Jurus Sensei Sang guru dari Jepang, ayo kita tiru!

Aryani Artha Kristanti- SMPN 5 Yogyakarta

Sejarah mencatat Indonesia dijajah Jepang selama tiga tahun. Buku pelajaran IPS menceritakan kekejaman yang dilakukan serdadu Jepang selama penjajahan. Saat Bom dijatuhkan di kota Hiroshima, Jepang menyerah kalah pada sekutu. Efeknya mereka harus meninggalkan daerah jajahannya. Itulah titik balik kebangkitan Jepang. Sekarang kita bisa lihat kemajuan disegala bidang. Jauh meninggalkan negara kita. Hal yang menarik yang akan kita ulas adalah kemajuan dibidang pendidikan.

Aku punya teman seorang guru berasal dari Jepang. Hampir tiga tahun tinggal dan mengajar di Indonesia. Beberapa kali aku ajak dia bergabung di kelasku.

Dengan sikap dan tingkah lakunya telah membuat aku malu.

Sensei seorang yang disiplin. Suatu saat dia berjanji akan mengajar dikelasku sehingga dia datang sehari sebelumnya untuk melakuan observasi ( hemm kok seperti akan membuat PTK ya). Tidak tahu kenapa dia datang lebih awal dan langsung menuju laboratorium IPA. Saat itu aku masih mengajar di kelas. Seperti biasanya, Laboranku langsung memberitahuku. Sebagi tuan rumah yang baik, aku ingin menemuainya. Sebelum meninggalkan kelas, aku memberi tugas siswaku dulu agar tidak gaduh. Saat aku temui Sensei ku ternyata tidak suka. Katanya : ‘Tha, kamu tidak perlu meninggalkan kelasmu hanya karena menemuiku” dengan nada sedikit tinggi. Tentu saja aku kaget. Katanya lagi “ Mereka sudah bersusah payang datang ke sekolah, mereka ingin belajar, kalau kamu di sini, siapa yang mengajar meteka sekarang” Aku jadi tertegun, malu. Dia kembali berujar: “ Ayo kembali ke kelasmu” Seperti kerbau yang tertusuk hidungya, aku balik badan dan bergegas ke kelasku, dengan wajah merah padam.

Sensei seorang guru pintar. Siswaku ternyata menyukai senseiku. Pembelajaran di kelas yang dia lakukan menjadi menyenangkan. Aktivitas siswa banyak. Semua siswa diajak terlibat. Saat aku lihat RPPnya ternyata sangat sederhana. Yang detail adalah langkah-langkah pembelajaran. Semua disiapkan dengan rapi. Mulai dari aktivitas pembukaan, kegiatan eksperimen sampai kalimat apapun yang akan di tulis di papan tulis. Kerena agak aneh , aku tanyakan kenapa harus menentukan kalimat yang akan ditulis, letak nya tulisan di papan tulis. Dia menjawab: “Siswa akan mencatat semua yang kita tulis dipapan tulis,jika kita sekenanya menulis,sia-sia siswa mencatannya”. Aku malu karena selama ini tidak pernah memikirkan sejauh itu.

Senseiku seorang yang sadar hukum. Banyak buku-buku yang ditunjukan padaku. Sayangnya semua berhuruf kanji dan berbahasa Jepang. Tetapi saat ku”baca” ternyata banyak gambar yang cocok dipakai dalam pembelajaran. Gambar-gambar itu tidak bisa aku temukan di buku-buku teks kita. Seperti biasa aku ingin mengopinya. Dengan ringan aku pinjam buku itu, dan aku pamit untuk mengopi di ruang TU. Tak disangka dia tidak mengijinkan. Katanya” gambar-gambar itu hanya ada di Jepang, fotografer membutuhkan keahlian khusus dan biaya yang tinggi saat mengambil gambar”. Dahiku berkerut. Dia melanjutkan bicara: “ gambar-gambar itu memiliki hak paten, jadi tidak boleh di kopi tanpa ijin pemiliknya”. Aku kembali duduk sambil menahan malu.

Banyak pengalaman lain dengan sinseiku yg menarik, dan akan aku tulis di kolom selanjutnya.