Jainul arifin

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pusaka Darah Part 1 (tantangan menulis hari ke-29)

Pusaka Darah Part 1 (tantangan menulis hari ke-29)

Bumi Pawitra, banyak orang menyebutnya penanggungan, adalah sebuah padepokan atau kita bisa menyebutnya sebuah desa.

Walau hanya kabar burung, tidak ada yang tahu letak pasti posisi desa tersebut, dengan berbagai pohon besar dan hewan buas, penduduk sekitar melarang siapapun untuk mengusik atau mendatangi hutan tersebut.

Hutan lebat nampak selalu tertutup kabut, siapa yang memasuki hutan dan menghirup asapnya ia tidak akan kembali dengan selamat, dengan pesona misteriusnya gunung dengan hutan misterius itu tetaplah menjadi misteri, tanpa seorangpun mau mengusiknya.

Pernah suatu ketika, terdengar dentuman keras dari arah hutan misterius. Masyarakat yang terbiasa dengan hal tersebut, membiarkan saja, mereka percaya bahwa dentuman tersebut ulah penduduk padepokan yang sedang beradu ilmu Kanuragan.

Sungguh pemandangan yang mempesona, kicauan burung bersahutan, suara "Gareng" sejenis serangga yang mengeluarkan bunyi terus menerus, guna menarik perhatian serangga sejenisnya. Hanya dapat kita dengar di desa. Gemericik air menambah harmoni, semilir angin menerbangkan dedaunan kering berwarna coklat. Kesegaran udaranya tak ada duanya bila dibandingkan dengan kehidupan kota.

Desa Tamiajeng orang menyebutnya, sebuah desa di kaki gunung penanggungan, berbatasan langsung dengan hutan misterius, walaupun antara hutan dengan desa terdapat hamparan persawahan penduduk. Menurut sejarahnya desa dengan mayoritas penduduknya bertani, walaupun ada beberapa penduduk yang mencari kayu bakar untuk dijual.

Jejak sejarah kerajaan dari berbagai tempat, dapat ditemukan, mulai dari petirtaan, gerbang candi, sampai rumah asli mulai jaman kuno dapat ditemukan dengan mudah, sungguh jiwa pelestarian masyarakat desa tersebut melebihi yang dapat kita bayangkan.

Tentu saja, benda pusaka dapat kita jumpai dihampir semua rumah penduduk, katanya untuk keselamatan dan berkah. Walau demikian tetap diturunkan kepada anak cucu keturunan mereka. Hal itu, berlangsung dari beberapa generasi, bahkan kakekku yang berasal dari keluarga biasa, mempunyai beberapa benda pusaka, yg diwarisi dari ayahnya.

Tombak berbagai jenis, beberapa keris menghiasi ruangan khusus. Hanya dalam keadaan tertentu saja dibuka, untuk mendapatkan energi kehidupan dari gunung. Sungguh penuh dengan suasana yang benar-benar membuatku takut, manakala berlibur ke desa.

Sepertinya hanya ayah dan ibu yang bergembira karena bertemu dengan saudaranya. Tidak denganku. Hidup di desa yang tidak ada listrik, apalagi internet, membuat jiwa ini terasa mati duluan, sebelum bertindak untuk melakukan kegiatan apapun.

...

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post