#Tantangan menulis hari ke-25

Oleh:Bernardus Ari Kuncoro

Selama Korona, saya secara rutin pergi ke pasar setiap Senin. Untuk apa? Memenuhi kebutuhan bahan makanan. Buat keluarga saya dan papa mama mertua. Mengapa memilih hari Senin? Bukan tanpa perhitungan saya memilihnya, karena ketika saya amati, hari Senin termasuk sepi. Kecuali hari libur, seperti 17 Agustus 2020 pekan lalu.

Saat ke pasar saya memperhatikan sesuatu. Ah, ada toko baru. Menjual sepeda ternyata. Kebetulan anak saya yang berusia belum genap lima tahu pengin sebuah sepeda. Sepeda roda empat. Mereknya BnB. Warnanya merah muda di bagian badan sepeda, sedel, pedal, dan peleg roda. Di bagian setang ada hiasan juntaian plastik ungu dan putih bagaikan rangkaian bunga melati. Harganya hampir sejuta. Sembilan ratus ribu tepatnya.

Sesampai di rumah, saya buka bagasi belakang kendaraan. Anak saya girang bukan kepalang. Diamatinya sepeda itu. Tentunya oleh isteri saya sepeda baru itu disemprot dulu dengan alkohol. Diusapnya pula dengan menggunakan lap. Supaya virus dan bakteri hilang lenyap.

Hari ini hari kedua sepeda hadir di rumah. Sepeda itu masih belum dibawa keluar dan menyentuh tanah. Dorong ke dapur. Dorong ke ruang tamu. Bolak balik. Bolak balik. Ah, jadi ingat masa kecil. Pertama kali saya dapat sepeda berwarna hitam. Mereknya sunflower. Bahagia sekali. Barangkali hal itu juga dirasakan oleh anak saya. Lewat matanya sungguh memancarkan binar-binar semangat dan tekad yang kuat.

Kalideres, 25 Agustus 2020