SENJA YANG LUKA
(Hari ke-17)
Sesal yang bertumpuk di ujung senja. Mendegup di setiap helaan nafas. Tubuh renta itu merintih di antara beban yang silih berganti. Ada rindu tertahan.
Cinta yang membeku di musim dingin. Bongkahan rindu menghujam tajam di relung. Kamu memilih sendiri. Percaya sesalmu tak abadi. Tak ada keabadian di gerimis senja.
Senja bersembunyi pada gelap malam. Luka yang kemarin masih mengitip di garis pagi. Embun membasuh hari dengan warna.
Mantikulore, 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren pak puisinya
Prosaisnya menawan Bapak..salam literasi. Sukses selalu