Arwis yuliana

Mengajar di SDN. 04 Batu Payuang, Kec. Lareh Sago Halaban, Kab. Lima Puluh Kota. Sebelumnya pernah mengajar di SDN. 03 Koto Lamo, Kec. Kapur IX dan &nbs...

Selengkapnya
Navigasi Web

Secercah Harapan Naura II

Bagian Pertama

Dipendopo rumah, terlihat seorang anak kecil sedang duduk termenung. Wajahnya penuh kesedihan, sekali-kali ia mengusap pipinya yang basah oleh air mata. Ia terbayang wajah bapak dan ibunya yang sudah lama tidak ketemu. Kemudian dari dalam rumah, keluar seorang wanita tua.

Naura, kenapa kamu cu?. kamu sakit?. tanya wanita tua itu yang tidak lain adalah neneknya. Gadis kecil yang dipanggil Naura itupun menggeleng. Kemudia ia memandang neneknya dengan bercucuran air mata.

Kamu kenapa sayang?, tanya neneknya lagi sambil menghapus air mata Naura. Dengan air mata yang masih mengalir. Naura berkata Nek, Naura kangen sama bapak dan ibu. Sudah lama rasanya Naura tinggal di rumah nenek. Tapi bapak dan ibu tidak pernah datang kemari. Kata Naura sambil terisak-isak menahan tangis. Nenek kemudian membelai rambut Naura dengan lembut.

Naura, disini kan ada nenek. Apa Naura tidak ingin tinggal sama nenek lagi?. Sebenarnya bapak dan ibumu juga kangen sama Naura. Tapi sekarang bapak dan ibu Naura lagi berusaha cari uang. Supaya bisa membiayai Naura untuk Khatam Alquran nanti. kemaren Naura lulus tes untuk Khatam Alquran kan?. Nah, kata bapak dan ibu Naura, setelah Naura selesai Khatam, Naura akan dijemput untuk tinggal sama bapak dan ibu lagi. Kata nenek menerangkan pada Naura.

Benarkah nek?, benarkah bapak dan ibu akan menjemput Naura kesini?. Tanya Naura kembali seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

Ia sayang. kata nenek sambil memegang dagu Naura. Naura kemudian menghapus air matanya. Ia tersenyum senang mendengar ucapan neneknya itu. Terbayang dipelupuk matanya, ia bisa tidur dipangkuan ibunya. Ia bisa bermain dengan adiknya Diana yang sudah mulai besar. Rasanya tak sabar ia untuk menunggu hari itu.

Esok harinya, ketika Naura sedang bermain tali bersama Dina dan Pepi. Tiba-tiba ada yang menyapanya.

Wah, lagi main ya Naura!, tanya suara itu yang membuat dada Naura berdetak kencang. Tanpa menjawab sapaan itu, Naura langsung memandang ke arah orang yang menyapa.

Bapaak, kata Naura sambil berlari menuju orang yang menyapanya. Orang yang menyapanya tak lain adalah bapaknya. Yang selalu dirindukan setiap waktu oleh Naura. Air mata Naura tak terbendung lagi. Ia memeluk bapaknya dengan erat sambil terisak-isak.

Lho...kok putri bapak nangis?. Tidak senang ya, kalau bapak datang. Tanya bapaknya sambil mengelus-ngelus rambut Naura. Naura Cuma menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian ia menghapus air mata yang jatuh di pipinya. Ia memandang bapaknya lama sekali. Namun Naura tidak berucap apa-apa. Banyak pertanyaan yang ia pendam dalam hati.

Naura dijemput oleh bapaknya untuk belanja ke pasar. Yah, ekonomi orang tuanya sudah agak berubah. Semenjak bapaknya bekerja menjadi sopir seorang pedagang yang sering ke Aceh. Sedangkan ibunya berdagang kecil-kecilan di rumahnya. Rumah sangat sederhana itu, di sulap menjadi warung. Namun walaupun demikian, kehidupan mereka belum berubah. Hanya saja untuk kebutuhan sehari-hari, sudah mulai tercukupi.

Naura sangat senang sekali bertemu dengan bapaknya. Apalagi selama dua setengah tahun ini, Naura tidak pernah diajak oleh bapaknya untuk kemana-kemana. Sesampai di pasar Naura dibelikan perlengkapan untuk khatam.

Pak, apa benar kalau Naura selesai khatam, bapak akan jemput Naura ke rumah nenek?, tanya Naura pada bapaknya ketika dalam perjalanan pulang dari pasar.

Iya Nau, bapak akan jemput kamu nanti. Sabar aja ya nak. Jawab bapaknya. Iapun tersenyum pada bapaknya.

Naura senang pak, jika kita bisa berkumpul seperti dulu lagi. kata Naura sambil berdiri dan membentangkan tangannya menghadang angin di atas mobil pickup. Dalam hembusan angin itu, ia membayangkan alangkah bahagianya bisa tinggal bersama bapak dan ibu serta adiknya.

Hati-hati Naura, nanti kamu jatuh. kata pak Amir pada Naura yang semakin asyik dalam hayalannya. Naura tidak mendengarkan teguran bapaknya. Akhirnya karena hembusan angin Naura menjadi mengantuk. Iapun kemudian tertidur dalam pelukan bapaknya di atas mobil pikcup.

Tiba di rumah nenek, Naura kemudian dibangunkan bapaknya.

Naura, bangun nak. Kita sudah sampai rumah. Kata pak Amir sambil mengguncang tubuh anaknya dengan lembut. Naura bangun sambil mengucek-ngucek matanya. Ia memandang sekeliling. Ia melihat neneknya sedang menyapu halaman rumah.

Nenek, Naura pulang. Katanya sambil berlari menghampiri nenek. Nenek memperhatikan wajah Naura yang begitu ceria. Ia tersenyum, kemudian diciumnya gadis mungil itu dengan kasih sayang.

Nau, senang ya dapat pergi bersama bapakmu?.

hu...uh nek, Naura senaaang..sekali hari ini. Ujarnya sambil melonjak-lonjak kegirangan. Nek, ini Naura belikan martabak kesukaan nenek. Kata Naura kembali sambil menyodorkan bingkisan dari plastik yang berisi martabak.

Trimakasih ya sayang, Naura masih ingat kesukaan nenek. Kata nenek kembali. Nah, Naura pasti capek pulang dari pasar. Sekarang Naura tidur dulu. Nanti sore, Naura ada perbaikan bacaan Alquran di Masjid. Jadi Naura tidur dulu, biar nenek yang bangunkan nantinya. Oke nenek, sekarang Naura pamit tidur dulu ya. Kata Naura sambil berlalu masuk rumah.

Mak, kalau begitu saya pulang dulu ya mak. Karena saya hari ini mau berangkat lagi ke Aceh. Barang-barang yang mau dibawa belum dinaikkan ke atas mobil. Jadi saya harus menaikkan barang-barang itu dulu. Selesai Magrib, baru saya berangkat dengan majikan saya. Kata bapak Naura pada emaknya.

Baiklah, kamu hati-hati ya Mir. Kalau pekerjaanmu sudah selesai cepat pulang. Kasihan anakmu Naura apabila Khatam Alquran nanti kamu tidak ada disampingnya. Kata nenek Naura.

Saya akan usahakan mak, Assalamualaikum. Kata pak Amir sambil mencium tangan emaknya. Waalaikum salam. Jawab emak dan menyambut tangan pak Amir. Ia kemudian memandang pak Amir pergi sampai hilang dari pandangannya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

terimakasih bunda, Barokallah

11 Feb
Balas

Mantap...ditunggu kelanjutannya

10 Feb
Balas

Mantap...ditunggu kelanjutannya

10 Feb
Balas

Mantap...ditunggu kelanjutannya

10 Feb
Balas

trmksh bunda, supportnya, salam Literasi

11 Feb

Keren bun...

10 Feb
Balas



search

New Post