Arlina Yuza

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Cuci Mata ala Kami

Tubuh mulai terasa 2L, lemah dan lesu. Memang beberapa bulan belakangan ini, tubuh ini kurang bahkan dikatakan tidak berolahraga. Aku yang masih berada di Toko, langsung mengutarakan isi hati. Tentu pada Kania, yang menemaniku di Toko hari ini.

“Kak, ke GOR yuk kak!”, ajakan ku pada Kania.

Kakak, memang begitulah panggilanku padanya, semenjak adik Laki-lakinya memanggil Kakak. Sebagai pengajaran juga kepada adiknya, Abil.

Tanpa ragu, Kania langsung menganggukan kepalanya.

Walaupun demikian, kami harus menunggu kedua orangtuaku yang waktu itu pergi ke Tabing.

Selang beberapa menit, 15 menit, sebuah motor tiba-tiba berhenti. Dengan ciri khas yang dimilikinya. Ya, tentu ini pertanda kedatangan orang tua kami. Langsung kami utarakan isi hati.

“Ma, Lina dan Kania pergi ke GOR ya ma. Mau olahraga bentar”.

Apakah Jum pergi?, jawab mama.

Bang Jum pergi urus tender ma.. na pergi sama Kania aja.

Bang Jum adalah suamiku. Memang belakangan ini dia disibukkan dengan kegiatan tender yang dibuka pemerintah. Kami tengah berusaha agar perusahaan kami dapat memenangkan tender lagi tahun ini. Aamiin.

Selesai berpakaian olahraga, Aku dan Kania masuk ke mobil. Dengan kecepatan yang tak biasa, 50 km/jam, aku mengendarai mobil. Kania takut kalau seandainya mobil dikendarai dengan kecepatan tinggi.

Kami bernyanyi-nyanyi kecil sambil mengikuti musik yang dilantunkan radio mobil. Aku lihat wajah Kania begitu riang. Bagaimana tidak, sudah beberapa minggu ini kami tidak keluar bertamasya.

Rencana ke GOR ini bagai ibaratkan pergi tamasya oleh Kania. Padahal kami hanya pergi berolahraga saja. Menggunakan training, baju kaos, daan sepatu olahraga.

30 menit sudah kami berada di dalam mobil. Tiba saatnya kami berada di kawasan GOR Agus Salim itu. GOR yang berada dekat sekolahku dahulu, SMAN 2 Padang. Kami masih bingung mau memarkiran mobil dimana. Kami kelilingi GOR itu, dan akhirnya kami mendapatkan tempat parkir yang pas. Yaa,, berada di depat GOR, di depan gedung stadiun sepak bola.

Kami parkirkan mobil, dan masuklah kami ke stadiun sepak bola itu. Ramai terlihat para penggemar olahraga disana.

Aku sodorkan uang Rp.5000,00 kepada penjaga stadiun itu. dikembalikan uang senilai Rp2.000,00 oleh Bapak itu. Dalam hati berkata, berarti anak kecil tidak masuk kriteria si pembayar karcis.

Kami mulai mencari tempat untuk meregangkan otot-otot ini. Pertanda akan memulai olahraga.

Kami regangkan kaki, tangan dan leher. Tak lama waktu yang kami butuhkan untuk pemanasan. Kamipun langsung berjalan pelan mengelilingi lapangan tersebut. Kania mulai bingung.

“kak na, kok orang-orang pada berlari di sekeliling lapangan. Bukannya di lapangan?”,tanya Kania.

Langsung aku memberikan jawaban diplomasi. “ biar teratur kak, kalau di lapangan bola, ntar lapangannya rusak, ntar pemain bola kita tak bisa main disana”.

Sampailah kami mengelilingi 1 kali lapangan itu. Barulah kami memulai untuk berlari mengelilingi lapangan itu. Setengah dari keliling lapangan, Kania mulai terpogoh-pogoh. Dan akhirnya menyerah, dan berniat mengakhiri kegiatan kami di dalam stadiun itu.

Niat Kania langsung aku tanggapi. Kamipun keluar dari stadiun itu, dan mengeliling GOR itu sambil mencuci mata. Kumainkan bola mata ini, dari kanan ke kiri, lalu dari kiri ke kanan lagi.

Tangan Kania langsung menunjuk ke arah tempat pertunjukkan Lumba-lumba itu. sambil memberikan penjelasan, dia sudah tidak mau masuk kesana lagi. Setelah tadi pagi dia pergi bersama teman-teman sekolahnya. Salah satu program di sekolahnya, berolahraga sambil berwisata.

Kami berjalan ke utara GOR itu, dan berhenti di salah satu tempat penjual minuman. Aku memesan minuman HilO dan POP Ice untu Kania. Setelah itu kami berjalan kembali, dan penjual telur gulung menjadi mangsa kania selanjutnya.

“ Kak na, Kania mau telur gulung. Murah kok kak na, Cuma Rp1.000,00”.

Kami hampiri penjual itu. Kami urungkan untuk membeli 5 buah karena ternyata harga 1 buah telur gulung adalah Rp.2000,00.

Itulah ajaranku pada Kania. Mengajarkan dia hemat, dan menghargai uang.

Selesai sudah kami mengeliling GOR itu, dan kami memutuskan untuk pulang. Karena perut kami tidak bersahabat lagi. Sudah mulai lapar.

Kami masuk ke mobil, dan ku kendarai mobil putihku dengan kecepatan yang sama dengan pergi. Aku mengajak kania makan Chicken, tapi yang murah saja.

Kami lihat-lihat disepanjang jalan, namun toko yang kami cari tidak ada. Dan kami putuskan untuk membeli paket Chicken yang berada di simpang Tabing saja, D Star. Murah dan enak.

Minggu, 31 Maret 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Badan sehat pikiranpun sehati. Super bunda. Salam literasi...

01 Apr
Balas



search

New Post