Ari Susanah

Ari Susanah, adalah seorang guru juga sebagai ibu rumah tangga. Hobinya menulis sejak SD membuat ia semakin semangat untuk bergabung dengan grup KPPBR (Komunita...

Selengkapnya
Navigasi Web
Berada di Antara Ibu dan Anak Perempuanku

Berada di Antara Ibu dan Anak Perempuanku

Berada di Antara Ibu dan Anak Perempuanku

 

Oleh: Ari Susanah

 

Hal pribadi apakah yang berkesan dalam sebuah momentum kehidupan?

 

Atau lebih spesifik nya lagi sesuatu apakah yang paling berkesan di bulan Ramadan yang mulia ini?

 

Telah lebih dari 7 tahun yang lalu bapakku meninggal dunia. Dan genap 3 tahun sudah ibuku yang hidup menyendiri mengambil anak pertamaku, anak perempuan kami satu-satunya. Untuk menemani ibuku, dan sekaligus bersekolah di sana. Di daerah kelahiranku, Purworejo Jawa Tengah.

 

Dari usia satu tahun, sulungku ini memang sudah dekat dengan Mbahnya. Selain karena dia kesundulan _(istilah untuk anak yang masih terlalu awal disapih dikarenakan ibunya sudah mengandung lagi),_ juga karena aku sendiri adalah anak bontot yang dulunya paling manja. Sehingga anak pertamaku pun dimanja oleh kakek neneknya. Hal ini membuat sulungku langsung mau ketika dirayu untuk menemani Mbahnya setelah lulus TK di Bekasi.

 

Dan sekarang sulungku ini sudah menginjak kelas 3 SD. 

 

Hal yang selalu mengharuskanku untuk pulang kampung adalah mereka. Di satu sisi memang kewajibanku untuk berbakti kepada orang tua, apalagi sudah tinggal ibuku saja. Dan satu sisinya lagi adalah karena buah hatiku, anak perempuan satu-satunya. Membuatku semakin terharu karena dia mau menggantikan baktiku kepada ibuku. Dalam usianya yang masih sangat belia.

 

Di bulan Ramadan ini menjadi momen yang selalu membuatku selalu trenyuh dalam linangan air mata. Apapun yang dilakukan, membuatku selalu ingat akan mereka. Ingin rasanya aku bawa putriku ke Bekasi lagi, tapi bagaimana dengan ibuku. Beliau belum bersedia untuk tinggal bersama anak-anaknya. Dengan berat hati aku kuatkan putriku untuk tetap tinggal bersama ibu. Namun ketika sampai di Bekasi ingatanku selalu kepada mereka.

 

Seorang ibu mana yang tidak ingin anak perempuannya tumbuh di sampingnya. Becanda bersama adik-adiknya, ngaji bersama abinya, dan belajar memasak di dapur bersama ibunya. 

 

Di Ramadan kali ini benar-benar membuat ku menengadah berdoa, memohon pada Nya, supaya diberikan kesempatan di masa-masa yang akan datang. Paling tidak sebelum sulungku ini beranjak dewasa. Ingin sekali memeluknya setiap pagi dan mengajarinya menjadi seorang perempuan. Meskipun aku percaya, ibuku pun bisa menggantikanku, seperti beliau mendidik dan menyayangiku dulu. Ketika aku kecil hingga beranjak dewasa.

 

Semoga Allah mengabulkan doa, dan senantiasa memberikan perlindungan kepada orang-orang tercinta dalam hidup kita. Aamiin ya rabbal alamiin

 

Tambun Selatan 27 Ramadan 1442 H/ 9 Mei 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semog Putrinya senang berada di kampung Bu

09 May
Balas

Sedih rasanya membaca tulisan ini, saya aja tak punya perempuan aja terharu, semoga tetap sehat ibu dan anaknya perempuannya Bu...

09 May
Balas

Perasaan seorang ibu ,memang tidak bisa tergantikan ,kasih sayang ibu hanya untuk anak-anaknya.Semoga kuat ya mbak..Salam literasi

09 May
Balas

Perasaan seorang ibu ,memang tidak bisa tergantikan ,kasih sayang ibu hanya untuk anak-anaknya.Semoga kuat ya mbak..Salam literasi

09 May
Balas



search

New Post