Arwis yuliana

Mengajar di SDN. 04 Batu Payuang, Kec. Lareh Sago Halaban, Kab. Lima Puluh Kota. Sebelumnya pernah mengajar di SDN. 03 Koto Lamo, Kec. Kapur IX dan &nbs...

Selengkapnya
Navigasi Web

tantangan menulis hari ke2

Pagi-pagi sekali. Aku, orang tuaku, adikku beserta nenek sudah berkumpul di rumah. Mobil yang disewapun sudah terparkir di depan. Karena sebelum subuh yang empunya mobil sudah mengantarkannya. Ibuku sudah mempersiapkan bekal dalam perjalanan kami nanti. Semuanya sudah siap untuk berangkat.

“Sudah siap semuanya?”. Tanya bapak yang sudah berjalan menuju mobil.

“Sudah pak”, jawabku. Kemudian aku, adik laki-lakiku dan nenek langsung masuk ke mobil. Ibukupun segera menuju mobil dengan kakinya yang agak pincang karena terkilir. Ibuku sangat semangat sekali untuk berangkat. Padahal beliau sudah dua hari ini tidak enak badan. Namun karena rindu sama anak dan cucu. Rasa sakit itu ia abaikan.

Kami akhirnya berangkat. “Bismillaah”, ucapku dalam hati.

Di dekat ATM Bank Nagari. “Berhenti dulu sebentar pak”. Kataku pada bapak.

“Ada apa Yul?”. Kata bapak padaku sambil menghentikan mobilnya.

“Ini pak, dompetku kering, hehehe”. Jawabku sambil turun dari mobil menuju ATM. Aku langsung mengambil uang di ATM untuk persiapanku dalam perjalanan nanti. Setelah selesai akupun langsung menuju mobil.

“Bagaimana, udah selesai?”, tanya bapak. “Udah pak”. Jawabku. Mobilpun kemudian melaju lagi dengan kecepatan sedang. Tiba di Pertamina, bapak membelokkan mobilnya kesana. “ Kita isi minyak dulu”. Kata bapak. “Ya, akupun mau membeli kerupuk sanjai dan karak kaliang di pinggir sana”. Kata ibuku sambil menunjuk warung keripik singkong yang ada di pinggir jalan dekat Pertamina.

Ibuku turun dari mobil menuju warung tersebut. Akupun mengikuti ibuku. sedangkan bapak langsung mengisi minyak mobil. Ditempat kami membeli keripik, ibuku memilih berbagai ragam keripik. “Wah, kok banyak sekali mak?”. Tanyaku heran. “Tidak apa-apa, ini untuk kita makan di atas mobil. Dan yang ini (sambil mengangkat keripik kulit) buat Kenzhi cucunya emak. Kenzhi kan suka sekali dengan keripik kulit ini”. Jawab emak padaku.

Aku tersenyum memandang emak. Dalam hati aku berkata. Alhamdulillah mak sudah semangat lagi. selesai kami berbelanja kamipun kembali ke mobil.

Tiba di Bukittinggi, aku dan orang tuaku mampir dulu di Rumah sakit. Membesuk mertuaku yang dalam keadaan sakit. Suamiku juga disana menemani ibu mertuaku. Sebelumnya aku juga disana menemaninya. Namun karena adikku akan pulang aku di izinkan suamiku untuk tidak menemaninya di rumah sakit. Ia ingin aku bisa bertemu dengan adik dan keponakanku yang sudah lama tidak bertemu. Ia juga tau bagaimana perasaanku yang begitu rindu dengan keponakanku.

Selesai membesuk mertuaku, aku bersama dengan orang tuaku melanjutkan perjalanan menuju Bandara. Tiba di Padang Panjang, cuaca tidak mendukung perjalanan kami. Hujan petir melanda. Namun kami tetap melanjutkan perjalanan. Sudah hampir pukul 17.00 WIB. Kami masih dalam perjalanan. Tiba-tiba Handpondku berbunyi. Ternyata suami adikku Asep yang menelfon.

“Assalamu’alaikum”, jawabku. “Wa’alaikum salam, oh ya Yul, apakah Olvi udah sampai di bandara?”. “Kami belu tau Sep, ini kami masih dalam perjalanan ke Bandara. Disini lagi hujan deras”. Jawabku.

“Baiklah, kalau udah sampai di bandara, tolong hubungi aku Ya”, kata Asep lagi. kemudian Asep menutup telfonnya.

Akhirnya kami sampai di Bandara. Ternyata pesawat yang ditumpangi oleh adikku belum mendarat. Selang beberapa waktu akhirnya terdengarlah pemberitahuan kalau pesawat dari Jakarta akan landing. Kamipun segera menunggu di ruang tunggu.

Akhirnya aku melihat adik dan ponakanku dibalik kaca. Sungguh aku rasanya ingin berlari ke sana. Namun karena petugas melarang. Akupun terpaksa menunggu di ruang tunggu. Setelah itu adikku bersama anaknya keluar dari ruang pemeriksaan. Akupun berlari menghampiri mereka. “Umiii”, tegur Kenzhi padaku tanpa ragu. Akupun langsung memeluk dan menciumnya. “Ya ampuun”, katanya sambil menepuk jidat seakan bingung melihat sikapku.

Olvi dan aku saling berpelukkan. Kemudian aku membawa mereka menemui orang tuaku yang lagi duduk di ruang tunggu bandara. “Umii, oma sama atuk mana?, om Latif juga mana?”. Tanya si Kecil Kenzhi padaku. “Tuh Oma, sama atuk. Om Latif juga disana”. Kataku sambil menunjuk ke arah orang tuaku. Kenzhi yang masih berumur dua tahun lebih itu kemudian berlari menemui mereka.

Akhirnya kami semua disana berpelukkan. Bapak memandang Kenzhi dengan perasaan haru.”Sudah besar ternyata kamu buyuang, seperti bukan berumur 2 tahun. Tapi 4 tahun”. Katanya. Kemudian merekapun mencium Kenzhi. Kenzhipun merasa risih dicium. Tapi ia biarkan saja. Kemudian ia merengek untuk bermain di bandara. pengen jajan dan banyak lagi. namun kami langsung menuju mobil dan membujuknya untuk pulang karena hari sudah larut malam. Akhirnya kenzhipun menurut walaupun sekali-sekali ia merengek di pelukan mamanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post