Bumi Menjerit
Tahun lalu
Ratusan dan entah mungkin berapa
Pohon-pohon kehidupan hilang di ujung penamu
Digergaji tanpa ampun
Menyisakan akar terkubur tanpa taburan bunga
Bumi semakin gundul terpanggang matahari
Atas nama “program pembangunan berkelanjutan”
Bukit-bukit kau jelma menjadi istana konglomerat
Bumi menjerit, pedih-perih
Sedang kau, tetap buta dan tuli
Selarik pohon-pohon kerdil
Tertata rapi di pot-pot kecil
Depan rumah bersubsidi nan mungil
Sedikit mengobati penyakit kulit bumi nan kian akut
Dari sedikit “orang-orang” peduli
Hari ini di pesisir pantai kumuh
Seorang nelayan dekil, dan hanya seorang
Tegar menancapkan kasih sayangnya di atas bumi
Menanam ratusan anak-anak mangrove
Dan hanya puisi yang peduli padanya
Kulihat “Bibirmu” bergetar
Mau protes dan ber-alibi?
Ah, yang benar saja!
Ujung Akar Bromo, 10.02.2019
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Seandainya suara itu terdengar .... Siiiiip pak Arif
Sementara belum. Salam takzim Pak Syeikh.
Mantul Pak Arif, Barokallah
Salam takzim Pak Syaihu, barakallah....
Dahsyaaat. Semoga manusia ingat akan tugasnya di muka bumi. Sehat selalu Pak Arif.. Barakallah
Salam takzim Bu Guru, barakallah....
Bumi menjerit dan tidak ada seorang pun yang mendengar ..hanya segelintir orang saja ...Barakallah Pak Guru...
Salam takzim Bu Guru, barakallah....
Saatnya kita peduli pada bumi yang merintih pedih, saudaraku. Barakallah.
Salam takzim Pak Haji, barakallah....
wow, mari bersahabat dengan alam.
Mari Pak Guru.... :) Salam takzim
Bumi menjerit, tiada yg mau mendengar jeritan itu, walaupun jeritan itu disana sini, bumi sdh lelah menjerit, lalu menumpahkan semua jeritan itu dgn mengeluarkan isi perutnya, salah siapa ini ? Apakah salah manusia yg menjadi kholifah di bumi ini, yg tdk memakai aturan2 Ilahi Robbi, atau salah orang2 yg cendekia tapi melacurkan ilmunya, atau salah kita yang tdk mendengar jeritan bumi, atau pura2 tdk mendengar bumi menjerit, yg menyebabkan bumi tdk lagi bersahabat dengan kita, sebagaimana lagu Ebit G Ade, hanya Alloh SWT yg tahu
Dan puisi yg peduli.... Salam takzim Pak Guru. Semoga selalu sehat.
Bumi menjerit, tiada yg mau mendengar jeritan itu, walaupun jeritan itu disana sini, bumi sdh lelah menjerit, lalu menumpahkan semua jeritan itu dgn mengeluarkan isi perutnya, salah siapa ini ? Apakah salah manusia yg menjadi kholifah di bumi ini, yg tdk memakai aturan2 Ilahi Robbi, atau salah orang2 yg cendekia tapi melacurkan ilmunya, atau salah kita yang tdk mendengar jeritan bumi, atau pura2 tdk mendengar bumi menjerit, yg menyebabkan bumi tdk lagi bersahabat dengan kita, sebagaimana lagu Ebit G Ade, hanya Alloh SWT yg tahu
Kepedulian yang luar biasa melalui pena. Secercah harapan bagi bumi yang sedang merana. Barakallah
Salam takzim Pak Guru, barakallah....
Semakin banyak administrasi berkas arsip guru di sekolah , semakin banyak kertas yang terbuang, bumi semakin merana tampa pohon. Barakallah pak
Salam takzim Bu Guru, barakallah....