RIKO (ABK) Yang Hendak Ditolak
Menjadi diskusi yang panjang antara aku selaku kepala sekolah dan guru senior yang mengajar di sekolah yang aku pimpin. Saat Riko mendaftar di sekolahku. Dia berpendapat bahwa nantinya Riko akan merepotkan seluruh guru yang ada di sekolahku.
Aku memahami, tentunya akan merepotkan baginya. Zona nyamannya sebagai guru terusik dengan tantangan ini. Beberapa anak yang sedikit memiliki keterlambatan perkembangannya atau kemampuan yang kurang di kelasnya, selalu menjadi bahan keluhannya. Apalagi seorang Riko. Belum lagi kalau terjadi masalah, dengan anak lain. Pasti orang tua yang lain tidak terima dengan anaknya bermain dengan anak berkebutuhan khusus.
Berbeda dengan pendapatku. Kalau Riko ditolak di sekolah ini. Betapa kecewanya orang tua Riko, seakan-akan anaknya memang anak yang bermasalah dan tidak bisa dididik oleh siapapun. Dan aku melihat sosok Riko ini seperti anak yang sehat seperti yang lain. Naluriku untuk mendidik Riko meyakinkanku. Aku pasti bisa.
Akhirnya dengan pertimbangan yang kuat. Aku putuskan menerima Riko untuk belajar di sekolahku. Aku meyakinkan pada semua guru terutama guru seniorku. Dengan alasan, kita tidak bisa menolak siapa pun yang mendaftar dan murid mana yang datang untuk belajar di sekolah ini. Pekerjaan menjadi guru adalah amanah.
Singkat cerita Riko dapat mengikuti kegiatan belajar di Kelas yang aku pegang.
Meskipun aku menjabat sebagai kepala sekolah aku tetap mempunyai kewajiban untuk mengajar selama 6 jam dalam seminggu.
Aku membutuhkan tantangan itu. Mengajar anak yang berkebutuhan khusus diantara anak yang normal di kelasku.
Aku hanya tahu teori tentang anak yang menderita autis. Bukan praktek mengajar anak yang menderita autis. Dan sekarang dengan mata kepala sendiri aku berhadapan dengan anak yang menyandang autis.
Minggu pertama aku mengalami kesulitan dan lelah menghadapi Riko. Bagaimana tidak. Riko dengan tatapan kosong tidak pernah menanggapi apa yang sedang aku ajarkan. Dia hanya menatap gambar-gambar yang ada di kelas tanpa berkedip. Entah apa yang ada dibenaknya.
Riko mengalami kesulitan berkomunikasi dan berinteraksi dengan temannya yang lain. Ia tidak bisa mengekspresikannya apakah ia marah atau kecewa atau senang.
Kadang perilaku Riko Senang sepanjang hari. Seolah-olah mengajak bercanda denganku. Kadang gampang sekali emosinya tersentuh. Ketika ada temannya yang menangis karena jatuh. Justru Riko yang menangis sedih sampai susah untuk dibujuk.
Aku tetap berusaha semaksimal mungkin agar Riko dapat tumbuh dan berkembang seperti anak yang lainnya. Bulan berganti bulan Kedekatanku dengan Riko membuahkan hasil meskipun belum banyak. Riko sudah mulai mengenalku. Setiap ayahnya mengantar dan kemudian meninggalkannya untuk bergabung dengan kelasku, Riko sudah bisa melambaikan tangan kepada ayahnya dan memberikan cium jauhnya kepada sang ayah. Ini membuat aku bahagia. Artinya Riko sudah merasa nyaman ditinggal bersamaku walau hanya beberapa jam saja.
Ketika Riko aku beri tugas untuk mengelompokkan warna yang sama pada benda geometri pada kotak merjan. Hanya perlu beberapa kali pengulangan Riko berhasil menyelesaikannya sendiri. Ketika ia tidak mengerti ia berusaha menarik tanganku untuk melihat hasil pekerjaannya apa sudah benar yang ia kerjakan.
Ya aku belum berhasil membuat Riko berani berbicara. Namun aku tidak putus asa, setiap hari bertemu dengan Riko aku selalu menunjukkan gambar-gambar dan menyebutkan kosa kata baru buat Riko. Ia tidak pernah mau mengulang kata-kataku. Tetapi riko mendengarkan apa yang aku ucapkan.
Waktu berjalan dengan cepat, tanpa aku sadari aku sudah mulai mendengar riko bersenandung lagu-lagu yang aku ajarkan. Surprise buatku. Berarti ada perkembangan buat Riko. Karena ia menyenangi lagu-lagu. Sambil mengajarkan ia berbicara aku mengulang-ulang lagu kemudian menyuruh Riko mengikuti. Bahkan memberi tugas kepada Riko pun aku menyenandungkan kalimat perintah itu. Dan riko mulai menyukainya.
Beberapa gambar alat peraga untuk mengenalkan kosa kata baru sedikit demi sedikit bisa Riko ucapkan. Dan ternyata daya ingat Riko luar biasa. Menghafal angka 1-10 pun sudah dikuasai oleh Riko beberapa huruf pun sudah dikenalnya.
Ekspresinya ketika mendengarkan cerita yang aku bacakan sudah menunjukkan kemajuan.
Kini sudah dua tahun Riko belajar bersamaku. Bukan waktu yang sebentar buatku. Banyak kenangan yang mengharu biru disana. Mulai Riko yang belum bisa mengatasi toilet trainingnya, bermasalah dengan diit makannya. Banyak perkembangan yang berarti untuk Riko penyandang autis.
Pencapaian yang luar biasa menurutku. Mengingat sekarang Riko sudah bisa bermain dengan temannya, walaupun belum terjadi komunikasi disana.
Belajar dari menangani Riko maka untuk selanjutnya menerima anak-anak yang berkebutuhan khusus seperti Riko, aku sudah tidak khawatir lagi. Semakin seringnya kita menangani anak seperti Riko ini semakin terasah skill kita dalam mengajar anak berkebutuhan khusus.
Apakah ada hal-hal yang sulit mengajar anak berkebutuhan khusus? Tidak ada yang sulit, mungkin hanya belum terbiasa.
Kembali ke pokok pembicaraan mengenai mengajar. Ini bukan lagi soal siapa dan profesinya apa. Saya juga tengah mencoba untuk komitmen berbagi hal positif dari pengalaman saya dan teman-teman di dunia mengajar. Tapi satu hal yang penting, jika kita punya perlakuan dan sikap yang baik, kita bukan hanya sedang menolong orang lain dengan sikap tersebut, sesungguhnya kita juga sedang menolong diri kita sendiri.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tujuh tahun bergelut dengan siswa inklusi saya bu arie arieq.. Dengan berbagai jenis inklusinya.. Yg terakhir nyaris membuat qu menolak SK mutasi..
Mari kita beri kesempatan buat mereka
Terimakasih
Bu Iis, kebetulan saja saya hanya kepala sekolah yang mengajar juga di TK. kalau masih usia dini sih bisa dideteksi dini tumbuh kembangnya bu. tapi kalau sudah terlanjur sampai klas 8 baru ketahuan sebaiknya diperiksakan ke psikholog apakah anak tersebut mengalami disleksia atau gangguan bahasa yang lain. Mohon maaf saya tidak bisa menjawab secara lengkap. terimakasih sudah berkunjung.
Shiippps ...
terimakasih bu
Bagis sekali bu... kehebatan seorang guru, belajar sabar menghadapi anak2, apapun keadaanya
Sblmnya saya mau izin minta saran dari ibu. Karena saya mempunyai siswa kls 8 yg belum bisa membaca. Dilihat dari fisik dia normal. Tdk ada tanda2 keterbelakangan mental atau yg lainnya. Hanya kmampuan mmbacanya mmbuat saya harus mwngajar seperti kpd anak kls 1 SD. Anak tsb sering saya bawa ke perpustakaan utk saya ajari membaca, tp dia sepertinya krng motivasi utk bisa membaca. Setiap stelah saya ajak ke prpustakaan, besoknya dia tdk sekolah. Saya tanyakan ke orngtua, ktnya anaknya susah diatur lah, maunya bermain terus dll. Saya minta saran bagaimana sebaiknya menghdapi anak ini. Terimakasih atas pencerahannya