ARIFIN

Arifin terlahir di Jepara pada tahun 1973. Dia anak kampung. Untuk menyelesaikan pendidikan di tingkat SD, dia rela tidak memakai sepatu hingga dia duduk di kel...

Selengkapnya
Navigasi Web
TETAPLAH  BODOH

TETAPLAH BODOH

Tantangan guru dalam mengelola pembelajaran semakin kompleks seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi informasi komunikasi. Guru berlomba dengan teknologi canggih dalam merebut perhatian siswa. Handphone, gadget, tablet, smartphone dan berbagai jenis perangkat komunikasi canggih lainnya lebih menarik bagi siswa daripada ceramah guru.

Tidak jarang para siswa diam-diam menyimak informasi menarik lainnya di perangkat elektronik mereka dari belakang meja ketika gurunya asyik berbicara di depan kelas. Tampilan warna-warni dan serba fresh dari sebuah sentuhan di smartphone lebih menyedot perhatian mereka dari materi pelajaran yang dipaparkan guru.

Inilah salah satu tantangan terberat guru saat ini dalam pembelajaran. Jika guru tidak mampu bersikap dan berperilaku kreatif-inovatif maka kegiatan pembelajaran yang dipandunya akan menjadi seperti "menggembala kambing" di padang pasir.

Apa yang dimaksud dengan kreatif-inovatif? Kreatif-inovatif merupakan sikap dan perilaku guru yang aktif dalam memunculkan berbagai gagasan baru dan mengimplementasikan gagasan baru tersebut dalam pembelajaran sehingga memberikan nilai tambah positif bagi proses dan hasil pembelajaran siswa. Gagasan baru tersebut bisa berbentuk pendekatan pembelajaran, metode, teknik, dan gaya atau cara mengajar baru yang lebih menarik dan sesuai dengan gaya belajar siswa. Dengan daya kreatif-inovatifnya ini guru mampu mengelola pembelajaran dengan lebih berdaya guna.

Persoalannya kemudian adalah bagaimana agar guru bisa memunculkan gagasan-gagasan baru dan mengimplementasikan gagasan tersebut untuk lebih mendayagunakan pembelajarannya? Steve Jobs, CEO Apple Computer dan Pixar Animation Studio, dalam pidatonya di depan para wisudawan Stanford University pada bulan Juni 2005 memberikan pesan agar para wisudawan memiliki sikap yang terangkum dalam ungkapan "Stay Hungry, Stay Foolish". Artinya, "Tetaplah merasa lapar, tetaplah merasa bodoh".

Maksud Steve Jobs di sini bukanlah agar guru harus tetap bodoh dan lapar tanpa berbuat apapun. Dengan ungkapan itu, Steve Jobs seolah mengatakan bahwa guru tidak boleh merasa pintar apalagi keminter. Guru harus merasa lapar akan ilmu pengetahuan sehingga terus belajar dan belajar. Guru perlu terus merasa bodoh sehingga dia terus membaca dan mencari pengetahuan baru. Dengan cara demikian gagasan baru akan muncul.

Gagasan baru tidak harus benar-benar baru karena hal yang demikian tidak mungkin terjadi. Semua gagasan baru pasti dilandasi oleh gagasan-gagasan lama yang diramu ulang, dimodifikasi, atau digabungkan sehingga menelurkan sesuatu hal yang lebih baru, lebih efektif dan berdaya guna.

De Pree (2001) dalam buku Leading For Innovation menuliskan "nothing comes from nothing. Everything in the world already exists, whatever seems new is only something old rearranged." Bagi De Pree, tidak ada hal baru yang benar-benar baru. Segala sesuatu yang baru merupakan hasil dari barang lama yang disusun ulang, diramu ulang sehingga menjadi hal baru. Demikian pula pendapat Steve Jobs, dia mengatakan, "creativity is just having enough dots to connect." Kreativitas adalah menggabungkan titik-titik yang ada menjadi garis baru, connecting the dots.

Agar lebih fresh dan lebih sesuai dengan situasi kondisi nyata siswa dan lingkungan sekolah, guru bisa melakukan inovasi dengan memodifikasi atau meramu metode-metode pembelajaran yang ada menjadi metode baru yang lebih efektif. Dua metode dicampur menjadi satu adalah sebuah inovasi. Guru tidak perlu takut untuk melakukan trial and error. Asalkan berlandaskan teori belajar dan ilmu jiwa pendidikan, guru bisa berinovasi menciptakan metode-metode baru.

Satu contoh, seorang guru agama merasa kesulitan ketika mengelola pembelajaran tentang wakaf. Materi ini dirasa sangat sulit diajarkan. Jika dia mengajar dengan menggunakan metode ceramah, maka bisa dibayangkan betapa bosannya siswa. Maka kemudian dia berfikir tentang terobosan baru, dia melakukan trial and error dengan menocoba meramu metode lama menjadi metode baru.

Dia menciptakan metode BeDo, singkatan dari Be Doers (menjadi pengamal). Dengan metodenya ini dia menyusun kegiatan pembelajaran praktik wakaf bagi siswanya. Para siswa didorong menyusun proposal wakaf dan melakukan praktik wakaf langsung di kampung-kampung yang mereka tentukan sendiri.

Dengan cara ini para siswa tidak hanya memahami kaifiyat wakaf namun juga merasakan sensasi afektif dari perjumpaan dan interaksinya dengan para penerima wakaf. Dengan metode BeDo, pembelajaran wakaf tidak terjebak dalam verbalisme seperti ketika menggunakan metode ceramah ansich.

Guru juga bisa mengekploitasi perangkat TIK yang ada di lingkungan sekolah. Smartphone dan perangkat TIK lainnya yang dimiliki siswa perlu dimanfaatkan untuk menunjang kesuksesan pembelajaran, bukan dibiarkan menjadi pemecah perhatian belajar. Siswa bisa membuat film pembelajaran sedwerhana dengan perangkat TIK yang mereka miliki. Ini juga sebuah perilaku inovatif jika guru mampu membacanya dan mengeimplementasikannya.

Inilah sekelumit contoh tentang perilaku inovatif. Sederhana, tidak rumit. Hambatan yang sering dihadapi guru dalam berinovasi adalah sikap merasa sudah cukup dengan hal yang sudah ada, atau rasa takut salah dan gagal, serta lingkungan sekolah yang kurang menghargai gagasan-gagasan baru.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah setelah saya baca scr seksama tulisan ini sangat menginspirasi skl, terutama guru bidang studi fiqih hrs berupaya menerapkan metode Be-Do ini supaya siswa lebih terkesan dgn pengalaman yg telah dilakukan. Sebagai contoh untuk menjelaskan masalah najis mutawassitoh sangat lumrah dg ceramah, ttp dlm prakteknya sangat membahayakan jika kurang hati-hati. Misal untuk menghilangkan najis ditengah masjid jika tdk hati2 seluruh masjid bisa jadi najis semua (dlm arti hrs dipraktekkan betul2 oleh siswa dibawah bimbingan guru).

13 Mar
Balas

Lebih baik lagi jika praktek menghilangkan najis tadi dibuat video klip durasi 10 menitan dg model para siswa. Tks

13 Mar
Balas



search

New Post