ARIFIN

Arifin terlahir di Jepara pada tahun 1973. Dia anak kampung. Untuk menyelesaikan pendidikan di tingkat SD, dia rela tidak memakai sepatu hingga dia duduk di kel...

Selengkapnya
Navigasi Web
GURUKU, SANG INSPIRATOR

GURUKU, SANG INSPIRATOR

Sewaktu belajar di tingkat sekolah menengah pertama (SMP), saya sangat terkesan dengan seorang guru tua yang energik. Namanya Pak Mathowi. Beliau guru bahasa Inggris. Walaupun tidak pernah mengenyam bangku kuliah di jurusan bahasa Inggris, namun kemampuan berbahasanya luar biasa. Beliau hanya belajar bahasa Inggris saat beliau nyantri di Pondok Pesantren Gontor.

Kemampuan beliau dalam mengelola pembelajaran pun tergolong hebat. Cara mengajarnya sederhana, praktis, tidak ruwet, dan menyenangkan. Beliau pandai memotivasi para siswanya dalam belajar. Motivasi yang beliau sampaikan selalu mengena di hati.

Setiap memulai proses pembelajaran beliau selalu menyelipkan satu ungkapan dan kisah penggugah semangat dalam bahasa Inggris dan Arab. Kata-kata penyemangat seperti, "man jadda wa jadda", "man yazra' yakhsud", "al a'limu kabirun wain kaana hadatsan", "biqadril kaddi tuktasabul maalii", "innal fataa man yaquulu haa anadza, laitsal fataa man yaquulu kaana abii" senantiasa menggema di awal pembelajaran.

Kalimat-kalimat motivasi itu membekas di hati kami, para siswanya. Apalagi setiap siswa juga diberi kesempatan untuk berbagi cerita yang terkait dengan satu kalimat penyemangat tersebut. Setiap siswa wajib maju ke depan kelas untuk menyampaikan satu kalimat bijak dan menerangkan maksudnya dengan bercerita dalam bahasa Inggris.

Sejak saat itu saya menjadi tergila-gila, jatuh cinta dengan bahasa Inggris. Walaupun beliau jarang memberikan pekerjaan rumah (PR), saya tetap membuat PR pribadi secara mandiri. Setiap hari saya mewajibkan diri untuk menghafal lima hingga sepuluh kosa kata.

Setiap sore, sepulang sekolah, sambil duduk di gubuk kecil di tengah sawah, mengusir burung-burung pencuri padi yang memulai menguning, saya berlatih sendiri layaknya orang gila. Saya berlatih mengucapkan kosa kata bahasa Inggris secara berulang-ulang,"speak", "eat", "walk", "pull", "kick", dan seterusnya. Terkadang saya juga berimajinasi seolah-olah sedang berkomunikasi dengan “orang bule” atau native speaker. Setiap hari kosa kata bahasa Inggris saya terus bertambah, dan kemampuan berbahasa saya semakin meningkat.

Pengaruh Pak Mathowi tidak terhenti pada semangat saya dalam mempelajari bahasa Inggris. Beliau bahkan juga mengisnpirasi saya untuk kuliah dan bekerja di bidang yang kental dengan kemampuan bahasa Inggris. Cita-cita baru ini bertolak belakang dengan keinginan orangtua saya yang mengharapkan saya menjadi seorang guru agama.

Ayah berharap agar saya menjadi seorang ustadz, guru agama yang piawai memimpin acara keagamaan, ceramah, qiraah, dan mendalami ilmu agama. Sedangkan saya sendiri ingin jadi seorang guide atau pemandu pariwisata yang setiap saat bisa bicara dengan orang luar negeri dan bisa menjelajah ke seluruh pelosok dunia. Saya bermimpi, suatu saat bisa menginjakkan kaki di kota-kota Amerika, Inggris, atau Australia.

Pada akhirnya, keinginan ayah lah yang menjadi kenyataan. Saya benar-benar menjadi guru agama. Cita-cita saya menjadi seorang pemandu wisata tidak terwujud. Rupanya doa-doa dan ihtiar saya tidak mampu menandingi doa nubuat (self-fulfilling prophecy) ayah saya. Harapan dan doa ayah saya lebih kuat sehingga mampu menembus langit dan dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Walaupun saya tidak menjadi seorang pemandu wisata, kecintaan saya pada bahasa Inggris tidak pernah padam. Inspirasi yang ditularkan oleh pak Mathowi tertanam dalam di hati. Kecintaan dan kemampuan saya dalam berbahasa Inggris menjadi nilai tambah bagi profesi saya sebagai seorang guru agama. Kemampuan tambahan inilah yang pada akhirnya membantu saya memperkaya pengetahuan dan pengalaman.

Kemampuan bahasa Inggris membuka kesempatan saya untuk mengikuti kegiatan guru di lingkup internasional. Bersama beberapa guru Indonesia saya diterima dalam program Teacher Exchange Program di University of Massachussets Amerika Serikat. Kemampuan bahasa Inggris pula yang mengantarkan saya memperoleh beasiswa kuliah gratis di program pasca sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di Universitas Gadjah Mada.

Kepada ayah dan pak Mathowi, saya harus berterima kasih. Ayah melalui doa nubuatnya meletakkan saya pada profesi yang mulia. Pak Mathowi melalui inspirasi hebatnya mampu menggerakkan saya belajar bahasa Inggris secara mandiri dan mencintainya sehingga membekali saya dalam meraih kesempatan-kesempatan langka dalam perjalanan karier saya.

Untuk beliau berdua di alam barzah sana , doaku semoga Allah mengampuni dosa-dosanya , mengasihaninya, melindungi dan memaafkannya, memuliakan beliau berdua dengan menempatkannya di posisi terbaik, membersihkan segala dosa dan kesalahannya, serta memasukkan beliau berdua ke dalam surga dan melindunginya dari siksa api neraka. Amiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Dahsyat... Cara bertetima kasih pada guru yang berjasa adalah dengan menuliskannya. Keren mas

20 Mar
Balas

makasih pak Ihsan...mohon bimbingannya..

21 Mar

Menarik sekali tulisannya, jadi ingat guru SMP ku dulu.....

20 Mar
Balas

Maksih pak...

21 Mar

Itulah bentuk ungkapan isi hati yang sejujurnya. Dari guru tersebut, mungkin kalau sekarang dibilang tidak profesional, karena pendidikan dengan dibuktikan hitam di atas putih tidak ada,namun kehaliannya diakui masyarakat, terkesn pada muridnya setelah jadi guru.

20 Mar
Balas

Thanks pak...

21 Mar



search

New Post