Arif Ismail Santosa

Mulai dari sekarang coba aja....

Selengkapnya
Navigasi Web

DEBU-DEBU MASJID

DEBU-DEBU MASJID

Adzan sholat ashar berkumandang

Suaranya menggema bersautan

Panaggilan begitu menarik jiwa

Menggantikan aktivitas, memutuskan kesibukan, menunda pekerjaan.

Panggilanmu menyejukan muka dengan basahan air wudhu memutus keringat, panas, lengket muka siang kemarau menyengat kulit wajah dan tangan.

Orang berpakaian baju alisan lengan panjang dimasukkan dalam celana bergegas keluar dari gedung samping masjid memenuhi panggilan pintu gerbang masjid berdebu panas berderak. Terbuka menerima undangan Allah.

Kopiah putih ditaik dari kantong celana panjang dipasang di kepala. Celana ditarik setengah betis melangkah menuju tempat wudhu. Air wudhu terkumpul ditangkupan tangan dilemparkan kemuka pelan, nikmat, segar menyempurnakan serangkaikan ibadah, mengalirkan tetesan pahala.

Di seberang masjid seberang jalan dibawah teras gardu hansip sosok laki setangah baya duduk diam mata memandang seliweran orang bergagas ke masjid. Sesekali asap rokok keluar dari jarinya yang berhias kulit tua.

Dia santai , tenang menunggu gerobak berutliskan “Terima Vermak levis”. Tak ada yang dilakukannya. Santai .

Ributnya debu mengiringi gerakan orang-orang tak dihiraukannya

Tenang tak peduli suara adzan

Inikah yang dikatakan “ Allah mengunci telingan dan hati orang yang dikehendakinya”

Dari depan jalan masjid sepanjang 12 meter.

Di peluran beton sampaing gardu hansip laki-laki berbadan gemuk tagap dengan tongkat penyangga tubuhnya melangkah pelan, satu langkah berhenti, ambil nafas, satu langkah berhenti mengengok samping belakang jalan.

Matanya menatap warteg beberapa meter di depannya.

Tetap santai dia melangakah tak peduli orang bergagas mengejar khomad dimasjid.

Kakinya bengkak tak bisa dilipatnya, langkahnya kaku seperti robot kehabisan betere.

Kasihan dia.

Adzan khomad berkumandang,

Dia masih tiga, empat lagkah menuju arah warteg mejauhi masjid.

Pandangannya dingin tenpa ekspresi, tatapan putus asa sambil sesekali menegur orang yang dia kenal menuju ke masjid.

Inilah hidayah.

Allah tak memberikannya.

Allah tak menggerakkan kakinya menuju adzan .

Ya Allah aku bersyukur Engkau masih mau meniupkan keinginan hatiku untuk menuju panggilanmu, menuju tuntunanmu.

Ya Allah Engkau memberikan dan menggerakkan hidayah-Mu pada orang yang Engkau kehendaki dan mengambilnya dari orang yang kau pilih.

Mengapa aku yang kau pilih, mengapa orang yang cukup dimataku yang kau pilih. Mengapa

Engkau tidak memberikan pada lelaki tukang vermak levis, pada lelaki gemuk itu.

Ilmumu terlalu tinggi untuk aku cerna, untuk aku pahami.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post