Ari Sigit Ismianto,S.Pd.

Menuntun masa depan yang bermanfaat...

Selengkapnya
Navigasi Web

Pentingnya Kebersihan Hati

Dalam surat Asy Syu’ara 88-89:

يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَالٞ وَلَا بَنُونَ ٨٨ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٖ سَلِيمٖ ٨٩

Artinya: (yaitu) di hari harta dan anak-anak (laki-laki) tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”.

Ayat ini mengingatkan kepada kita bahwa, akan datang satu hari, di mana tiada berguna harta dan anak-anak yang kita miliki meski sepenuh bumi kecuali mereka yang datang kepada Allah SWT dengan membawa qolbun salim (hati yang bersih/selamat). Begitu jelas isyaratNya, ayat ini memberikan pesan kepada kita bahwa keselamatan kita di akhirat kelak sangat bergantung pada kebersihan hati kita. Inilah pula yang dipesankan Nabi Muhammad SAW, “inna fil jasadi mudghah idza sholuhat sholuhat jasadu kulluh, idza fasadat fasadat jasadu kulluh, alaa wa hiyal qolbu” (sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka akan baiklah seluruh anggota tubuhnya. Jika ia buruk, maka akan buruklah seluruh anggota tubuhnya. Segumpal daging itu adalah hati).

Ternyata, fakta mengatakan lain andai saja kita berani jujur terhadap diri kita sendiri. Ternyata ketinggian ilmu seseorang tidak selalu identik dengan kebersihan hatinya. Memiliki ilmu yang tinggi lantas menimbulkan kesombongan di dalam hatinya, maka ilmunya ini tidak akan membuatnya selamat di hadapan Allah SWT. “laa yadkhulul jannah man kaana fi qolbihi mitsqolu dzarrotin min kibrin” (tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan, meskipun kesombongan itu hanya sebesar biji sawi). Memiliki ilmu yang tinggi, lantas diam-diam ia bangga terhadap dirinya sendiri kemudian merendahkan orang-orang di sekitarnya, ini pun tidak akan membuatnya selamat di hadapan Allah SWT. Orang ini tidak selamat di hadapan Allah SWT, bukan karena ilmunya, tetapi karena kotor hatinya.

Banyaknya amal ibadah pun tidaklah selalu identik dengan kebersihan hatinya. Sholat, puasa, zakat, sodaqoh, haji, umroh, khutbah, ceramah, amar ma’ruf nahi mungkar, dan sebagainya namun lantas ia merasa diri paling bersih paling suci, paling benar pendapatnya, belum lagi bila melahirkan kesombongan sebagaimana di atas, maka orang ini pun tidak akan selamat di hadapan Allah SWT. Ia tidak selamat bukan karena amal ibadahnya, tapi karena kotor hatinya.

Pada hari kiamat nanti, dihadirkan seorang laki-laki yang mati dalam keadaan peperangan fii sabilillah (di jalan Alloh). Kemudian diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmat Alloh hingga ia mengakuinya. Selanjutnya ia ditanya, “Apa yang telah engkau perbuat di dunia?” Ia menjawab, “Aku telah berperang demi Engkau (Alloh) hingga aku terbunuh.” Alloh berkata, “Bohong! Engkau berperang bukan karena aku, tapi supaya engkau disebut pahlawan. Kini gelar itu telah engkau peroleh.” Lalu orang itu diseret ke neraka dengan wajah tersungkur.

Kemudian didatangkan orang yang kedua, yaitu seorang laki-laki yang sering membaca Al Qur’an, rajin menuntut ilmu, dan senantiasa mengajarkan pengetahuannya kepada orang lain. Lalu ia ditanya, “Apa yang telah engkau perbuat (selama hidup di dunia)?” Dia menjawab, “Aku mempelajari berbagai ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain, dan aku juga sering membaca Al Qur’an karena-Mu.” Alloh menjawab, “Bohong! Engkau belajar dan mengajar bukan karena Aku. Bacaan Al Qur’anmu juga bukan karena Aku. Engkau belajar dan mengajar agar dikatakan pintar dan ‘alim. Kini sebutan itu telah engkau peroleh. Bacaan Al Qur’anmu juga bukan karena Aku, tetapi agar engkau diberi gelar Qori’. Itu juga telah engkau raih.” Akhirnya ia juga diseret ke neraka dengan wajah tersungkur.

Kemudian dihadirkan orang ketiga. Yakni, laki-laki yang diberi kelapangan hidup dan berbagai jenis harta kekayaan. Kemudian diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmat Alloh hingga ia mengakuinya. Lantas ia ditanya, “Apa yang telah engkau lakukan?” “Aku telah menginfakkan seluruh hartaku di jalan yang Engkau sukai dan semuanya karena-Mu.” jawabnya. Alloh berkata, “Bohong! Engkau melakukan itu agar dikatakan sebagai dermawan. Dan itu telah engkau peroleh.” Akhirnya dengan wajah tersungkur ia juga diseret ke neraka.

Orang pertama tidak selamat bukan karena kurang kegigihannya dalam berjihad, tapi karena kotor hatinya. Orang kedua tidak selamat bukan karena kurang ilmu dan amalnya, tapi karena kotor hatinya. Begitu pun dengan orang ketiga tidak selamat bukan karena kurang sedekahnya tapi karena kotor hatinya.

Kalau sudah begitu jelas, bahwa begitu pentingnya posisi hati untuk keselamatan kita di akhirat kelak, maka yang menjadi persoalan adalah bagaimana agar hati kita senantiasa ada dalam kebersihan, bagaiamana mengobati hati kita yang terlanjur sakit. Satu langkah dari sekian banyak langkah pembersihan hati adalah dengan melalui “dzikrullah”.

Dzikir dapat membersihkan hati, sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda, “inna likulli syain shoqolatun wa inna shoqolatul qulub dzikrullah” (segala sesuatu ada pembersihnya, dan pembersih hati adalah dzikrullah).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post