Ceramah Ustad Arafat
DEFINISI DARI SUPER EKSKLUSIF
Mungkin kita pernah mendengar sebuah produk diberi label eksklusif oleh produsen yang membuatnya. Misalnya karena harganya mahal, atau karena produksinya terbatas, atau bisa juga karena hanya tersedia untuk jangka waktu yang singkat.
Namun ada sebuah merk tas dari Hermes yang bernama Birkin, di mana tas sangat mahal ini (mulai dari Rp 4,3 miliar) meski sudah memenuhi kriteria di atas tetap saja tidak akan dijual kepada sembarang orang. Apakah ini yang disebut super eksklusif?
Bayangkan saja, ada seorang 'crazy rich' yang sanggup membayar berapapun untuk sebuah tas, dia tidak serta merta boleh meraih Hermes Birkin. Karena ada jalur panjang yang harus dilewati dulu.
Orang itu harus menjadi pelanggan loyal dulu kepada produk-produk Hermes (yang juga pasti mahal) seperti pakaian, parfum, jam tangan, dan lainnya. Kemudian pada titik tertentu barulah Hermes akan memberi akses khusus padanya untuk membeli Hermes Birkin. Bukan setahun atau dua tahun, bahkan akses ini ada yang baru keluar setelah masa penantian enam tahun!
Saya pribadi takjub "Kok ya kepikiran" Hermes membuat 'rule' seperti itu demi menjaga eksklusivitas salah satu produknya. Padahal kalau memang mau cari untung, bebaskan saja orang membeli sejak hari pertama. Namun kalau direnungkan lagi, justru cara inilah yang membuat Hermes Birkin terjaga nama besarnya.
Kalau Saudara masih bingung, saya beri contoh yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari misalnya bulan Ramadhan. Bulan mulia ini sejatinya super eksklusif. Tidak sembarang orang bisa meraih keberkahannya. Mungkin semua orang menjumpai, tetapi bukan berarti meraihnya. Karena ada jalur panjang yang harus dilewati dulu.
Orang itu harus menjadi hamba yang loyal dulu kepada ibadah-ibadah 'Ramadhaniyyah' seperti membaca Al-Quran, puasa sunnah, shalat sunnah malam hari, bersedekah dan lainnya. Sekurangnya pada bulan Rajab dan Sya'ban.
Barulah saat Ramadhan tiba, ia akan mendapat akses khusus untuk mencintai dan menikmati ibadahnya yang sangat indah. Senada dengan wasiat Al-Imam Abu Bakar Al-Balkhi.
“Bulan Rajab seperti angin, bulan Sya’ban bagaikan mendung dan bulan Ramadhan bagaikan hujan. Siapa yang tidak menanam di bulan Rajab, lalu tidak menyiram tanamannya di bulan Sya’ban, maka jangan berharap ia bisa menuai hasil di bulan Ramadhan.”
Oleh karena itu, meskipun kita seorang "crazy rich" yang sanggup membayar berapapun untuk berjumpa Ramadhan, tidak serta merta kita lantas meraihnya. Beginilah 'rule' yang membuat Ramadhan terjaga kemuliaannya. Semoga kita semua bisa bertemu dengan bulan Ramadhan nanti.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar