ARMAN, S.Pd, M.Pd

ARMAN, S.Pd, M.Pd. lahir di desa Kabiraan Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene. Provinsi Sulawesi Barat. Tepatnya pada tanggal 15 Maret 1978, putra dari pasangan...

Selengkapnya
Navigasi Web
TATA HATI DENGAN EMPATI MELALUI KALINDAQDAQ PEPATURU PLUS PESAN ORANGTUA

TATA HATI DENGAN EMPATI MELALUI KALINDAQDAQ PEPATURU PLUS PESAN ORANGTUA

1. Latar Belakang Penulisan

a. Latar Belakang Masalah

Kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini yang sarat akan pengaruh modernisasi, telah meraibkan makna kearifan budaya para leluhur bangsa, yang ternyata telah menimbulkan berbagai suasana kehidupan yang tidak memberikan kebahagiaan batin, meluluhkan rasa keshalehan sosial dan tak pelak memacu berkembangnya rasa kehampaan sekaligus menyeret arus sifat individualis dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu pada dewasa ini hendaknya arah pendidikan kembali kita kiblatkan pada jiwa dan roh kebudayaan bangsa Indonesia yang nantinya dapat memupuk rasa kebersamaan, dan rasa untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

Pendidikan karakter sebenarnya adalah pemaknaan tentang sikap, sifat, norma yang hendaknya dilakonkan oleh setiap manusia dengan baik dan berbudi pekerti. Semua hal tersebut di atas dapat kita amati pada bagaimana interaksi sosial pada manusia itu sendiri. Sejatinya interaksi sosial antar individu dapat kita dilakukan dengan berbagai cara seperti berbicara, bertatap muka, bertransaksi dagang, belajar pada orang lain, bahkan menyakiti orang lain. Interaksi sosial antar individu merupakan proses yang rumit dan kompleks yang melibatkan faktor-faktor psikologis seperti imitasi, sugesti, simpati dan empati.

Berbicara tentang faktor-faktor psikologis tersebut di atas, empati merupakan salah satunya yang sangat memegang peranan penting dalam keberhasilan suatu interaksi sosial. Secara umum empati merupakan kemampuan untuk mengalami dan merespon perasaan orang lain. Empati bukan hanya sekedar mampu untuk menerima emsosi orang lain, melainkan juga mampu merasakan dan mengekspresikannya sepenuh hati. Oleh karena itu empati sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Seperti yang dikemukakan oleh gunarsa (1992;17) bahwa “empati merupakan salah satu cara yang efektif dalam mengenali, memahami, mengevaluasi, merasakan dan menghayati orang lain termasuk bagaiman seseorang mengamati dan menghadapi masalah dan keadaannya ”.

Melihat sisi kehidupan dunia pendidikan khususnya dalam dunia sekolah, maka kita akan dipertemukan dengan beragam sikap dan perilaku yang kurang bersinergi dengan istilah empati itu sendiri, yang pada akhirnya akan menimbulkan konflik. konflik tersebut dapat saja terjadi mulai dari konflik yang terjadi antar siswa, siswa dengan guru, siswa dengan tenaga kependidikan, siswa dengan orangtua, maupun konflik yang terjadi antara guru dengan guru lainnya dan pihak-pihak lain yang terdapat disekolah.

Masalah-masalah dalam segala apek kehidupan yang timbul dan sering kita lihat sehari-hari dan bahkan mungkin kita alami sendiri, adalah karena kurangnya rasa empati dalam diri setiap manusia. Gambaran tentang kurangnya empati dalam lingkungan keluarga dimasa sekarang sudah sangat jelas. Sebagai contoh, kebanyakan anak-anak sekarang selalu memaksakan kehendak terhadap orangtua sesuka hatinya tanpa pernah mau berfikir dan merasakan tentang kesulitan orangtuanya, ataupun para siswa tidak lagi memandang istilah persaudaraan ataupun para istri yang selalu menuntut materi yang besar terhadap suaminya. Tidak hanya pada lingkungan keluarga saja, kepedulian rasa empati yang kurang juga terjadi dalam kehidupan sekolah, sebagai contoh terkadang siswa kurang memberikan penghargaan dan rasa hormat kepada gurunya, ataupun sebaliknya guru tidak pernah memberikan pujian ataupun penghargaan yang positif kepada anak didiknya. Semua hal tersebut bermuara pada kurangnya rasa empati dalam diri manusia itu sendiri.

Berbagai rumusan tentang pendidikan karakter secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan sebenarnya adalah proses pembudayaan. Ali saifullah (1982) menyatakan bahwa “pendidikan adalah gejala kebudayaan yang mengandung arti bahwa pendidikan hanya diadakan, dilakoni dan dilaksanakan oleh makhluk berbudaya”.

Sebagai makhluk berbudaya, hendaknya setiap manusia bercermin pada kearifan budaya-budaya lokal bangsa. Budaya lokal bangsa, dapat kita amati, dapat kita baca, dapat kita pelajari pada berbagai literature kebudayaan bangsa yang beragam. Budaya lokal bangsa yang telah tertanam sejak dahulu kala adalah sebuah kesejatian keraifan bangsa. Beragam budaya lokal bangsa, dapat berupa nasehat, petuah nenek moyang kita. Terkadang petuah atau nasehat tersebut mereka lakonkan dalam kesusastraan baik seni dan bahasa dimana budaya tersebut berada.

Bercermin pada budaya lokal bangsa, maka provinsi Sulawesi barat khususnya dalam budaya mandar, maka sikap empati sebenarnya sudah tertanam pada nenek moyang terdahulu. Sehingga mereka melestarikan petuah ataupun nasehat tersebut ke dalam berbagai kesusastraan mandar. Sesungguhnya kesustraan mandar sangatlah banyak, misalnya kalindaqdaq (puisi mandar), pantun, lagu saya-sayang dan masih banyak lagi kesuststraan mandar yang sarat akan rasa empati itu sendiri.

Berdasarkan tinjauan konseptual budaya tersebut di atas, maka hendaknya peserta didik juga dibekali dengan penanaman nilai-nilai karakter budaya lokal yang berbasis pendidikan karakter, dalam hal ini penanaman rasa empati. Penanaman rasa empati sebenarnya sudah banyak dituangkan dalam berbagai bidang studi yang diajarkan disetiap sekolah, misalnya bidang studi Pkn, bidang studi agama. Tetapi hal tersebut terkadang hanya sebatas teori yang tidak berkenaan langsung dengan diri pribadi siswa itu sendiri, tidak adanya benang merah antara teori yang diberikan dengan sikap, kondisi, latar, setting dimana siswa itu berasal. Hal ini berkenaan dengan budaya atau adat dan kebiasaan dimana siswa itu berasal. Faktor inilah yang memacu tidak adanya kepedulian terhadap rasa empati itu sendiri.

Budaya mandar, sastra mandar, adalah sekian dari banyaknya litearatur yang dapat dijadikan sebagai cerminan untuk menumbuhkan dan memoles rasa empati itu sendiri. Mengapa tidak, karena budaya mandar antara lain kalindaqdaq, saya-sayang, pantun dan kesustraan mandar lainnya, adalah salah satu dasar yang dapat dijadikan sebagai pencerminan bagaimana sikap dan perilaku masyarakat mandar itu sendiri. Ketika mereka telah memahami keberadaannya sebagai orang mandar, maka secara perlahan dan pasti mereka akan dapat menanamkan nilai dan rasa empati itu dalam dirinya.

Berdasarkan tinjauan konseptual di atas maka beberapa fenomena-fenomena kurangnya rasa empati tersebut diduga terjadi pada siswa SMA Negeri 3 Majene dimana kondisi dan kearifan sikap dan perilaku siswa yang keluar dari zona kenormaan sosial, norma agama dan kebijakan pendidikan lainnya. Hal ini tercermin dari berbagai perilaku negatif antara lain, adanya persaingan tidak sehat antar siswa, tidak adanya penghargaan antar kakak kelas dengan adik kelas, dan beberapa sikap dan perilaku negatif lainnya.

Berdasarkan hal tersebut di atas membuat penulis melakukan suatu pendekatan pembelajaran dengan memasukkan nilai kearifan budaya lokal daerah dengan penggunaan konsep budaya yaitu kalindaqdaq. Sehingga judul yang diangkat adalah, “Tata hati dengan Empati melalui penggunaan kalindaqdaq pepaturu plus pesan orangtua”.

b. Inspirasi Alat Bantu

Berdasarkan fenomena masalah tersebut di atas, maka penulis menggunakan kalindaqdaq sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar khususnya dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling. Alat bantu berupa kalindaqdaq ini, terinspirasi dari banyaknya kesusastraan yang ada di wilayah Sulawesi Barat, yang kerap kali digunakan dalam kegiatan seremonial, upacara adat, kegiatan sekolah, kegiatan keagamaan, dimana dalam kegiatan-kegiatan tersebut sering sekali dimasukkan salah satu sastra mandar.

Berdasarkan pemikiran terserbut, maka penulis menggunakan salah satu sastra yang ada di daerah Sulawesi Barat khusunya yang ada di daerah suku Mandar yaitu konsep kalindaqdaq pepaturuq . Konsep kalindaqdaq tersebut dimasukkan dalam rangkaian proses layanan bimbingan konseling. Secara spesifik, alat bantu tersebut dikolaborasikan dengan kegiatan layanan bimbingan kelompok dan layanan klasikal setiap kali pertemuan dalam kelas yang berkaitan langsung dengan konseling lintas budaya dengan jenis layanan kepustakaan.

Kalindaqdaq secara umum merupakan salah satu bentuk kesusastraan yang ada di wilayah Sulawesi Barat khususnya yang tergabung dalam kelompok masyarakat suku Mandar. Mandar adalah salah satu suku yang ada di Sulawesi Barat yang lebih dominan dalam kehidupan di Sulawesi Barat.

Menurut Idham (2008:2) asal kata dari kalindaqdaq banyak versi, namun yang paling popular adalah berasal dari suku kata “kali” (gali) dan “daqdaq” (dada). Secara bahasa kalindaqdaq dapat diartikan dengan istilah “isi dada” atau cetusan perasaan dan pikiran yang dinyatakan dalam kalimat-kalimat yang indah.

Selanjutnya Ahmad Asdy(2006:289) mengatakan bahwa:

kalindaqdaq dapat dijadikan sebagai tameng untuk membendung virus budaya luar dan pengaruh negatif lainnya, karena pada dasarnya perilaku orang Mandar adalah sangat santun dalam bahasa, lemah gemulai akan gaya dan lakonnya sebagai tatanan kehidupan bermasyarakat di manapun orang Mandar berada”.

Kalindaqdaq terdiri dari sejumlah bait. Setiap bait terdiri atas empat larik dengan perbandingan jumlah suku kata yang tetap. Dalam konsep kalindaqdaq tersebut, dipilih dari salah satu jenis kalindaqdaq yaitu kalindaqdaq pepaturu. Kalindaqdaq pepaturu secara umum diartikan dengan untaian kalimat indah dalam bahasa Mandar yang bermakna tentang nasehat, petuah, prinsip hidup, kerja keras dan aspek lain tentang kehidupan manusia dalam hidup beretika.

Dalam proses penyampaian sebuah kalindaqdaq tersebut dapat mengandung makna yang padu dan dapat mengungkapkan satu pokok pikiran tertentu, serta juga dapat menggambarkan suatu rangkaian peristiwa atau cerita.

c. Tujuan Penulisan

Tujuan yang diperoleh dari metode ini adalah:

1. Meningkatkan sikap empati siswa.

2. Mengenalkan kearifan budaya lokal bangsa kepada siswa.

3. Menambah literature tentang pendekatan budaya untuk meningkatkan sikap dan karakter siswa.

4. Meningkatkan dan memperkaya materi dalam layanan bimbingan konseling khususnya guru bimbingan konseling.

2. Cara Penggunaan Alat Bantu

a. Cara Penggunaan

Dalam penerapan konsep kalindaqdaq pepaturu tersebut, dilaksanakan dengan membuat dan mengklasifikasi jenis kalindaqdaq yang termasuk dalam kalindaqdaq pepaturu. Jenis kalindaqdaq tersebut diperoleh dengan melibatkan siswa melalui proses penugasan untuk mencari dan menulis kalindaqdaq dengan proses mencari referensi dari buku budaya tentang Mandar dan bertanya langsung kepada orangtua dan keluarga yang mengetahui jenis kalindaqdaq tersebut.

Setelah semua siswa mengumpulkan jenis kalindaqdaq pepaturu tersebut, maka penulis membuat dalam format penugasan. Adapun bahan yang digunakan hanya lembaran karton berwarna dan didalamnya berisi kalindaqdaq pepaturu yang sudah di artikan dan di analisis maknanya.

b. Skenario Pelaksanaan

1) Tahap Pemberian Informasi, kontrak waktu dan pembagian kelompok.

Tahap pemberian informasi merupakan langkah awal untuk menginformasikan kepada siswa bahwa akan dilaksanakan sebuah kegiatan layanan bimbingan konseling. Dalam tahap ini juga, penulis membuat kesepakatan dengan siswa tentang jadwal kegiatan yang dapat mereka ikuti secara bersama. Tahap ini dilakukan sebagai tahapan untuk mempermudah penulis menyusun dan mempersiapkan seluruh rencana dan perlengkapan kegiatan termasuk dalam proses penyusunan rencana satuan layanan atau rencana program layanan bimbingan konseling (RPLBK).

2) Tahap Peralihan

Pada tahap peralihan ini, penulis memberikan informasi tentang nilai-nilai dari sikap karakter yang terkandung dalam budaya orang Mandar. Tujuan pemberian informasi dalam konsep budaya mandar tidaklah berbeda dengan pemberian layanan informasi pada umumnya. Namun dalam hal ini, pemberian informasi lebih mengarah pada informasi tentang nilai sikap karakter yang tersirat dalam kalindaqdaq.

3) Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini, penulis memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk mencatat secara tertutup berbagai macam sikap, perilaku manusia yang positif maupun negatif yang sering mereka lihat dan alami sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan hasil tugasnya dan menganalisis perilaku yang sesuai dengan norma dan aturan sekolah dan norma kemasyarakatan yang berlaku secara umum.

4) Tahap Penugasan

Dalam tahap ini, seluruh siswa ditugaskan mengumpulkan dan menulis jenis-jenis kalindaqdaq yang diperoleh dari orang tua dan dari referensi yang lain tentang budaya Mandar. Tahap ini dilaksanakan dengan harapan untuk menjalin kerjasama dalam hal pembinaan karakter siswa melalui penggalian kalindaqdaq- kalindaqdaq yang bersumber dari orang tua siswa.

5) Tahap Analisis dan Pendalaman

Dalam tahap analisis jenis kalindaqdaq ini dilaksanakan dengan cara mengumpulkan semua jenis kalindaqdaqpepaturu yang telah ditulis oleh siswa. Selanjutnya menganalisis kalindaqdaq pepaturu yang bermakna karakter dengan menggunakan teknik diskusi kelompok. Konsep tersebut diberikan kepada setiap peserta bimbingan kelompok yang selanjutnya diberikan tugas untuk membaca, menelaah, menganalisis dan mencari tahu sikap atau perilaku yang tercermin dalam kalindaqdaq tersebut yang bermakna pendidikan karakter, masing-masing kelompok mengartikan dan membahas arti dan makna dari kalindaqdaq tersebut.

6) Penempelan Kalindaqdaq.

Tahap penempelan kalindaqdaq pepaturu dilakukan setelah semua jenis kalindaqdaq telah diartikan dan dimaknai oleh setiap kelompok. Semua jenis kalindaqdaq yang bermakna pendidikan karakter dibuat sedemikian rupa kemudian ditempel di dinding kelas yang sekaligus menjadi pajangan di kelas tersebut. Dengan harapan bahwa, kalindaqdaq tersebut dapat menjadi nasehat sekaligus petunjuk tertulis bagi setiap siswa dalam melakukan setiap perbuatan.

3. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pembahasan tentang layanan bimbingan kelompok melalui pemaknaan kalindaqdaq pepaturuq dengan metode wawancara mendalam terhadap siswa, maka diperoleh kesimpulan antara lain:

1) Pemaknaan kalindaqdaq dapat meningkatkan sikap empati siswa

2) Sikap dapat lebih mengenal sikap empati yang tertuang dalam sikap kerjasama dan kegotongroyongan antar siswa, dan membina kepekaan rasa terhadap sesama.

3) Kalindaqdaq sebagai salah satu sastra mandar dapat dijadikan sebagai salah satu referensi pelaksanaan layanan konseling, khususnya dalam layanan konseling lintas budaya.

4) Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan menerapkan pemaknaan kalindaqdaq dapat menciptakan hubungan komunikasi intrapersonal yang baik antara guru dan siswa secara umum.

DAFTAR PUSTAKA

Asdy, Ahmad. 2006. Jelajah Budaya, Mengenal Kesenian Mandar. Sulawesi Barat: Yayasan Mahaputra Mandar.

Asdy, Ahmad. 2010. Ensiklopedia Mandar: Yayasan Mahaputra Mandar.

Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Pembangunan Pendidikan SMA. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Gunarsah D Singgih. 1992. Empati Sebagai Dasar Perkembangan Moral. Jakarta: Gramedia.

Idham, 2008. Kalindaqdaq Masaala. Makassar: Sarwah Press

DOKUMENTASI KEGIATAN

Tahap Pemberian Informasi

Tahap Analisis Kalindaqdaq

Hasil Penugasan Siswa

Hasil Penugasan Siswa

Jenis Kalindaqdaq Pepaturq yang Ditempel

Jenis Kalindaqdaq Pepaturuq yang Ditempel

Tahap Bimbingan Kelompok

Tahap Peralihan

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELINGTAHUN PELAJARAN 2016/2017

1. Topik : Pendidikan karakter, tentang Penanaman Rasa Empati

2. Bidang bimbingan : Pribadi dan sosial

3. Jenis layanan : Bimbingan Kelompok

4. Fungsi layanan : Pemahaman

5. Sasaran layanan : Siswa kelas X

6. Tempat : Ruang kelas

7. Metode : Pemberian informasi, Penempelan/pemasangan Kalindaqdaq.

8. Pihak yang dilibatkan : Wali Kelas

9. Semester/ waktu : 1 ( 1 x 45 menit )

10. Jumlah Pertemuan : 2 kali

11. Tujuan Layanan :

a. Siswa mampu untuk memahami tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang siswa. melalui layanan bimbingan dan konseling.

b. Siswa mampu lebih menerapkan penanaman empati dilingkungan sekolah dan luar sekolah.

c. Siswa mampu bertanggungjawab untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai siswa.

12. Uraiankegiatan :

a. Pendahuluan (5 menit)

1) Guru Pembimbing menyampaikan salam dengan ramah untuk menciptakan suasanya siap untuk belajar, melakukan presensi dan memeriksa kebersihan kelas sebagai wujud kepedulian lingkungan.

2) Guru Pembimbing menyampaikan tujuan, latar belakang, dan memotivasi untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa berkaitan dengan topik yang akan diberikan.

b. Kegiatan Inti (30 menit)

Eksplorasi :

1) Guru Pembimbing menugasi siswa untuk mengumpulkan jenis-jenis kalindaqdaq yang berisi tentang pendidikan karakter sesuai dengan format yang dibagikan.(Kegiatannya dilaksanakan diluar sekolah/dirumah)

2) Guru pembimbing menugasi siswa untuk mengisi lembar isian berupa nasehat/kalidaqdaq yang akan diberikan oleh orangtua siswa sesuai dengan lembar isian.

3) Guru Pembimbing menjelaskan dan siswa menyimak penjelasan guru dengan cermat dan rasa ingin tahu yang besar tentang makna dari metode yang diberikan dalam layanan bimbingan dan konseling.

Elaborasi : (5 menit)

Guru Pembimbing membimbing siswa untuk secara cermat, mandiri, dan bertanggungjawab mengerjakan tugas yang diberikan.

Konfirmasi :

Guru Pembimbing memberikan kesimpulan dari materi yang telah disampaikan, dan memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi tersebut.

c. Kegiatan Penutup ( 5 menit )

Guru Pembimbing menyampaikan rencana pertemuan yang akan datang.

13. Sumber / Bahan & alat : Format isian untuk lembar kalindaqdaq.

14. Rencana Penilaian :

- Laiseg : Memahami akan eksistensi kegiatan tersebut

- Laijapen : Memiliki inisiatif untuk mengetahui tentang pendidikan karakter bangsa

- Laijapan : Pemaknaan akan konsep tanggungjawab

15. Penyelenggara : Guru pembimbing

16. Catatan Khusus : Siswa yang berasal bukan dari sukumandar dapat menuliskan nasehat dalam bahasa daerah asalnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post