Bernardus Ari Kuncoro

Pendidik Data Science dan Musisi....

Selengkapnya
Navigasi Web
Aduh, Saya Nggak PeDe!
Dokumentasi pribadi

Aduh, Saya Nggak PeDe!

Tantangan Menulis Hari ke-79

Oleh: Bernardus Ari Kuncoro

Cerita sedikit terkait kegiatan profesional saya. Dulu, beberapa kali saya menawarkan kepada orang-orang terpilih untuk mengisi acara sebagai pembicara atau pengajar. Kegiatan tersebut menuntut mereka berhadapan puluhan bahkan ratusan pasang mata. Secara langsung! Seringnya saya cari dengan cara bergerilya via WA Chat. Hunting nama lewat LinkedIn dan memeriksa sepak terjangnya, karya-karyanya, dan isi akun media sosial calon kandidat. Dibantu tim tentunya, biar tidak nestapa. 

Kegiatan pencarian tersebut juga masih saya lakukan saat ini, meski pandemi. Agak berbeda dengan keadaan sekarang, bukan berhadapan langsung dengan beberapa pasang mata, melainkan kamera. Alat penangkap gambar tersebut melakukan tugasnya agar citra-citra bergerak alias video dapat di-streaming oleh peserta dengan jumlah tak terbatas. Lintas lokasi. Lintas waktu. 

Well, dari semua yang saya tawarkan secara acak, hampir 70% di antaranya menolak. Apa sebab? Sebagian diantara mereka merasakan yang namanya impostor syndrome. Anda tahu artinya? Maknanya adalah kepercayaan diri yang rendah akan kemampuannya, padahal orang lain melihatnya mampu dan di atas rata-rata. Seringnya masalah komunikasi dan perasaan kekurangmantapan dalam pemahaman materi yang jadi kendala. Padahal kalau saya sudah menawarkan, saya sudah melihat potensi dan tinggal usaha sedikit. 

 

Ngomong-ngomong tentang kepercayaan diri, beberapa waktu yang lalu saya ikut sebuah webinar. Diampu oleh seorang praktisi Homeschooling, Mas Aar Sumardiono. Beliau menyebutkan sebuah pernyataan yang saya bisa rutin refleksikan. Bahwa kepercayaan diri itu adalah karakter yang bisa dibangun sejak kecil. Didasari rasa aman, nyaman, dan dicintai. Ketika anak diberikan perhatian dan pendapat yang sesuai dengan kemampuan dan pencapaian dia, lambat laun dan pasti si anak akan mendapatkan self-esteem dan tidak akan takut melakukan hal-hal yang baru. Di luar kebiasaan dia. Kalau dari kecil biasa di-bully dan dibanding-bandingkan dengan anak-anak lain, seringnya jadi minder. Kéder. Mau nyanyi di depan kelas mungkin dengkulnya udah bergetar-getar. Eits, bukannya saya bermaksud merundung, karena pengalaman bergetar itu saya alami sendiri. 

Penjelasan pada webinar tersebut menjadi momen emas saya untuk tetap diingatkan sebagai ayah. Bahwa orang tua tidak boleh memaksakan sesuatu kepada anaknya untuk kepentingan egonya. Terutama terkait minat. Hal-hal yang disukai oleh setiap tiap anak itu berbeda-beda. Kalau tidak suka, ya sudah. Tawarkan yang lainnya. Tapi pastikan mereka sudah cukup terpapar dengan kegiatan tersebut. Jika sudah mulai minat, jangan sampai juga kita terlihat terlalu excited dan terkesan mendikte. Butuh cara muter-muter seperti bentuk obat nyamuk bakar. 

Eng-ing-eng. Baru mau mengaplikasikan petuah itu, ada aja tantangan. Keesokan harinya setelah webinar beres, saya tidak bisa tidak untuk memaksakan anak saya yang dua bulan lagi usia lima tahun itu untuk makan sesuai jadwal dan dengan tangannya sendiri. Pembenaran saya adalah, kegiatan ini BUKAN terkait minat. Saya dan istri akhirnya memutuskan untuk mengabaikan nasihat 'tidak boleh memaksakan sesuatu', kecuali makan. Karena kami yakin bahwa makan itu hal yang paling mendasar. Akhirnya, selama seminggu terakhir kami tidak menyuapi makan anak kami, tetapi tetap mendampinginya. Dia dengan tangannya memegang sendok dan menyuapi sendiri. Berhasil sih, walau belum mencapai target waktu yang normal. Mesti ekstra sabar. Pernah dalam sehari durasi total waktu makannya adalah enam jam. Tapi trend grafiknya menurun, jika y axis nya adalah durasi, dan x axisnya adalah hari (dari Senin s.d. Sabtu). Perhatikan grafik di bawah. Penginnya tiga jam sehari itu udah paling maksimal. Kalau tidak, kapan waktu mainnya? 

 

 

 

Suatu hari ada tetangga yang bertanya, "Nggak mau nambah anak lagi?" Aduh, bukannya saya nggak pede, tetapi kami belum pede lagi.

Yang mau curcol monggo, dibuka. 

Kalideres, 18 Oktober 2020

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

keren pak. sukses selalu

29 Nov
Balas



search

New Post