Arwis yuliana

Mengajar di SDN. 04 Batu Payuang, Kec. Lareh Sago Halaban, Kab. Lima Puluh Kota. Sebelumnya pernah mengajar di SDN. 03 Koto Lamo, Kec. Kapur IX dan &nbs...

Selengkapnya
Navigasi Web

Secercah Harapan Naura II

Bagian Lima

Semenjak kembali tinggal dirumah orang tuanya. Naura selalu membantu ibunya di dapur. Pada suatu hari Ibunya memanggil Naura yang sedang belajar dengan Zainal dan Rizal.

Naura.., Naura..!. Panggil ibunya. Iya bu, jawab Naura sambil berdiri. Mendengar panggilan ibunya Naura pamit pada temannya dan langsung berlari ke rumah. Ada apa bu?. Tanya Naura dengan nafas yang sengal-sengal.

Karena hari ini kamu libur. Dan ibu hari ini juga membawa mak Rama Siti untuk bercocok tanam di sawah kita. Ibu mau minta tolong sama kamu. Kata ibunya. Ya bu, apa yang harus Naura lakukan?. Tanya Naura pada ibunya.

Begini, ibu tau Naura masih umur 8 Tahun. Dan ibu juga tau Naura tidak pernah diajarin bikin gulai. Nah hari ini ibu minta tolong sama Nauraa untuk bikin gulai Manis terung. Jelas ibunya. Dan nanti, Naura tolong bikin dadar telur. Kalau samba lado, sudah ibu bikin dari tadi. Jadi Naura Cuma bikin gulai manis sama dadar telur. Kata ibunya lagi pada Naura.

Tapi bu, Naura tidak bisa bikin gulai manis. Kalau telur dadar sudah bisa. Jawab Naura pada ibunya. Caranya begini, nanti Naura peras kelapa sampai santannya keluar. Kemudian disaring. Semua bumbu sudah ibu siapkan. Jadi Naura Cuma peras santan. Siapkan wajan dan masukkan santan. Bumbu yang udah ibu siapkan masukkan juga sekaligus bersama santan. Dan panaskan wajannya lagi. selalu aduk sampai santannya kelihatan mendidih. Nah setelah itu masukkan lagi terungnya. Jelas ibu nara kembali.

Baiklah bu, Naura mengerti. Akan Naura kerjakan. Kata Naura dengan semangat. Pintar anak ibu. Namun jangan lupa juga merebus air ya. Kata ibunya lagi. Iya bu, jawab Naura.

Setelah ibunya pergi. Naura bergegas mengerjakan apa yang disuruh ibunya. Ia mengambil kayu bakar dan meletakkan di tungku. Kemudian ia merebus air ditungku. Karena kayu yang dibakarnya itu belum semuanya mati. Sehingga api di tungkupun sering padam.

Naura menghembus api ditungku dengan mulutnya. Sekali-kali ia menyeka wajahnya yang terkena abu. Kemudian Naura memasak telur dadar seperti yang disuruh ibunya. Naura sangat pintar bikin telur dadar. Karena sejak di rumah nenek dia sudah di ajarin bikin telur dadar oleh nenek. Sehingga ia tidak ragu memasak telur dadar.

Selesai memasak telur dadar. Naurapun langsung membersihkan wajan. Ia melanjutkan dengan memasak gulai manis terung. Kelapapun ia peras dengan tangan mungilnya. Ia saring untuk dimasukkan ke wajan. Setelah santannya dirasa cukup. Naura kemudian mengambil bumbu yang telah disediakan oleh ibunya di dalam mangkuk. dan iapun mengaduk santan itu sambil bernyanyi. Sekali-sekali ia meniup tungku untuk menyalakan api tungku.

Akhirnya gulai manis terong masak juga. Naura kemudian mencicipinya. Lah, kok tidak manis ya?. Tanya Naura pada dirinya sendiri. Karena pada waktu itu memang tak ada orang yang ada di rumahnya. Saking penasarannya. Ia mencoba kembali. Rasanya memang tidak manis.

Kata ibu tadi, gulai manis. Namun ini gulai tidak manis. Berarti ada yang kurang. Gumamnya kembali. Kemudian Naura teringat sesuatu. Oh ia, garam tadi sudah kukasih. Supaya manis. Aku kasih gula saja. Kata Naura sambil berlari mengambil gula.

Naura kemudian mengambil gula dan tanpa ragu ia memasukkan gula itu kedalam gulai. Dicicipi masih belum terasa manis. Akhirnya satu bungkus gula habis dimasukkan kedalam gulai. Udah manis. Gumamnya sambil tersenyum senang.

Naura memperhatikan matahari yang sudah mulai condong. Wah, sebentar lagi pasti ibu sama nenek Rama Siti akan makan. Lebih baik Naura hidangkan dulu makan siangnya. Katanya sambil bergegas menyiapkan hidangan makan siang.

Tak berapa lama Naura menghidangkan makanan. ibu dan nenek Rama Sitipun muncul dengan pakaian yang basah. Kemudian mereka mengganti pakaiannya dan masuk ke rumah.

Wah, hebat Naura. makanan sudah dihidangkan. Kata nenek Rama Siti pada Naura. Terima kasih nek, ayo nek silahkan makan. Sapa Naura pada nenek Rama Siti. Ibu Naurapun segera duduk. Ia perhatikan anak sulungnya itu. wajah Naura penuh arang. Namun Naura tidak menyadarinya. Terimakasih ya Nau. Kata ibu naura sambil mengusap arang yang lengket dipipi anaknya itu.

Naura merasa senang sekali. Ia memperhatikan ibu dan nenek Rama Siti mengambil masakannya. Gulai manispun diambil ibunya. Kemudian ibunya mencicipi. Aduh, kok rasanya begini?. Tanya ibu Naura sambil melirik ke arah Naura. Wajahnya memperlihatkan seakan-akan ia ingin memarahi Naura.

Enak kok Wati. Kata nenek Rama Siti sambil melihat pada ibu Naura. Naura yang dilirik oleh ibunya dengan wajah tidak senang merasa takut. Ada apa ya?. Apa ada yang salah dalam gulai yang aku buat?. Katanya membatin. Namun semua itu tidak ia ucapkan.

Ibu Naura akhirnya menghela nafas panjang. Seakan-akan ingin menghilangkan rasa jengkel pada Naura. Ini gulainya sangat enak Nau, nenek suka. Kata nenek Rama Siti sambil tersenyum pada Naura. Naura hanya mengangguk. Namun hatinya berdebar-debar melihat wajah ibunya yang masam padanya.

Wati, kamu seharusnya berterima kasih pada Naura. anak seumuran begini belum pantas memasak gulai. Sebelumnya kamu pernah mengajarkannya bikin gulai ini?. Tanya nenek Rama Siti pada ibu Naura.

Belum pernah mak, Cuma tadi saya sudah menjelaskan sama dia. Jawab ibu Naura. Nah kalau begitu kamu jangan marah dulu. Lihat wajah anakmu. Penuh dengan corretan arang di wajahnya. Membuktikan kesungguhan dia memasak untuk kita. Seharusnya dihargai. Kata nenek Rama Siti lagi.

Naura, bagaimana cara bikin gulai ini?. Rasanya sangat enak sekali. Nenek suka gulai Naura. Kata nenek Rama Siti yang membuat Naura tenang kembali.

Begini nek. Tadi ibu menjelaskan sama Naura, untuk memasak gulai manis terong. Nah, setelah masak. Naura coba mencicipinya. Tapi rasanya tidak manis. Supaya manis Naura kasih gula. Kata gadis kecil itu polos.

Nenek Rama Siti tersenyum memandang Naura. ibu Naura yang mendengar penjelasan dari anaknya. Akhirnya meredam kemarahannya. Ia pandang gadis kecilnya itu. yang merasa ketakutan memandangnya. Kemudian ia tersenyum. Naura sangat pintar, Cuma ibu yang salah. Katanya pada Naura sambil tersenyum. Akhirnya Naurapun lega. Ibunya tidak memarahi dia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post