Aris Pujianto

Aris Pujianto adalah guru matematika MTs Muhammadiyah 04 Slinga Purbalingga (Mufourga) yang beralamat di Jl. Raya Slinga, Kec. Kaligondang, Kab. Purbalingga Jaw...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kemenangan di Depan Mata

Kemenangan di Depan Mata

Alhamdulillah, saat ini, Darto sudah semakin tertata hatinya. Sudah tidak sering menuntut untuk bertemu anaknya. Pembaca sudah tahu, bahwa anaknya Darto, sedang berjuang menjadi santri di sebuah pesantren tahfidzul quran. Anaknya di pesantren juga sudah sangat menikmati kehidupan yang baru. Malahan sudah sangat kerasan, walau tanpa televisi dan handphone. Para santri sudah merasakan indahnya memiliki banyak teman. Apalagi teman yang memiliki tujuan yang sama. Menurut Helmy Yahya, burung yang sama akan terbang bersama dan hinggap di dahan yang sama pula.

Semoga perkiraan saya benar. Indikatornya hanya melihat aktifitas di grup WA wali santri. Sekarang sudah semakin sepi dari share status rindu berat. Sepertinya sekarang, para wali santri sudah semakin ikhlas, dengan kondisi baru ini. Memang apapun, kalau memulai itu butuh energi yang luar biasa. Apalagi memulai sebuah perubahan. Pasti akan merasakan suasana yang tidak nyaman. Kalau sudah menyadari, bahwa ketidaknyamanan ini akan menuju ke nyaman, maka proses adaptasi tidak membutuhkan waktu yang lama. Yang awalnya, nangis setiap hari, pelan tapi pasti akan berkurang intensitasnya.

Fenomena tahun ini, sangat berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya, para ustadz dan pengurus sibuk ngurusi adaptasi santri, tahun ini sibuk melayani adaptasi orang tua. Kata Darto, orang tua sudah pernah mengalami jadi anak. Saat anak-anak selalu bersama orang tua. Tidak mengalami perpisahan seperti sekarang ini. Ternyata berpisah itu berat, kalau tidak ingat sebuah perjuangan. Kalau tidak mengingat, semakin tidak kondusifnya lingkungan pergaulan dan perkembangan teknologi yang sulit untuk membendungnya, mungkin Darto memilih tetap bersama anaknya. Namun realitas mengatakan, sekarang banyak sekali tantangan kehidupan. Kalau memiliki bekal yang minim, akan mudah tergelincir.

Suatu saat orang tua akan bangga melihat perubahan anaknya. Ibarat batu, mereka sudah ditetesi air setiap hari. Batu itu awalnya rata, tanpa ukiran. Satu tahun, mungkin belum terjadi lubang bekas tetesan. Tahun kedua, pasti sudah mulai ada calon lubang. Tahun ketiga dan seterusnya, tidak hanya berlubang, namun sudah tembus sempurna dan dapat dijadikan sebagai sebuah perhiasan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post