JUDUL: Mencium Surga di Kaki Ibu

Sore itu aku , kedua kakakku duduk di selembar tikar lusuh.Kata-kata meluncur dari mulut Ibu menuturkan kisah.saat aku berumur tiga bulan, bapak sudah dipanggil oleh Sang Kholik. Sejak saat itu mulailah episode kehidupan keluargaku yang kurang bahagia.

Ibu memulai memanggul sendiri beban keluarga. Suara tangisanku yang masih orok menjadi dorongan yang kuat bagi Ibu untuk membanting tulang menghidupi ketiga anaknya. Waktu itu kata Ibu, Bapak meninggal dengan mendadak karena angin duduk (sakit jantung).

Sore hari sebelum bapak meninggal, beliau masih bermain bulu tangkis bersama teman sejawatnya di kantor. Malam hari merasakan perut melilit dada sesak yang amat hebat. Dengan secawan minyak dan uang koin,ibu mulai mengerok punggung Bapak. Setengah jam kemudian ,Bapak sudah tak kuat menahan sakit.

Ibu dengan tergopoh-gopoh, memanggil tetangga dekat rumah.”Budhe...! Budhe...!Tolong ,Bapaknya anak-anak...!”Ibuku berteriak , mendekati rumah Budhe Juremi sambil mengetok ketok pintu.Budhe Juremi adalah tetangga yang paling dekat dengan rumahku.Ternyata suara Ibuku menbangunkan beberapa tetangga.Berbondong-bondong tetanggaku mulai mendatangi rumahku.salah satu tetanggaku yang bernama Mbah Wo berniat segera membawa Bapakku ke Rumah Sakit dengan kendaraan becak.Ibuku membantu menghilangkan rasa sakit yang dirasakan Bapak dengan lantunan ayat-ayat Allah.Kata Laaa...ilaaha illallaah .. Muhammaddarosullullaaah...dibisikkan berkali kali di telinga Bapakku.

Tetapi belum sampai Bapakku dibawa ke Rumah Sakit sudah menghembuskan napas yang terakhir.Jeritan tangis Ibuku pecah di keheningan malam itu.Tetangga di sekitarku pun menenangkan Ibu.”Dhik...kamu yang sabar ya?Ikhlaskan kepergian suamimu.”Kata salah satu tetangga sambil merangkul Ibuku.Itu cerita Ibu padaku.

Bapak meninggal ketika Mamasku yang no satu berumur 6 tahun,Mbak yuku berumur 3 tahun dan aku sendiri umur 3 bulan.Bapakku meninggal diusia 30 tahun ,meninggalkan Ibuku yang berumur 31 tahun.

Sejak saat itu,Ibuku memulai hidup sendiri jauh dari keluarga.Ibu dan Bapakku adalah pendatang,bukan asli dimana kami tinggal sekarang.Karena tugas dinas Bapakku hengkang dari tanah kelahirannya bersama Ibu tinggal di kota yang sekarang aku tempati.Namun Alhamdulillah,banyak yang simpati terhadap keluarga kami.Betapa berat perjuangan Ibu membesarkan anak- anakknya.peluh bercucuran tak dipedulikan,letih lelah tak dirasakan.satu tekad Ibu membesarkan anak-anaknya menjadi anak yang berguna.Sebelum tidur malam,Ibu selalu mengelus kepala kami satu persatu sambil berkata,”Anak-anakku ,semoga kelak ,kamu menjadi anak yang berguna,semoga kamu semua jangan merasakan apa yang Ibu rasakan.Kelak jadilah orang yang bahagia dunia dan akhirat.”

Hari demi hari Ibu mengais rizki dengan menjadi pembantu rumah tangga..Suka duka mewarnai kehidupan kami.Pernah juga ,Ibu menjadi tukang cuci piring di warung makan.Ibu juga pernah menjadi tukang sayur gendong keliling,Sambil menggendong kakakku yang saat itu sudah berumur 4 tahun,Ibu menjajakan sayur keliling dari kampung satu ke kampung lainnya.Sedangkan aku yang waktu itu sudah berumur 4 bulan ,dirumah berdua bersama Mamasku. yang berumur 7 tahun.Ibu pulang setiap sore hari.Saat pulang,Ibu selalu bilang ,”Nak.,Alhamdulillah Allah memberi rizki kita hari ini untuk makan.”Yaaah...mamasku juga bercerita padaku.

(Penulis peserta Sagu Sabu Kabupaten Purbalingga,Ari sabariyah,S.pd.SdSD Negeri 1 Senon Kecamatan Kemangkon Purbalingga )