimat Efektif dan Teknik Menulis Makalah. Yogyakarta : Andi Oset.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulullah bisa untuk nambah wawasan

27 Feb
Balas



search

New Post