Arwis yuliana

Mengajar di SDN. 04 Batu Payuang, Kec. Lareh Sago Halaban, Kab. Lima Puluh Kota. Sebelumnya pernah mengajar di SDN. 03 Koto Lamo, Kec. Kapur IX dan &nbs...

Selengkapnya
Navigasi Web

Tiga Murid Yang Bermasalah

Diwaktu jam istirahat aku melihat ada tiga orang siswa di kantor. Ada Dori, Andre dan Asep. Mereka dipanggil ke kantor bersama orang tua mereka. Kulihat Dori duduk sambil menekurkan kepala. Ia datang bersama kakak sepupunya. Andre dengan bibinya. Dan Asep datang bersama ibunya.

Mereka dipanggil karena sering tak masuk kelas, terkadang masuk tapi ditengah jam pelajaran mereka cabut. Kemudian bu Ina menyapa mereka. “maaf bu, terpaksa kami memanggil wali dari anak kami Dori, Andre dan Asep. Sudah beberapa hari ini mereka bertiga tidak masuk kelas. Malahan kalau mereka hadir, ditengah jam pelajaran nanti, mereka nggak ada lagi. Setelah dicari mereka tak ditemukan. Ternyata mereka cabut. Sangat disayangkan bu, karena mereka tidak lama lagi akan mengikuti ujian Nasional. Kalau mereka tidak mengikuti materi, nanti mereka tak bisa menjawab soal ujian”. Kata bu Ina.

Kemudian kakak dari Dori meminta maaf pada bu Ina, “Maaf bu, sebenarnya saya sudah malas menyelesaikan urusan Dori ini. Tapi bagaimana ya bu, karena Dori tinggal bersama saya. Ibunya Dori sudah lama bercerai dengan ayahnya. Sekarang ibunya tidak bersama Dori, ia tinggal di negeri seberang. Ayah Dori tak tau entah kemana. Sudah dua tahun ini kami tidak berjumpa dengan ayah Dori. Dori adalah anak dari adik suami saya. Jadi karena kami kasihan, Dori kami ambil untuk kami didik. Ibunya Dori paling bertemu dengan Dori hanya lebaran saja. Saya sering melihat Dori termenung. Tapi saya tak bisa berbuat apa-apa. Mungkin karena itu bu, Dori malas sekolah. Terkadang ia meminta padaku untuk disuapin kalau makan. Mungkin ia rindu perhatian ibunya”.

Kemudian bibinya Andre juga mengeluhkan sikap Andre. “Saya tidak berani memarahi Andre bu, paling saya Cuma menegurnya. Andre sudah piatu setahun yang lalu. Sedangkan ayahnya menikah lagi dengan orang seberang, sampai kini tak pernah memberi kabar. Andre memang punya kakak. Kakak perempuannya sudah menikah dan mempunyai anak. Ia tinggal dengan mertuanya, dan dia juga membiayai dua orang adiknya yang sekolah di MTSN dan satu lagi kuliah di IAIN. Cuma Andre yang tinggal bersama saya. Bila saya bicara agak keras pada Andre, saya melihat matanya berkaca-kaca. Saya tak tega bu, saya ingat akan kakak saya yang sudah meninggal. Maka dari itu saya mohon sama ibu, agar kita sama-sama membimbing Andre”. Kata bibi Andre pada bu Ina.

Kemudian kudengar lagi keluhan dari bu Asep. Bu Asep adalah ibu sekaligus ayah bagi Asep. Ayah asep sudah lama bercerai dengan ibunya. Asep tinggal bersama dengan ibunya, dua orang kakak perempuannya dan dengan neneknya yang sudah pikun. Kakak tertuanya memiliki kekurangan, ia selalu di pasung oleh ibunya, karena kalau ia lepas dari pasungan. Kakaknya itu akan lari keluar rumah tanpa busana. Sedangkan kalau hanya dikurung dirumah, ia akan memecahkan segala yang ada di rumah. Makanya kakak perempuan tertuanya itu dipasung.

Kakak kedua Asep sekarang duduk di sebuah yayasan swasta. Dibantu oleh tetangganya untuk kakak keduanya bisa bersekolah. Ibu Asep mencari nafkah hanya dengan pergi ke ladang orang. Aku melihat bu Asep menangis menceritakan hidupnya. Sedangkan mantan suaminya tak pernah mengasih uang belanja untuk anak-anaknya. Bu Asep ini kalau sudah buntu pikirannya, maka diapun akan sakit. Hingga melarang Asep pergi sekolah.

Asep jarang ke sekolah. Dari rumah dia berseragam sekolah, namun di tengah jalan ia menyimpang pergi ke rumah salon. Membantu tukang salon beres-beres salonnya. Dan sore nanti ia akan di upah dengan uang Rp.35.000,-. Asep sangat senang mendapatkan uang itu. Hingga ia lebih senang membantu tukang salon dari pada belajar.

Mendengar penjelasan semuanya itu, bu Ina baru mengerti. Ternyata ketiga anak didiknya punya masalah yang rumit sekali. Akhirnya bu Ina menasehati mereka. Aku melihat dipipi mereka bergulir air mata. Mereka menangis karena menyesal. Dori minta maf pada kakak sepupunya, Andre meminta maaf pada bibinya dan Asep meminta maaf pada ibunya yang sudah berjuang untuk dia bisa sekolah. Mereka berjanji tak akan malas dan tak akan cabut lagi.

Tak terasa air matakupun menetes membasahi pipiku. Aku sedih dan terharu melihat mereka. Yang seharusnya dapat belaian kasih orang tua, namun tak mereka dapat karena jauh dari orang tua. semoga mereka bisa tegar menghadapi ini semua.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post