Mengapa Lulusan Baru Sangat Tertarik Kerja di StartUp?
Tantangan Menulis Hari ke-94
Oleh: Bernardus Ari Kuncoro
Perusahaan rintisan, atau yang sering Anda kenal dengan Start Up menjadi salah satu fenomena. Mengapa? Karena banyak generasi Z yang usianya 18 s.d. 25 tahun tertarik ambil bagian. Perusahaan baru lahir itu ibarat gula-gula remah bertebaran. Sedangkan Gen-Z laksana semut-semut yang mengendus dan mengerubunginya.
Pada zaman orang tua saya mulai berumah tangga, pilihan menjadi PNS atau ASN adalah tumpuan masa depan. Zaman saya, kerja di perusahaan multinasional pertambangan atau BUMN jadi idola. Sekarang? Kerja di startup terlihat keren dan mentereng.
Dalam jagad maya sosial media, khususnya Twitter malam tadi juga muncul pembahasan ini. Diinisiasi salah satu akun Twitter kenamaan yang mengungkap sisi lain HRD. Topik yang dilempar sangat mengundang minat. Apa sih, alasannya para freshgrad merasa keren kalau kerja di StartUp?
Jawabannya beragam. Saya coba rangkum sesuai dengan pengalaman saya. Pernah enam tahun kerja di korporasi. Lima tahun di perusahaan baru. Dan, saat ini kerja di perusahaan yang sedang dirintis. Kurang dari lima tahun.
Yuk, mulai dengan menguraikan kelebihan dan tantangan bekerja di StartUp. Perlu digarisbawahi, ini adalah opini pribadi. Anda berhak tidak menyetujui, bahkan mengkritisi.
Kelebihan pertama kerja di Start Up adalah, adanya kebebasan berkreasi untuk mewujudkan uneg-uneg. Tidak peduli Anda karyawan baru atau lawas, jika usulannya sesuai visi pasti didukung sampai jadi. Kedua, hubungan dengan leader tidak terlalu kaku. Semua punya hak mengeluarkan pendapat dan didorong untuk jadi solutif dan maju. Ketiga, budaya kerjanya flexi dan result oriented. Anda beruntung kalau menemukan leader yang paham akan target, beban kerja dan kondisi pribadi. Anda bisa menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dan kehidupan dengan kompromi. Keempat, tentang gaji. Ini silakan make deals alias nego sendiri. Hampir tiap minggu dalam masa-masa tertentu karyawan perusahaan StartUp sering ditawari pekerjaan di tempat lain. Hal yang lumrah. Makin tinggi gaji, tentunya makin banyak beban yang dihadapi. Jadi, hati-hati memilih.
Tantangan kerja di Start Up yang terpikirkan oleh saya saat ini adalah satu. Harus selalu putar otak. Terkadang sampai terbawa mimpi. Karena rentetan masalah datang bertubi-tubi tanpa jadwal yang pasti. Silakan bikin strategi bagaimana mengaturnya. Ada yang nyaman dibiarkan, karena bisa sambil sosialisasi. Mungkin dia muda-mudi yang kebetulan gebetannya adalah kolega. Ada yang comfortable memisahkan waktu antara kerja dan urusan pribadi.
Untuk yang berkeluarga dan punya anak kecil, pilihan kedua akan lebih asyik. Kalau nggak gitu, yang nemenin anak Anda bermain siapa? Selamanya mau babysitter atau oma opanya? Waktu cepat berlalu lho sob. Baiknya, manfaatkan waktu.
Untuk yang masih jomblo, oke lah pilih yang gaya mana aja. Tergantung selera. Yang penting bisa cocok dengan prinsip dan gaya hidup. Sehingga, ritme kerja bisa diatur.
Well, sedikit konklusi. Kerja di startup atau bukan, tujuan jangka panjang Anda perlu dicanangkan. Supaya pengalaman-pengalaman yang ditimba sedikit demi sedikit menjadi bekal dan mengantarkan Anda ke tujuan.
Kalideres, 2 November 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar