Aris Pujianto

Aris Pujianto adalah guru matematika MTs Muhammadiyah 04 Slinga Purbalingga (Mufourga) yang beralamat di Jl. Raya Slinga, Kec. Kaligondang, Kab. Purbalingga Jaw...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bapakku Guru SD Era Tahun 60 an
Bapak Soelemi dan Ibu Nurhayati saat saling memaafkan di momentum Idul Fitri tahun 80 an.

Bapakku Guru SD Era Tahun 60 an

Lomba menulis MediaGuru bulan Februari, “Ayah, Pejuang Keluarga”.

Bapakku Guru SD Era Tahun 60 an.

Oleh : Aris Pujianto

Saya biasa memanggil bapak, kepada seseorang yang telah memberi warna pada kehidupanku dan ketiga kakakku. Orang itu namanya Bapak Soelemi bin Sanmu'in. Beliau anak kedua dari lima bersaudara. Bapak Soelemi menikah dengan wanita pilihannya, yaitu Ibu Nurhayati. Bapak asal Desa Slinga dan Ibu Desa Pengadegan.

Bapak Soelemi memiliki 4 anak. Saya anak bungsu dari empat bersaudara, namun kakak saya yang nomer tiga, meninggal saat masih kecil. Kami bertiga dibesarkan dan dididik oleh Bapak dan ibu sampai semuanya dapat memperoleh gelar sarjana. Bapak Soelemi rela untuk hidup sederhana, demi membiayai sekolah dan kuliah anak-anaknya. Pembaca dapat membayangkan, gaji guru Sekolah Dasar sebelum tahun 60 an. Jelas tidak seperti sekarang ini. Setelah ada program sertifikasi guru, hampir semua guru disemua tingkatan, mendapatkan penghasilan yang sangat layak. Mereka mendapatkan tunjangan profesi, satu kali gaji. Misalnya golongan 3C, gaji pokoknya 3,5 juta, maka ditambah dengan tunjangan profesi, pendapatan satu bulan 7 juta. Jumlah itu belum ditambah tunjangan yang lainnya.

Bapak Soelemi dalam mengatur keuangan keluarga, sungguh luar biasa. Hidup sederhana sudah beliau tunjukkan kepada anak-anaknya. Contoh kesederhanaan kehidupan kami, adalah Bapak belum dapat membangun rumah yang berdinding batu bata atau tembok. Rumah kami, masih memakai dinding anyaman bambu (gedek). Lantainya masih tanah, belum diplester. Rangka atapnya masih memakai rangkaian bambu yang dibelah (orang jawa menyebutnya “rangken”). Atapnya dari seng. Tidak seperti sekarang memakai atap genting dan rangka atap memakai batang pohon kelapa dan kayu alba. Bahkan di zaman milenial, sudah memakai rangka atap baja ringan.

Kesederhanaan yang lain, kami dapat makan enak, atau makan daging atau ikan tongkol itu satu bulan sekali. Setiap gajian, Ibu pergi ke pasar untuk belanja kebutuhan. Biasanya ibu belanja bumbu-bumbu dan kebutuhan mandi dan cuci, untuk satu bulan. Saat belanja bulanan itu, biasanya kalau tidak beli tongkol, ya beli daging ayam atau daging sapi. Dulu tidak seperti sekarang, Ibu harus memasak setiap hari. Sekarang kita sudah dimanjakan dengan tersedianya berbagai jenis masakan di warung atau rumah makan.

Gaji Bapak satu bulan, tidak cukup untuk membiayai kuliah dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untungnya Allah SWT memberikan rezeki, yaitu jarak umur anak-anaknya lebih dari lima tahun. Sehingga anak pertama mendekati selesai kuliah, anak kedua masuk kuliah. Demikian juga dengan saya, kakak saya wisuda, saya dinyatakan diterima disebuah perguruan tinggi negeri. Saya membayangkan, kalau kami kuliah bersama, tidak tahu yang terjadi dalam keseharian hidup keluarga Bapak Soelemi.

Bapak pensiun sekitar tahun 90 an, kalau tidak salah di tahun 1992. Kondisi rumah saat itu sudah tembok setengah, bagian atas tembok masih memakai anyaman bambu (gedek) dan lantainya sudah diplester. Dari uang pensiun itu, Bapak merencanakan untuk merenovasi rumah. Bapak sampai bercerita, uang pensiunnya setelah untuk menutup pinjaman dan masih sisa, akan digunakan untuk rehab rumah. Alhamdulillah rumah yang tadinya berdinding anyaman bambu, berubah menjadi dinding tembok. Rumah Bapak tidak sampai jadi sempurna, karena persediaan uang sudah habis. Kami sekeluarga sangat bersyukur, dapat memiliki rumah yang lebih baik dari sebelumnya.

Sekarang Bapak dan Ibu sudah tiada. Anak-anaknya sekarang memiliki kehidupan yang lebih baik. Yang membuat kami menitikkan air mata, perjuangan Bapak dan ibu sudah luar biasa, tetapi tidak dapat melihat tiga mobil berderet parkir di depan rumah. Betapa kami ingin membahagiakan Bapak dan Ibu di masa tuanya, tetapi Allah SWT berkehendak lain. Ibu meninggal tahun 2006 dan Bapak meninggal tahun 2009. Perjuangan Bapak dan Ibu selama ini, alhamdulillah berhasil mendidik anak-anaknya. Alhamdulillah dilihat dari sisi ekonomi, kami semua inshaaallah masuk kategori cukup. Dari sisi ketaatan kami beribadah, inshaallah anak-anaknya Bapak Soelemi dan Ibu Nurhayati, tidak pernah berani meninggalkan Ibadah wajib. Bapak dan ibu, kami hanya dapat berdoa, dengan doa terbaik setiap selesai sholat fardlu dan shalat sunah. Semoga engkau berdua juga bahagia di alam sana.

Aris Pujianto, S.Pd., pemilik motto hidup, “Berhenti Berarti Gagal”, dilahirkan di Desa Slinga, Kaligondang, Purbalingga. Penulis merupakan alumni SAGUSABU PGRI Purbalingga tahun 2018 dan SAGUSABU Magelang tahun 2020. Selain sebagai guru matematika, penulis juga menjadi Kepala MTs Muhammadiyah 04 Purbalingga serta humas PPMTQ Daarussalaam Slinga Purbalingga. Bagi pembaca yang ingin berkorepondensi, dapat melalui email : [email protected] atau [email protected]. Instagram : Mufourgapurbalingga, dan No hp/WA : 0816694815 dan 081229116612.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Pak. Sukses selalu. Salam literasi

07 Feb
Balas

Terima kasih pak Dede, sukses selalu juga untuk bapak dan salam Literasi

07 Feb

Keren menewen Kang..milu mrinding . Al Fatihah utk Ayah kita

07 Feb
Balas

Nulise be merinding, kemutan ramane...Al Fatihah.. Aamiin ya mujibassaailiin

07 Feb

Tulisan hebat dari anak yang hebat.... Alfatihah buat almarhum ayah dan salam sukses buat Bapak....

07 Feb
Balas

Terima kasih bu Risdawati, Al Fatihah, salam sukses selalu buat ibu Risdawati

08 Feb



search

New Post