Pada tulisan yang lalu, yang membicarakan pentingnya habit atau lingkungan, ada satu kalimat yang akan saya bahas hari ini. Kalau pembaca sudah mencermati, kalimat itu ada di paragraf pertama. Tepatnya di akhir paragraf. Kalimat itu sangat penting untuk dibahas lebih mendalam, agar lebih mudah dipahami dan memerlukan action nyata.

Mengapa kita membutuhkan lingkungan yang di dalamnya melakukan kegiatan yang sama antar penghuninya????. Saya akan bercerita tentang kekuatan kalimat yang dulu pernah menjadi jargon salah satu calon presiden. Mungkin pembaca masih ingat kalimat, "Bersama Kita Bisa". Kebanyakan dari kita, termasuk saya, hanya sekedar membaca saja. Tanpa mendalami apa yang tersirat di dalam kalimat tersebut. Padahal maknanya luar biasa. Saya mengajak kepada diri dan para pembaca, marilah kita berusaha memahami apa yang tersirat, jangan hanya yang tersurat saja. Membaca yang tersurat semua orang dapat melakukannya. Membaca yang tersirat membutuhkan latihan, latihan dan latihan.

Mengapa di rumah bukan lingkungan yang kondusif untuk pendidikan???, karena di rumah penghuninya tidak melakukan kegiatan yang sama. Pembaca pasti sudah paham. Mungkin hanya belum menyadari saja, tentang hal ini. Misalnya di rumah ada lima penghuni. Bapak, ibu dan tiga anak. Bapaknya bermain hp, ibunya menonton sinetron, anak pertama belajar, anak kedua juga menonton televisi, anak ketiga bermain. Coba para pembaca bayangkan. Apakah anak yang sedang belajar dapat maksimal belajarnya????. Dapat dipastikan, akan terganggu oleh aktivitas keempat orang tersebut. Sebetulnya rumah dapat menjadi lingkungan kondusif, apabila ada kesepakatan schedule harian. Schedule itu harus ditaati oleh seluruh anggota keluarga. Saatnya jadwal membaca Alquran, semua wajib melaksanakan. Jadwalnya belajar, semua wajib belajar. Kondusif rumah dengan kondusif pesantren masih ada bedanya. Pembaca dapat merenungkan sendiri perbedaannya.