(Hari Ke-6)

Saya tidak mengada-ada. Ini beneran. Pagi ini saya hanya di rumah saja. Tak ada aktivitas yang berarti. Kecuali pikiran saya yang kadang menjelajah jauh ke awang-awang. Biasalah. Yang dipikirkan tidak jauh-jauh dari apa yang ingin ditulis. Hehehe...

Tiba-tiba saya dikagetkan istri saya yang baru pulang dari pasar tradisional, Pasar Talise. Di tangannya ada sedikit belanjaan. Saya hanya melihat sepintas. Ada kripik pisang dan daging masak yang sudah dikemas dalam plastik mika.

"Wah bakal makan enak ntar siang, nih," pikir saya. Kebetulan tadi pagi saya sudah berinisiatif memasak nasi. Hitung-hitung membantu meringankan pekerjaan istri.

"Pa, ayo kita makan," seru istri saya dari ruang makan.

Gawai yang ada di tangan, saya letakkan di atas meja. Saya segera beranjak dari sofa menuju ruang makan. Tampak di atas meja, daging sapi yang dimasak kering, yang biasa disebut masakan daging sambel goreng.

Wah, ini makanan favorit saya, pikir saya. Aroma khas rempah sambal goreng yang mengundang selera. Tekstur dagingnya yang lembut terasa nikmat di lidah. Tak terasa saya sepiring nasi putih dan semika kecil daging sambal goreng sudah ludes di hadapan saya.

"Enak ya, Pa?" tanya istri saya.

"Enaklah, mantap. Dagingnya lembut, " jawab saya sambil mengangkat jempol.

"Itu bukan daging, Pa," sela istri saya dengan mimik serius.

"Lah... itu apa?" Saya terperangah.

"Itu jantung pisang, Pa"

Mantikulore, 3 Januari 2021