Rahmawati

Assalammualaikum Pengajar Bahasa Indonesia di SMAN 1 Puncu Kediri Jawa Timur Bismillah Ikatlah ilmu dengan menulis...

Selengkapnya
Navigasi Web
Widuri yang Hampir Layu part 1
#tangtangangurusiana #hari_ke1 remidi 68

Widuri yang Hampir Layu part 1

WIDURI YANG HAMPIR LAYU

Oleh : Arik Ulfa Husnafrizqa

Di lereng Gunung Kelud tepatnya di Desa Sukomoro, tinggallah seorang gadis yang lugu dan polos, yang bernama Widuri Latifah. Bapak ibunya memberi nama Widuri terinspirasi dari sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Bob Tutupoli dan dirilis ulang oleh Broery Marantika Pesulima. Meskipun anak gunung dia tidak mau tertinggal dalam hal pendidikan. Widuri berhasil lulus dari sebuah perguruan tinggi negeri yang cukup ternama. Namun walaupun anak kuliahan tetapi dia tetap memegang teguh taat pada aturan Allah, karena selain kuliah dia juga aktif dalam kegiatan kerohanian Islam di kampusnya dulu. Hingga detik inipun, dia belum pernah merasakan pacaran karena dia sudah memahami bahwa pacaran itu dilarang dalam Islam, dan hukumnya haram.

Sebenarnya dia ingin juga segera menikah seperti teman-teman sepantarannya, tetapi apalah daya, jodohnya belum juga datang. Usianya beranjak dewasa, 30 tahun adalah usia yang rawan bagi seorang gadis desa sepertinya. Tetangganya banyak yang sudah menikah, bahkan sudah mempunyai 3 orang anak. Adik-adik kelasnya juga sudah banyak yang menikah. Mereka rata-rata jarang yang melanjutkan kuliah, setelah tamat SMA banyak yang langsung menikah, atau kerja sebentar lalu menikah. Sementara Widuri dia melanjutkan kuliah, dan alhamdulillah lancar, hingga dia bisa menyelesaikan kuliahnya tepat waktu. Dan dia juga berhasil lulus tes CPNS, lulus murni tanpa menyogok. Untuk urusan pendidikan dan pekerjaan lancar, tetapi tidak dengan urusan jodoh masih belum ditemukan.

Malam begitu larut, namun mata Widuri tak juga dapat terpejam, walau dia sudah berwudhu dan membaca doa. Ah, ada apa dengan dirinya. Malam itu begitu hening, hingga suara jam dinding pun di ruang keluarga terdengar jelas di telinga Widuri. Ejekan tetangganya siang tadi sangat mengganggunya. Sampai setua ini tidak juga laku. Widuri kini telah berusia 30 tahun, namun belum juga menikah. Usia segini belum menikah kalau di kota bukan masalah besar, tapi kalau di desanya sudah menjadi momok besar, sindiran, ejekan, bahkan bahan olok-olokan. Dia ingin menepis perasaan galau itu, apakah nanti akan jadi perawan tua selamanya? Siapa juga yang mau dengannya, gadis lugu, yang tidak cantik, tidak tinggi, tidak putih, pokoknya secara fisik dirinya begitu sederhana. Teman-teman yang sepantaran dengannya sudah menikah semua, bahkan yang 5 atau 10 tahun lebih muda dari Widuri sudah menimang anaknya.

Masih terngiang-ngiang dalam ingatan Widuri, ejekan dari tetangganya siang itu. Mereka sedang ngobrol santai di rumah tetangganya, samping rumah sambil mengasuh anak-anak mereka. Ketika Widuri pulang dari mengajar. Terbesit rasa iri di dadanya, kapankah dia bisa mengasuh anaknya seperti mereka? Hanya Allahlah yang tahu siapa jodohnya nanti, tak ada satupun petanda, ada laki-laki yang mau mengkhitbahnya, setelah Widuri menghindar dari tawaran itu. Aah bagaimana mungkin Widuri menerima tawaran menikah dari seorang laki-laki beristri tiga itu. Dia tidak mau menjadi yang keempat, membayangkan saja dirinya sudah ketakutan. Apakah ini hukuman dari Allah karena dia telah menolak lamaran dari seorang Ustad. Aah tidak Allah telah menyiapkan jodoh untuknya, hanya saja belum saatnya.

“Assalammualaikum, Mbak Mila, Mbak Nia, Dek Dita,” seulas senyum Widuri terkembang ketika menyapa tetangganya.

“Waalaikumsalam” jawaban mereka nampak kompak.

“Lucu-lucunya bayimu mbak, ini yang nomer tiga ya Mbak Nia, namanya siapa?” Tanya Widuri sambil menggendong bayi mungil itu.

“Firdaus Mbak Widuri, eh Mbak Widuri kapan nikah? Biar segera punya anak seperti kami. Ngapain sih kuliah segala, membuat jejaka di kampung ini jadi segan melamarmu?” Pertanyaan itu menusuk Widuri .

“Eh iya Mbak jangan sampai jadi perawan tua Mbak, nanti kalau sudah tua mau ikut siapa? Timpal Mila.

“Mbak Widuri kan gak mau pacaran, mau dapat jodoh dari mana coba? Katanya haram, eeh Mbak zaman sekarang saja cari yang haram saja susah, apalagi yang halal.” Gerutunya seakan semakin dalam menusuk jantung Widuri.

“Iya makasih ya doakan saja Allah segera mempertemukanku dengan jodohku yang telah disiapkan-Nya untukku” Jawab Widuri sambil menahan air mata yang mau tumpah.

“Ya Allah kuatkanlah aku, sebenarnya aku ingin sekali dijodohkan, karena aku sadar aku tidak bisa mencari jodoh sendiri. Karena selain aku yakin bahwa pacaran itu haram, aku juga tergolong gadis pemalu, yang tidak berani mengutarakan maksud. Meminta kepada orang tuaku untuk mencarikan jodoh untukku pun, tidak berani kukatakan, apalagi sampai meminta tolong orang lain. Hanya doa-doa saja yang selalu kupanjatkan kepada Sang Pemilik Jiwa.” Luapan perasaan Widuri yang terucap dalam hatinya.

***

Bersambung
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga Widuri segera menemukan jodoh yang cocok...Ditunggu kelanjutannya, Bu....

18 Apr
Balas

Semoga Widuri segera menemukan jodoh yang cocok...Ditunggu kelanjutannya, Bu....

18 Apr
Balas

Inggih aamiin, nanti pada part selanjutnya

19 Apr



search

New Post