Artha Kristanti

Mengajar di SMPN 5 Yogyakarta, salah satu keberuntunganku. Ditengah tengah siswa cerdas, membuat aku tidak boleh berhenti belajar dan berinovasi. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEPATU GILANG

SEPATU GILANG

SEPATU GILANG

Aryani Artha Kristanti- SMPN 5 Yogyakarta

“Gilang jadi peserta terbaik Sain Center di UGM” : isi sms yang masuk di HP ku malam itu. Pasti aku bangga mendengarnya. Perjuangan panjang kami selama ini berbuah manis.Gilang adalah salah satu siswa terpandai yang kupunya. Nilai Fisikanya selalu sempurna. Dia juga selalu rajin ikut pembinaan OSN tingat sekolah. Itulah alasan mengapa dia dikirim ikut pembinaan OSN di Sain Center UGM. Walaupun dari keluarga sederhana, tidak menghalangi Gilang mengikuti banyak kegiatan di sekolah. Ditengah pergaulan dengan teman-temanya yang hampir semuanya dari kelangan menengah keatas, dia tetap punya banyak teman. Tidak sedikit pun tampak rasa minder pada diri Gilang.

“Gilang tidak bersepatu saat maju ke podium” : isi sms berikutnya yang masuk di HP ku. Deg.....aku tercekat. Antara malu, kecewa tapi juga penasaran. Ada apa dengan Gilang kok sampai tidak sopan seperti itu. Ingin rasanya aku berlari ke UGM untuk segara menanyakannya, tetapi tidak mungkin. Dan aku harus bersabar menunggu sampai besuk pagi. Semalaman aku tidak bisa tidur. Menyiapkan jawaban jika kepala sekolah tahu dan menanyakan ketidak sopanan Gilang.

Pagi-pagi kutunggu Gilang di pintu gerbang sekolah. Agar jika ditanya kepala sekolah aku bisa tahu penyebabnya. Beberapa saat, kulihat Gilang datang diantar bapaknya menggunakan montor buntut. Tampak dia kesulitan duduk di jok karena ada dua kantong terbal besar menggantung di kanan kiri motornya. Aku maklum karena profesi bapaknya sebagai seles makanan ringan. Tergopoh-gopoh bapaknya Gilang mendatangiku. Dia tersenyum lebar, seakan membanggakan anaknya sudah raih juara.” Sugeng enjang Bu”: ujarnya sambil menjabat tanganku. “Maturnuwun, Gilang sudah diajari, sebingga bisa jadi juara”: katanya lagi dengan lirih. Aku tersenyum bahagia bersamanya. Kugandeng Gilang dan kuajak langsung ke lab Fisika, tempat biasa kami melakukan pembinaan OSN. “Mas, kenapa semalam kamu tidak pakai sepatu”: aku tanya pelan. Dia tampak kaget, mungkin heran kenapa aku sampai tahu. Wajahnya mulai tampak malu. Dia menunduk tidak berani menatapku. “ Bu, sepatu saya basah, tidak nyaman saya pakai’:katanya. “Dan.....itu satu-satunya sepatu yang saya miliki, saya tidak tega meminta Bapak membelikan yang baru”, katanya dengan wajah yang makin menunduk. Gilang...kupeluk anak itu sambil sekuat tenaga menahan agar aku tidak menangisinya.

“Bu, ditimbali Bapak”: Mas Tri laboranku menyela. Kami biasa memanggil kepala sekolah dengan sebutan Bapak. Setelah meminta Gilang ke kelasnya, dengan bergegas aku ke ruang kepala sekolah. “Segeng enjang Pak”: pelan-pelan kumasuki ruang kepala sekolah. “ Duduk Bu”, katanya sambil merapikan berkas-berkas yang baru saja ditanda tangani. Wajahnya tampak tegang, seperti menahan amarah. Singkat kata, sebelum ditanya panjang lebar, kulaporkan jika Gilang juara. Tak lupa aku mohon maaf atas ketidak sopanan Gilang karena maju kepodium tanpa sepatu. Aku jelaskna alasannya kenapa Gilang “nyeker” saat itu. Berangsur-angsur wajahmya melunak. Berganti dengan wajah sedih. “ Bu, saya jadi ingat masa lalu, disaat SMP saya bahkan tidak punya sepatu untuk sekolah” jelas pak kepala sekolah sangat lirih. “Nanti seusai upacara, bawa Gilang ke Malioboro, belikan sepatu apapun yang dia pilih:; katanya sambil memberikan amplop isi uang. Aku terima amplop itu dan bergegas ke lapangan upacara, karena bel baru saja berbunyi.

Saat istirahat, Aku panggil Gilang dikelasnya. Dia tampak kaget saat tahu, Kepala Sekolah akan membelikan sepatu baru. Dengan berboncengan montor kami meluncur ke Malioboro. Kami masuk ke toko sepatu paling besar dan lengkap. Dengan senang Gilang memilih sepatu yang dia suka. “Berapa harga sepatu yang boleh saya pilih” katanya. “ Berapapun harga sepatunya akan Ibu bayar” Kupegang erat amplop dari bapak Kepala Sekolah. Sepatu kasual dari kulit menjadi pilihannya. Kubayar ke kasir dan kami pun kembali ke sekolah. Akhirya Gilang punya dua sepatu. Aku yakin dia akan pakai sepatu itu untuk menerima medali OSN tahun depan. Dan ternyata harapanku terwujud Gilang menjadi salah satu peraih medali OSN tahun 2006.

Gilang tetap siswaku yang pintar. Dia lulus dengan nilai memuaskan, dan diterima di SMA terbaik di kotaku. Cita-citanya menjadi insiyur tercapai, saat diwisuda dari Fakultas Tehnik Elektro ITB. Dan sekarang sedang mengambil program Master pada Computer Science - Data Science and Technology Track di TU Delft Belanda. Sampai sekarang Gilang tetap bersedia datang ke sekolah jika diminta untuk membantu membina adik kelasnya agar meraih medali OSN. Sepatu Gilang menjadi sumber inspiratif bagi siswaku, agar masalah ekonomi tidak menjadi menghalang untuk berprestasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sangat inspirasi bu

18 Nov
Balas

Keikhlasan berbuah hasil yg luar biasa

19 Nov
Balas



search

New Post