Sang Ibu bersedih Atas anak- anaknya
Sang Ibu Bersedih atas Anak-anaknya
Pandemi covid sudah mulai reda, kegiatan Ibu-ibu pengajian pun sudah tampak aktif kembali. Pengajian ibu-ibu terjadwal setiap malam minggu. Ya malam minggu! Karena sebagian ibu-ibu pengajian adalah seorang wanita yang beraktivitas seperti suami mereka. Ibu-ibu ini sibuk bekerja setiap harinya kecuali di akhir pekan.
Dan sebagai bentuk kepatuhan pada pemerintah, jamaah pengajian ibu-ibu pun menerapkan protokol kesehatan. Semua jamaah menggunakan masker, cuci tangan sebelum masuk ke masjid, dan mereka pun menjaga jarak satu sama lain.
Setelah membaca tahlil dan yasin, giliran pak Ustadz menyampaikan tausiahnya. Kali ini pak ustaz membawakan tema, “Dekati Pencipta Corona dengan kualitas ibadah paripurna.
Setelah menyampaikan tausiahnya, seperti biasa giliran para jamaah menanyakan tentang isi materi tadi. Mulailah pertanyaan dibuka, ada seorang ibu memberanikan diri bertanya kepada pak Ustaz.
Assalamualaikum
izinkan saya bercerita tentang masa kecil anak-anak saya, Pak Ustadz.
Sebagai orang tua, saya bertekad mendidik anak-anak saya dengan baik. Semasa kecil dulu, anak-anak saya penurut. rajin belajar, rajin mengaji. rajin sholat. Jika pun sesekali nakal, mereka selalu mendengarkan omongan saya, ibunya.
“Lalu, apa yang ingin ibu tanyakan?” kata Pak Ustadz.
Ibu yang sudah menua ini, mulai bersuara lirih. Seperti ada masalah yang berat. Gelisah hatinya.
Begini Pak Ustadz. Saya punya 3 orang anak. 2 laki-laki, 1 perempuan. Semuanya sudah berkeluarga. Dan sudah punya anak pula. Alhamdulillah, sekarang saya nenek dari banyak cucu. Mestinya, saya bahagia sebagai seorang Ibu karena telah diberi kesempatan oleh Allah untuk mendidik anak-anak saya hingga punya rumah tangga sendiri. Inginnya, saya bangga pada cucu-cucu saya yang menggemaskan. Bangga pada anak-anak saya yang sudah berhasil. Maklum, saya kan sudah tua.
Tiba-tiba si ibu menangis. Air mata membasahi pipinya, lalu diusapnya. Suasana pengajian pun menjadi hening. Sambil terisak, si ibu melanjutkan ceritanya.
Tapi sekarang, Pak Ustadz, kenyataannya tidak seperti itu. Saya merasa gagal menjadi ibu. Saat ini, anak-anak saya tinggal jauh dari rumah saya. Sesekali mereka mengunjungi saya. Bersama cucu-cucu saya. Menanyakan keadaan saya. Dan yang membuat saya sedih, anak-anak saya masih lalai dalam menjalankan sholat. Kadang sholat, kadang tidak. Mungkin, menantu dan cucu-cucu saya juga begitu. Mereka sering asyik dengan kegiatannya sendiri. Mereka lalai. Saat ke rumah, saya masih suka ngajak sholat, tapi mereka jawab, “Ibu sholat saja dulu, lagi tanggung nih ..”.
Pak Ustadz, itulah yang membuat saya sedih. Sebagai orang tua, saya takut akan dosanya. Apa yang salah dengan saya? Perasaan, saya sudah mendidik anak-anak saya dengan benar. Sewaktu kecil, mereka saya ajari mengaji, sholat. Bahkan saya panggilkan guru ngaji ke rumah. Tapi setelah dewasa ...... Justru di saat berhasil, mereka lalai.
Si ibu tak mampu melanjutkan ceritanya. Ia mengusap air mata lagi. Masih sesunggukan. Tak kuat menahan penyesalannya. Suasana pengajian makin hening. Semuanya tertunduk, pilu.
Lalu, Pak Ustadz berusaha menjelaskan.
Ibu-ibu...
Adalah sudah kewajiban orang tua membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Tidak hanya memberi makan, biaya pendidikan, atau memenuhi kebutuhan lahir dan sebagainya. Tapi juga mengajari akhlak dan budi pekerti yang baik. Mulai dari berbicara yang baik. Bertegur sapa. Memberi senyum. Bersikap ramah. Menjawab salam. Dan masih banyak lagi kebaikan yang harus diajarkan kepada anak-anak kita.
Bahkan wajib hukumnya, orang tua menuntun anaknya untuk mengenal Tuhannya, ialah Allah Swt supaya mereka bisa Bertanggung jawab dengan hak-hak yang berhubungan dengan Tuhan, yaitu menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Dan, dari cerita ibu tadi, rasanya beliau sudah menjalankan kewajiban seorang ibu dengan benar. Tapi apa yang terjadi pada anak-anaknya? Lalu, siapa yang salah?
Sebagai orang tua, mari kita renungkan.
Apakah kita sudah mendidik dan membesarkan anak-anak kita dengan benar? Kemarin, sekarang, atau besok. Kita perlu evaluasi atau introspeksi diri sebagai orang tua.
Ibu-ibu...
Sekarang ini zamannya sudah tidak seperti dulu. Hati-hati. Sekarang, anak-anak SD sudah pakai HP. Anak SMP sudah jadi You tuber, anak SMA lebih dari itu...
Namun terkadang untuk menyenangkan hati anak, tidak sedikit orang tua malah memfasilitasi HP Gadget tanpa pengontrolan. Entah, apa dasarnya? Akses internet semakin mudah, anak pun bisa lakukan apa saja di situ. Ditambah lagi, tontonannya sinetron atau reality show tiap hari. Sungguh berat....
Apalagi ayah ibunya bekerja, mencari nafkah. Untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Tapi sayang, mereka besar di tangan baby sitter atau pembantu rumah tangga. Sungguh, mendidik anak zaman sekarang sama sekali tidak mudah.
Maka, orang tua hari ini harus mampu menjadi anutan jadi teladan. Jangan hanya menyuruh anak tanpa mau memberi contoh. Anak-anak kita butuh teladan. Dan keteladanan yang paling baik bagi anak-anak adalah orang tuanya sendiri. Bukan gurunya. Tapi sayang, berapa banyak orang tua sekarang hanya seperti mandor di rumah. Kerjanya hanya menyuruh tapi tidak mengerjakannya.
Jadi, tolong ya ibu-ibu, jadilah teladan dan beri contoh untuk anak-anak kita. Dekatkan mereka pada Allah SWT, Kenalkan mereka dengan ajaran rasullulah, ajarkan perilaku adab tata krama yang baik, santun, dan tawadu.
Jangan ada lagi sesal orang tua pada anaknya di kemudian hari. Ayo doakan selalu agar mereka mendapat hidayah.
Jika orang tua sudah lakukan itu, selebihnya serahkan pada Allah SWT. Sekali lagi, tak mudah mendidik anak-anak kita sendiri ...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi
Terimakasih Pak. Salam literat