ARY ARIEQ

Membaca adalah Hobby ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Siapkah PAUD Menyiapkan Anak Siap Sekolah?  (Bagian 1)

Siapkah PAUD Menyiapkan Anak Siap Sekolah? (Bagian 1)

Pertanyaan di atas cukup menggelitik hati saya. Untuk kemudian saya ikut mendaftar pada giat diskusi yang diadakan oleh Beranda Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) di ruang serbaguna Perpustakaan Kemendikbud RI tanggal 16 Mei 2019.

Giat diskusi ini bukan sekedar ngobrol-ngobrol saja tetapi bagian dari upaya pengumpulan data yang tujuan diskusi ini hasilnya untuk dijadikan rekomendasi kepada Kemendikbud agar bisa memberikan masukan tentang kebijakan dan program-progam yang berkaitan dengan PAUD.

Kajian ini terkait dengan kesiapan sekolah, karena ini sudah menjadi bagian serius bukan hanya semata agenda di Indonesia. Di dalam Sustainable Development Goals di target 4.2 dituliskan bahwa 1 tahun pra sekolah itu menjadi sesuatu yang ditargetkan. Agar 100 % anak Indonesia bisa mengikuti program pra sekolah minimal 1 tahun. Tujuannya untuk apa? Agar menyiapkan anak untuk masuk ke Sekolah Dasar.

Apa sih sebenarnya kesiapan masuk sekolah itu? Anak yang siap masuk sekolah itu yang seperti apa sih? Apa sih yang harus dipersiapkan oleh guru PAUD untuk menyiapkan anak masuk SD ? Bagaimana implementasi di lapangan yaitu di PAUD, SD dan di masyarakat terutama keluarga. Aspirasi kita atau harapan kita seperti apa.

Untuk menjawab beberapa pertanyaan di atas maka diharapkan diskusi ini tidak hanya diikuti oleh 4 narasumber saja tetapi juga oleh peserta yang terdiri dari guru PAUD, Orang tua murid, pemerhati pendidikan juga berbagai komunitas yang bergerak dalam pendidikan.

Apa sih yang disebut dengan anak siap sekolah?

Siap membaca menulis dan berhitungkah?

Kenyataannya praktik di lapangan memang seperti itu. Guru PAUD berlomba-lomba untuk mendrill anak muridnya agar tidak tertinggal kognisinya. Bagaimanapun caranya mereka mengupayakan praktik salah yang bisa berakibat fatal bagi anak yang belum siap untuk belajar membaca menulis dan berhitung. Semua mengejar untuk menenuhi tuntutan orang tua murid agar putra-putrinya dapat masuk ke SD dengan mudah. Bahkan ada juga sekolah yang mengadakan ulangan umum di semester akhir. Untuk apa semua itu?

Tuntutan orang tua yang menginginkan putra-putrinya menguasai ketrampilan membaca menulis permulaan menjadi dilema bagi pengelola dan kepala sekolah PAUD. Bagaimana tidak, ketika tuntutan itu tidak dipenuhi (karena sekolah ingin menerapkan praktik benar dalam mengajar di PAUD) sekolahnya menjadi sepi murid. Karena dinilai orang tua PAUD tersebut tidak berhasil mendidik anaknya. Bahkan PAUD itu dinilai tidak bonavid. Orang tua banyak yang kecewa karena anaknya tidak lulus tes masuk SD Favorit di lingkungannya.

Ketika tuntutan itu dipenuhi oleh Kepala sekolah atau pengelola PAUD untuk menambah jumlah murid yang akan masuk ke TK atau PAUD tersebut, kenyataannya banyak malpraktik yang dilakukan guru PAUD.

Lalu apa memang Calistung yang dituntut guru SD ketika anak mendaftar kelas 1 ? Apakah ini salah satu persyaratan untuk diterima di SD. Bukankah pemerintah sudah melarang adanya tes calistung untuk masuk SD? Tidak munafik masih ada saja sekolah yang memberlakukan persyaratan itu meskipun pemerintah sudah melarang.

Sepenting itukah persiapan Calistung untuk masuk SD?

Menurut ibu Henny Co-founder PSPK Ketua Yayasan Cahaya Guru Pendidik dan Praktisi Pendidikan Perguruan Islam Al Izhar salah satu narasumber berpendapat bahwa ketika anak usia dini akan memasuki jenjang sekolah dasar membutuhkan penguatan pada dirinya. Calistung tidak terlalu penting untuk dikejar karena sudah disebutkan dalam permendikbud bahwa ketuntasan belajar calistung itu sampai umur 8 tahun. Kenyamanan dirinya untuk diterima sebagai warga sekolah yang penting untuk diperhatikan. Ini bisa dilihat ketika pada saat mendaftar di SD. Dari bahasa tubuh saja mereka bisa menunjukkan apakah ada rasa kenyamanan atau ketakutan untuk memasuki sekolah barunya.

Pada saat perkenalan dengan tempat sekolah yang baru saja tangannya menggenggam erat tangan bundanya seolah-olah dia tidak mau terlebas karena merasa kurang nyaman. Sehingga perlindungan dari orang tuanya sangat ia harapkan. Bukan siap Calistung seperti yang ditargetkan oleh banyak orang seperti saat ini.

Teluk Buyung 17 Mei 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga dgn tulisan ini semakin membuka wawasan guru paud dan guru sekolah dasar

18 May
Balas

aamiin ... terima kasih bu wiwik silakan dishare semoga akan menjadi lebih paham.

18 May

Setuju sekali Bu. Calistung bukanlah langkah tepat dalam mempersiapkan anak ke jenjang SD. Yang perlu disiapkan itu perkembangan psikisnya, Sosial emosionalnya .... Barakallah

18 May
Balas

kesiapan menuju jenjang sekolah nanti saya tulis di bagian 2 ya bu Desi.

18 May

Paparan yang keren dalam menyoroti perkembangan pendidikan di tingkat paling dasar. Sukses selalu dan barakallahu fiik

18 May
Balas

Terima kasih bu Vivi yang keren

18 May

Saya setuju Bu..PAUD untuk mengembangkan sosial anak supaya lebih siap mengikuti jenjang sekolah selanjutnya...

18 May
Balas

tunggu tulisan berikut ya bu Rini akan saya bahas. Terima kasih.

18 May

Setuju Bu.. Jika anak sudah di ajarkan calistung sejak dini, menjadikan anak merasa bosan dan terbebani oleh tugas akademik, masa mereka dimana masih harus belajar sosialisasi dan bermain..

18 May
Balas

terima kasih bu Tini, semoga tulisan ini bermanfaat.

18 May

Sukses selalu bu

18 May
Balas

Terima kasih pak

18 May



search

New Post