Musim UN berarti musim libur. Bagi yang punya putra-putri yang baru klas 1-5 SD klas 7-8 SMP dan klas 10-11 SMA/SMK, ketika kakak kelasnya mengikuti Ujian Nasional dipastikan libur dari kegiatan belajar di sekolah. Senang ? atau barangkali ada yang bete ? Bayangkan saja, kalau setiap hari selalu teratur dengan jadwal sekolah dari pagi-siang/sore. Sesudah itu les ekstrakulikuler atau nongkrong bareng teman. Pulang ke rumah langsung ngerjain PR. Internetan sampai malam lalu tidur. Begitu terus menerus kalau hari-hari sekolah. Betul nggak?

Sebenarnya hal tersebut bisa jadi menguntungkan orang tua bahkan anak itu sendiri, karena secara nggak langsung anak kita punya skala prioritas pekerjaan dan to-do-list yang harus dilakukan. Tapi ketika libur semua pengaturan waktu seperti di atas hilang begitu saja.

Anak bebas mau ngapain saja, main internetan sepanjang hari. Nongkrong nggak jelas dari pagi sampai petang. Bukannya semakin mandiri tetapi malah semakin terlihat menjadi sosok pemalas.

Mungkin bagi orang tua yang mampu bisa memberikan les atau bimbel, tapi kalau yang orang tuanya nggak punya cukup biaya Les anaknya?

Andai saja ada sekolah yang mengerti tentang kegundahan orang tua yang “tidak berduit”. Anak-anak akan tetap konsisten belajar untuk mandiri. Bukan menjadikannya mereka robot, setidaknya mereka belajar dari rutinitas kerja. Kelak nanti mereka bekerja dengan disiplin.

Liburan sekolah yang dimanfatkan sekolah untuk tetap membuat murid menikmati liburan sekolahnya. Tentunya sangat menarik buat didiskusikan oleh para guru.

Atau bagi murid yang sudah beranjak remaja bisa melakukan bersama-sama temannya. Agar kegiatan liburnya tetap menjadi kegiatan yang positif. Artinya buat daftar kegiatan yang akan dilakukan sebelum libur. Mempunyai agenda libur tentunya sangat menyenangkan.