Tantangan Menulis Hari ke-57

Oleh: Bernardus Ari Kuncoro

Ada orang-orang yang berkelimpahan. Sampai jumlah rumah aja lebih dari dua. Tidak semua ditinggali. Tetapi ditinggal sebagian. Seperti nasib rumah sebelah tempat saya tinggal. Sudah hampir tiga tahun tanpa penghuni. Atap garasinya bocor. Kerangka yang terbuat dari besi, lapuk dan berkarat. Jadi bikin keki. Sudah saya komplain ke pemilik lama, tetapi mereka berdalih rumahnya sudah dijual. Pengin saya mintai pertanggujawaban, karena kadang kalau angin berhembus, pasti debu karat besi bertaburan masuk pekarangan rumah depan. Masker selalu harus dipasang. Berjaga-jaga.

Berkebalikan dari mereka yang berkelimpahan, ada pula orang-orang yang berkekurangan. Mau makan aja sulit. Boro-boro buat nyicil rumah. Bayar kontrakan aja ngap-ngapan. Gimana mau mikirin buat liburan. Pikiran pasti dipenuhi dengan ketakutan.

Memang. Dunia terkadang banyak ketimpangan. Ada kaya ada miskin. Ada yang hidupnya penuh berlebih-lebih. Ada pula yang ngemis-ngemis. Bikin miris. Bikin hati panas. Ingin bergerak meringankan. Ujungnya, jadi banyak tapi-nya.

Ngomong-ngomong, sepertinya tidak hanya perasaan saya yang beberapa hari ini memanas. Kulkas di rumah saya nampaknya ikut-ikutan. Suhunya tidak optimal. Daging ayam, sapi, dan semacamnya tidak mengeras. Perlu ada sentuhan lembut dari konsultan alias tukang berpengalaman. Supaya bisa mendinginkan dan membekukan.

Ah, nampaknya saya akan simpan saja cerita tentang kulkas ini untuk esok hari. Biar topiknya masih berseri. Terima kasih sudah menyimak cerita dengan penuh dan dalam dari lubuk sanubari.

Kalideres, 26 September 2020