Asep Nurjamin

Asep Nurjamin lahir di Garut Jawa Barat pada tanggal 16 Maret 1962. Penulis dan pembaca. Sejak tahun 1982 menjadi guru dan pernah mengajar pada hampir semua jen...

Selengkapnya
Navigasi Web
IDRIS APANDI SOSOK BERMUTU DI ANTARA PEJUANG MUTU

IDRIS APANDI SOSOK BERMUTU DI ANTARA PEJUANG MUTU

Orangnya, keren. Tapi, dia low profile. Lebih dari itu, ramah, mudah kenal, dan enak diajak bicara. Dua kali bertemu, beliau mengenakan celana jeans yang serasi dengan kemejanya. Dengan kostum itu, beliau tampak lebih muda dan segar. Bahasa tubuhnya, sama sekali tak memperlihatkan diri sebagai orang hebat dengan segudang prestasi literasi.

Idris Apandi, namanya. Komitmennya terhadap mutu pendidikan, dimulai dengan memberi dan membagi gagasan-gagasan penting tentang pendidikan yang berkualitas. Keterikatannya pada institusinya dijadikan wahana untuk mempertajam visi dan wawasannya mengenai pendidikan yang berkualitas. Tak pelak lagi, mutu pendidikan, sejak konsep hingga tataran praksisnya, selalu mengobsesinya. Untuk mewujudkannya, beliau secara aktif mengawal pelaksanaan pendidikan dengan menjadi anggota Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Pada tataran konsep, jangan ditanya seberapa besar kiprah beliau. Dalam posisinya sebagai ketua komunitas pegiat literasi jabar, ide-idenya tentang konsep literasi, pelaksanaan, hingga ke evaluasi programnya, beliau adalah motor penggeraknya.

Pada tataran, aktivitasnya dalam berliterasi tak sekadar slogan. Tidak tanggung-tanggung, empat puluh tiga judul buku telah lahir dari tangannya. Produktivitasnya dalam menulis sulit dicari tandingannya. Menurutnya, menulis telah menjadi hajat hidup yang harus ditunaikan setiap hari. Semua yang dilihat, dirasakan, bahkan yang diimpikan dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan. Tidak mengherankan, delapan ratus judul artikel telah lahir dari tangan dinginnya.

“Motivasi untuk menulis terasa seperti dorongan untuk segera pergi ke toilet,” ungkapnya dalam sebuah wawancara. Pria ganteng yang mengaku pertama menulis artikel karena terinspirasi oleh kunjungan Presiden SBY ke sebuah sekolah ini, bahwa modal utama seorang penulis adalah “keberanian” dan “rasa percaya”.

“Menulis sajalah! Biarkan pembaca yang akan menjadi hakim bagi tulisan kita! Jangan terlalu banyak pertimbangan,” ujar sosok yang mengaku namanya mulai melambung setelah menulis artikel berjudul “Ketika Ridwan Kamil Menampar Wajah Pendidikan Indonesia.” Sebuah artikel yang sangat mengesankan dirinya sehingga merasa sangat sulit baginya untuk menulis artikel serupa.

Pengalaman mendebarkan dialaminya setelah mempublikasikan artikelnya yang bertajuk “Menggapai Orgasm Literasi Menulis.” Sebuah tulisan yang kontroversial dan menjadi bahan polemik. “Itu hanya sebuah strategi penarik minat’” ujarnya dengan tenang dan senyum.

Wow, kereeen.

@salam dari Asep Nurjamin dari Bumi Guntur Melati

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya mengenali beliau dari postingannya. Narasinya menarik. Saya juga memiliki bukunya. Dan saya sering bertanya pada beliau tentang pembelajaran. Tapi saya belum.pernah bertemu.

08 Mar
Balas



search

New Post