Arif Sahla

Arif Sahla seorang pendidik yang berdomisili di Tangerang Selatan. Arif dikenal sebagai pribadi yang memiliki minat besar dalam dunia literasi. Kecintaannya ter...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kartini Tetap Rendah Hati, Membumi Meski Penuh Anugerah
Kartini Tetap Rendah Hati, Membumi Meski Penuh Anugerah

Kartini Tetap Rendah Hati, Membumi Meski Penuh Anugerah

Di momen Hari ini tepat tanggal 21 April, yuk sejenak kita merenung. Rasanya kangen banget ya, sama sosok perempuan hebat, seperti Raden Ajeng Kartini. Sosok lembut, cerdas, rendah hati, dan penuh kasih. Sekarang ini, di tengah banyaknya perempuan yang sibuk flexing alias pamer kemewahan di media sosial, kita jadi rindu dengan keteladanan yang dulu pernah begitu nyata.

Bukan bermaksud menghakimi, tapi kadang miris juga melihat bagaimana sebagian Kartini masa kini justru terjebak dalam gaya hidup yang glamor, lupa bahwa emansipasi itu bukan berarti bebas tanpa batas. Contohnya, yang lagi Viral Bu Guru Salsa dengan goyangannya, menyusul Bidan Rita dengan Sensasinya. Belum lagi istri pejabat yang gemar pamer barang branded! Pengen popularitas itu boleh-boleh saja tapi inget pakai cara yang baik, pakai contoh yang terpuji seperti yang dicontohkan Ibu kartini. Padahal, Kartini yang asli justru mengajarkan kita untuk tetap membumi dengan kesederhanaan walau punya segalanya.

Di Hari Kartini ini, rasanya penting banget untuk kembali menghidupkan nilai-nilai yang dulu diperjuangkan RA Kartini. Perempuan yang bukan cuma bicara soal kesetaraan gender, tapi juga tentang pendidikan, kesederhanaan, dan sikap rendah hati. Beliau memperjuangkan hak perempuan untuk belajar dan berkembang, tapi tetap tahu batas, tetap menjunjung nilai-nilai sebagai perempuan yang beradab.

Kita semua rindu, Kartini yang lemah lembut, sederhana, dan penuh empati. Sosok yang pintar, suka membaca, menulis, bahkan korespondensi dengan teman-temannya di luar negeri. Beliau itu bukan cuma cerdas, tapi juga punya hati yang besar. Perempuan yang memperjuangkan pendidikan, bukan buat pamor, tapi karena peduli.

Nah, dari berbagai kisah tentang RA Kartini, ada tiga sikap utama yang rasanya masih sangat relevan buat kita teladani hari ini:

Sederhana dan rendah hati.

Meski berasal dari keluarga bangsawan, RA Kartini nggak pernah sombong. Nggak suka pamer, apalagi gaya hidup yang berlebihan. Beliau justru lebih suka membaur, bergaul dengan siapa saja tanpa memandang latar belakang.

Penuh kasih dan peduli pada sesama.

Kartini adalah sosok yang punya kepedulian tinggi. Beliau senang mengajar anak-anak yang kurang beruntung. Perhatian, penuh empati, dan selalu berusaha membuat orang di sekitarnya merasa nyaman.

Cerdas dan haus ilmu.

Walaupun dipingit, semangat belajar RA Kartini nggak pernah padam. Ia banyak membaca, berdiskusi, dan menulis surat ke sahabat-sahabatnya di luar negeri. Beliau benar-benar menunjukkan bahwa kecerdasan adalah kekuatan perempuan.

Nggak cuma itu, Kartini juga sangat menghormati orang tuanya. Meski harus berhenti sekolah karena keputusan keluarga, beliau tetap menerima dengan lapang dada. Nggak membangkang, tetap berbakti, dan rela menahan ego demi menghormati keputusan orang tua.

Sikap seperti itulah yang bikin Kartini terus dikenang. Di tengah derasnya arus budaya pamer dan egoisme sekarang, nilai-nilai itu justru makin langka. Maka, semoga Kartini masa kini—para perempuan hebat zaman ini—bisa meneladani setidaknya sebagian kecil dari karakter mulia RA Kartini. Menjadi perempuan yang cerdas, sukses, tapi rendah hati, bebas tapi tetap tahu arah, kuat tapi tetap lembut hatinya.

Dan semoga dunia pendidikan kita, khususnya para guru, bisa ikut ambil peran. Karena siapa lagi yang lebih dekat dengan anak-anak dan generasi muda kalau bukan guru? Keteladanan RA Kartini bisa lebih mudah diterima dan membumi jika disampaikan lewat laku dan tutur para pendidik. Bukan sekadar materi pelajaran, tapi lewat sikap dan contoh nyata setiap harinya. Guru adalah jembatan paling dekat antara nilai-nilai luhur masa lalu dan masa depan yang lebih baik.

Terima kasih Ibu Kartini, untuk teladan yang tak lekang oleh zaman. Dari Kartini, kita belajar bahwa emansipasi sejati bukan soal ambisi, tapi sikap yang bijak dan penuh makna.

Salam Literasi untuk Ibu Kartini Masa Kini 🌸

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post