Jalur zonasi di bulan Juni

Jalur keadilan, transparan, dan pemerataan.

Saatnya mencari sekolah, pindah sekolah,

orang tua ribut, siswa panik, sekolah sibuk, siapkan panitia, pasang pengumuman.

Ini zaman terbuka, transparan, semua terlihat jelas.

Ini bulan Juni

Informasi samar-samar tentang pendaftaran siswa baru mulai dapat sepotong-sepotong

Tahun ini berbeda dengan tahun lalu

Setiap tahun berubah.

Judulnya kah, istilahnya kah, alurnya kah, pokoknya harus ada bedanya.

Katanya ini yang disempurnakan .

Semua dilakukakan atas nama pemerataan pendidikan, atas nama keadilan pendidikan, atas nama tepat sasaran , tidak ada yang dirugikan.

Jelas adil.

Ini jalur zonasi

Jalur keadilan, transparan, dan keterbukaan.

Bukan jalur lokal dan non lokal

Sekolah wajib pasang spanduk besar-besar – pendaftaran online tanpa biaya jujur tarnsparan-

Orang tua dikumpulkan diberi pengarahan, wali kelas berbusa-busa menambahkan penjelasan pada para siswa. Para siswa diingatkan berulang-ulang. Biar tidak salah paham yang berujung penyesalan .

Ini jalur zonasi

Jalur keadilan, transparan, dan pemerataan.

Siswa dapat masuk sekolah yang paling dekat dengan rumah yang diterima.

Lokal prioritas diterima , dengan dasar KK. Siswa tinggal cetak lokasi jarak sekolah ke rumah. Bawa kesekolah, lalu tunggu pengumuman. Selesai.

Ini adil, jelas, transparan.

Ini jalur zonasi

Jalur keadilan, transparan, dan pemerataan.

Para siswa pilihan berjuang di sekolah, lanjut bimbel sampai jam tiga, lanjut bimbel di luar sekolah sampai jam enam, magrib sampai dirumah lenjut bimbel online.

Hari Sabtu Minggu, cari buku soal, kumpulan soal, dibuku teks, teman, sekolah.

Semua dilakukan agar dapat nilai UN yang tinggi sehingga mampu bersaing dengan teman sekolah lain untuk masuk sekolah SMA favorit idaman.

Begitu mendapat nilai yang diperjuangkan dengan pengorbanan.

Ini tidak diperhitungkan

Yang diperhitungkan jalur zonasi terdakat.

Ini tidak adil.

Ini jalur zonasi

Jalur keadilan, transparan, dan pemerataan.

Sekolah tempat mencari keadailan

Tempat pendidikan mencetak pribadi yang jujur, transparan tak bisa diandalkan

Pedaftaran online diterima sekolah dengan jumlah sudah ditetapkan.

Tiba-tiba dari negeri oknum muncul sejumlah nama yang hurus diterimakan.

Ini dari atas. Tanpa jalur. Tanpa kuota.

Sekolah harus menerima. Sekolah tak bisa bicara.

Tiba-tiba sekolahku disegel pak RT, para preman berkedok keamanan menutup sekolah. Mereka berjaga dipintu gerbang. Semua tidak bolah masuk. Kepala sekolah dan beberapa guru terkurung.

Mereka protes. Kami tinggal disini mengapa tidak bisak masuk ke sekolah ini.

Ramai, berantakan, semrawut, teriakan-teriakan kebencian menghina menghasut, memrovokasi.

Katanya ini jalur zonasi. Mana?

Kami tahu sekolah ini menerima murid dari luar.

Anak kami harus di terima.

Ini jalur zonasi

Jalur keadilan, transparan, dan pemerataan.

Pak RT dipanggil, keamanan kampung ditanya. Ibu-ibu diberi kesempatan biacara. Semangatnya beringas seperti berebut diskon dipasar swalayan.

Jawabannya ketus menuduh kami sekolah tak jujur, tak adil, mata duitan.

Zonasi macam apa ini.

Pak Rt ditanya “Anak Bapak yang masuk di sini?”

“Bukan, tetanga saya.”

Keamanan ditanya, “Anak Bapak yang mau masuk sini?”

“Bukan, ini tetangga saya.”

Ibu-ibu ditanya, “Anak ibu yag mau masuk sini?”.

“Benar. Ini anak saya.”

“Kami sudah mengelurkan uang 4 juta. Anak kami harus diterima. Kalau tidak uang kembali. Harus kembali.”

Sekolah tak terima, kepala sekolah tak terima, guru tak terima.

Siapa yang terima.

Uang diterima pak RT. Pada keamanan, mereka menjamin pasti bisa masuk sekolah ini.

Inikah Zonasi.

Jalur keadilan, transparan, dan pemerataan.